Terapi Perilaku Terapi Wicara

permintaan sederhana, munculnya perilaku emosional dan sosial yang sederhana, mengkomunikasikan mengutarakan kebutuhannya, bermain. Seiring dengan anak bertambah dewasa, penanganan berfokus pada pengajaran mengenai keterampilan domestik rumah tangga atau yang berhubungan dengan pekerjaan sederhana untuk menyiapkan mereka hidup sendiri dengan pengawasan. Dalam menghadapi orangtua dari anak penyandang autis yang low-functioning ini, kita mesti berhati-hati untuk tidak mendorong pengharapan yang berlebihan akan ada kemajuan yang pesat dari anak dan tidak juga mendorong pesimisme yang berlebihan. Yang penting menghargai setiap kemajuan anak, betapapun perlahan-lahannya, serta menikmati hidup bersama anak yang memiliki keunikan ini. Untuk penyandang autis ringan, hasil penanganan bisa sangat bervariasi, bergantung pada anaknya sendiri, orangtua, kualitas dari penanganan dan pendidikan dini, serta kesempatan-kesempatan yang ada di kemudian hari. Berikut adalah terapi-terapi yang sedikitnya dapat dilakukan dan biasa diterapkan di yayasan-yayasan yang bergerak dalam memberikan terapi dan pembelajaran sebagai penanganan terhadap anak penyandang autis:

1. Terapi Perilaku

Terapi perilaku, berupaya untuk melakukan perubahan pada anak autistik dalam arti perilaku yang berlebihan dikurangi dan perilaku yang berkekurangan belum ada ditambahkan. Terapi perilaku yang dikenal di seluruh dunia adalah Applied Behavioral Analysis yang diciptakan oleh O.Ivar Lovaas PhD dari University of California Los Angeles UCLA. Dalam terapi perilaku, fokus penanganan terletak pada pemberian reinforcement penguatan positif setiap kali anak berespons benar sesuai instruksi yang diberikan. Tidak ada hukuman punishment dalam terapi ini, akan tetapi bila anak berespons negatif salahtidak tepat atau tidak berespons sama sekali maka ia tidak mendapatkan reinforcement positif yang ia sukai tersebut. Perlakuan ini diharapkan meningkatkan kemungkinan anak untuk berespons positif dan mengurangi kemungkinan ia berespons negatif atau tidak berespons terhadap instruksi yang diberikan. Secara lebih teoritis, prinsip dasar terapi ini dapat dijabarkan sebagai A-B-C; Yakni A antecedent yang diikuti dengan B behavior dan diikuti dengan C consequence. „Antecedent’ hal yang mendahului terjadinya perilaku berupa instruksi yang diberikan oleh seseorang kepada anak autis. Melalui gaya pengajarannya yang terstruktur, anak autis kemudian memahami „Behavior’ perilaku apa yang diharapkan dilakukan olehnya sesudah instruksi tersebut diberikan, dan perilaku tersebut diharapkan cenderung terjadi lagi bila anak memperoleh „Consequence’ konsekuensi perilaku, atau kadang berupa imbalan yang menyenangkan. Tujuan penanganan ini terutama adalah untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan anak terhadap aturan. Terapi ini umumnya mendapatkan hasil yang signifikan bila dilakukan secara intensif, teratur dan konsisten pada usia dini.

2. Terapi Wicara

Terapi Wicara adalah terapi yang dilakukan pada prinsip-prinsip di mana timbul kesulitan berkomunikasi atau ganguan pada berbahasa dan berbicara bagi orang dewasa maupun anak. Terapis Wicara orang yang memberikan terapi berbicara dapat diminta untuk berkonsultasi dan konseling, mengevaluasi, memberikan perencanaan maupun penanganan untuk terapi, dan merujuk sebagai bagian dari tim penanganan kasus. Ganguan Komunikasi pada Autistic Spectrum Disorders ASD bersifat, verbal, non-Verbal dan kombinasi.

3. Terapi Biomedik