PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IIIA SD NEGERI JAGERAN SEWON BANTUL YOGYAKARTA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI MEDIA GAMBAR.

(1)

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IIIA SD NEGERI JAGERAN SEWON BANTUL YOGYAKARTA DALAM PEMBELAJARAN IPS

MELALUI MEDIA GAMBAR

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Dedi Irmansyah Putra NIM 12108249041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Dedi Irmansyah Putra

NIM : 12108249041

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas : Ilmu Pendidikan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali dengan acuan atau kutipan dengan tata penulisan karya ilmiah yang telah berlaku.

Tanda tangan yang tertera dalam lembar pengesahan adalah asli. Apabila terbukti tanda tangan dosen penguji palsu, maka saya bersedia memperbaiki dan mengikuti yudisium periode berikutnya.

Yogyakarta, 19 Desember 2016 Yang Menyatakan

Dedi Irmansyah Putra NIM 12108249041


(4)

(5)

MOTTO

Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu, namun hanya didapatkan oleh mereka yang bersemangat mengejarnya.

(Abraham Lincoln)

Jadikan diri kita gemar dalam belajar, sehingga kita bisa selalu termotivasi untuk belajar, dan kita akan merasa mudah dalam belajar.


(6)

PERSEMBAHAN

1. Bapak Ahman Sofi dan ibu Hati Jawati sertakeluarga yang senantiasa memberikan do’a dan dukungannya.

2. Nusa, bangsa, dan agama. 3. Almamaterku UNY tercinta.


(7)

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS III A SD NEGERI JAGERAN, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA DALAM PEMBELAJARAN IPS

MELALUI MEDIA GAMBAR Oleh

Dedi Irmansyah Putra NIM 12108249041

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IIIA SD Negeri Jageran, Sewon, Bantul, Yogyakarta dalam pembelajara IPS melalui media gambar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IIIA SD Negeri Jageran yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Objek penelitian ini adalah motivasi belajar siswa kelas IIIA SD Negeri Jageran, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Yogyakarta melalui media gambar. Desain penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kuantitatif yaitu dengan mecari rerata motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS.

Berdasarkan hasil analisis data dapat dikatakan bahwa melalui penggunaan media gambar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IIIA SD Negeri Jageran, Sewon, Bantul, Yogyakarta dalam pembelajaran IPS. Peningkatan ini berupa peningkatan persentase skor motivasi yang diperoleh siswa yaitu pada siklus 1 dari 30 siswa kelas IIIA SD Negeri Jageran, Sewon, Bantul, Yogyakarta terdapat 11 orang siswa yang skor motivasinya mencapai kriteria keberhasilan dengan persentase sebesar 36,66%. Pada siklus 2, terjadi peningkatan terhadap skor motivasi yang diperoleh siswa. Dari 30 siswa kelas IIIA SD Negeri Jageran, Sewon, Bantul, Yogyakarta terdapat 23 orang siswa yang skor motivasinya mencapai kriteria keberhasilan dengan persentase sebesar 85,18%.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudulPENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS III A SD NEGERI JAGERAN DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI MEDIA GAMBAR”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Selama mengerjakan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan berupa petunjuk, bimbingan maupun pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat bapak/ibu di bawah ini.

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta bapak Prof. Dr. H Rochmad Wahab, M.Pd MA yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan bapak Dr. Haryanto, M.Pd yang telah memberikan kemudahan dalam terlaksananya penelitian ini.

3. Ketua Jurusan PPSD bapak Drs. Suparlan, M. Pd. I yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Sekar Purbarini Kawuryan, S. IP, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, memberi masukan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Kepala sekolah SD Negeri Jageran ibu Sumartinah, S.Pd yang telah memberikan izin

untuk mengadakan penelitian di kelas III SD N Jageran.

6. Guru kelas IIIA SD Negeri Jageran bapak Tahripudi, S. Th. I yang telah membimbing, mengajarkan, serta membantu pelaksanaan proses penelitian.

7. Siswa kelas IIIA SD Negeri Jageran yang telah bersedia sebagai subjek dalam proses penelitian.

8. Terima kasih kepada Haryati Kamaludin yang telah menyisihkan waktunya untuk membantu memperlancar dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Terima kasih kepada teman seperjuangan PPGT PGSD UNY 2012 yang telah memberikan do’a dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.


(9)

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat sesuai dengan fungsinya dan dapat memberikan sumbangan yang positif di bidang ilmu pengetahuan khususnya pembelajaran IPS.

Yogyakarta, 19 Desember 2016 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN...ii

SURAT PERNYATAAN ...iii

HALAMAN PENGESAHAN ...iv

MOTTO ...v

PERSEMBAHAN...vi

ABSTRAK...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI...x

DAFTAR TABEL...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN...xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah...8

C. Batasan Masalah ...8

D. Rumusan Masalah...8

E. Tujuan Penelitian ...9

F. Manfaat Penelitian ...9

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Tentang Pembelajaran IPS di SD ...11

1. Hakikat IPS SD ...11

2. Tujuan Pembelajaran IPS ...12

3. Pembelajaran IPS di SD ...13

B. Kajian tentang Motivasi Belajar ...15

1. Hakekat Motivasi Belajar ...15

2. Fungsi Motivasi dalam Belajar ...17

3. Macam-macam Motivasi Belajar ...20


(11)

3. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran ...29

4. Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran ...30

5. Jenis dan Kriteria Media Pembelajaran ...32

D. Kajian Tentang Media Gambar ...33

E. Kajian Tentang Karakteristik Siswa SD ...35

F. Keterkaitan Media Gambar dengan Karakteristik Siswa Kelas III ...37

G. Kerangka Pikir ...38

H. Hipotesis Tindakan ...39

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian...40

B. Subjek dan Objek Penelitian ...40

C. Setting Penelitian ...41

D. Prosedur Penelitian ...41

E. Metode Pengumpulan Data...44

F. Instrumen Penelitian ...46

G. Teknik Analisis Data...48

H. Kriteria Keberhasilan ...49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...50

1. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 ...50

a. Perencanaan Tindakan ...50

b. Pelaksanaan Tindakan ...51

1) Pertemuan 1 ...51

2) Pertemuan 2 ...53

c. Observasi ...55

d. Refleksi Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 ...59

2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus 2 ...60

a. Perencanaan Tindakan ...61

b. Pelaksanaan Tindakan...62

1) Pertemuan 1 ...62


(12)

C. Keterbatasan Penelitian ...72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...74

B. Saran ...74

DAFTAR PUSTAKA ...76


(13)

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kelas III semester

II tentang Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah dan

Sekolah ...15 Tabel 2. Kisi-kisi angket Motivasi Belajar dalam Pembelajaran IPS ...46 Tabel 3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Proses Pembelajaran

IPS Menggunakan Media Gambar ...47 Tabel 4. Persentase Observasi Siswa pada Proses Pembelajaran IPS

Menggunakan Media Gambar Pada Siklus 1 ...56 Tabel 5. Angket Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS

Menggunakan Media Gambar Pada Tahap Siklus 1 ...57 Tabel 6. Persentase Observasi Siswa pada Proses Pembelajaran IPS

Menggunakan Media Gambar Pada Siklus 2 ...66 Tabel 7. Angket Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS


(14)

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Model Penelitian Kemmis dan Taggart ...42 Gambar 2. Media gambar sebelum digunakan. ...52 Gambar 3. Kegiatan siswa mengamati media gambar yang diperlihatkan

guru ...52 Gambar 4. Kegiatan siswa berdiskusi dalam kelompoknya ...54 Gambar 5. Kegiatan siswa mendengarkan guru menyampaikan

materi pelajaran ...62 Gambar 6. Kegiatan siswa mengerjakan soal evaluasi ...64 Gambar 7. Histogram Perbandingan Motivasi Belajar Siklus 1 dan


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 Pertemuan 1...79

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 Pertemuan 2 ...82

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2 Pertemuan 1...90

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2 Pertemuan 2 ...93

Lampiran 5. Hasil Siswa Siklus 1 dan Siklus 2 ...98

Lampiran 6. Nilai Hasil Tes Pada Pembelajaran IPS Melalui Media Gambar Pada Siswa Kelas III A SD N Jageran Pada Tahap Siklus 1 ...107

Lampiran 7. Nilai Hasil Tes Pada Pembelajaran IPS Melalui Media Gambar Pada Siswa Kelas III A SD N Jageran Pada Tahap Siklus 2 ...108

Lampiran 8. Hasil Observasi Siswa Siklus 1 ...109

Lampiran 9. Hasil Observasi Siswa Siklus 2 ...110

Lampiran 10. Instrumen Angket Motivasi Belajar ...111

Lampiran 11. Hasil Angket Motivasi Belajar Siklus 1 ...114

Lampiran 12. Hasil Angket Motivasi Belajar Siklus 2 ...116


(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Perbuatan belajar timbul karena adanya motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan belajar. Hamzah B. Uno (2006: 1) mengemukakan bahwa motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakan seseorang bertingkah laku. Dorongan itu dapat timbul dari dalam diri subjek atau dari luar diri subjek sehingga subjek melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu tanpa adanya rangsangan dari luar, sedangkan faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar. Faktor intrinsik dapat berupa hasrat dan keinginan berhasil untuk mencapai cita-cita. Sementara itu, faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan-kegiatan yang menarik.

Motivasi belajar pada mulanya adalah suatu kecendrungan alamiah dalam diri umat manusia, tapi kemudian terbentuk sedemikian rupa dan secara berangsur-angsur, tidak hanya sekedar menjadi penyebab dan mediator belajar tetapi juga sebagai hasil belajar itu sendiri (Raymond J. Wlodkowski dan Judith H. Jaynes, terjemahan Nur Setyo Budi Widarto, 2004: 19). Menurut Sardiman, (2007: 75) dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dalam kegiatan


(17)

belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat dicapai.

Hakikat motivasi belajar menurut Hamzah B.Uno (2006: 23) adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan-perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) Adanya penghargaan dalam belajar.; (5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.; (6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.

Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil. Setiap siswa pasti memiliki hasrat dan keinginan untuk berhasil. Hal ini terlihat jelas ketika siswa bersungguh-sungguh dalam belajar. Selain itu ketika ditanya tentang cita-cita, siswa dengan semangatnya menjawab ingin menjadi dokter, guru, pilot, dan lain-lain. Namun kenyataannya, berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kelas III SD Negeri Jageran pada hari Senin tanggal 28 Oktober 2015 terdapat sebagian besar siswa memang ingin berhasil tapi diduga mereka masih malas belajar. Hal ini disebabkan oleh kurangnya motivasi yang diperoleh siswa, baik dari guru, orangtua, lingkungan siswa, sarana prasarana dan lain-lain. Motivasi ini diperlukan siswa untuk membangkitkan atau mendorong siswa untuk belajar.


(18)

Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. Untuk mencapai keberhasilan siswa dalam belajar diperlukan adanya dorongan dan kebutuhan siswa dalam belajar. Hal ini berpengaruh dengan tingkat keberhasilan siswa. Jika kebutuhan siswa terpenuhi maka dengan sendirinya siswa akan terdorong dan termotivasi untuk belajar tanpa adanya tekanan akan kebutuhannya yang belum terpenuhi. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari siswa kelas III SD N Jageran, kebutuhannya dapat berupa kebutuhan jasmaniah dan rohani. Begitu juga sebaliknya jika kebutuhan siswa belum terpenuhi maka keinginannya untuk belajar akan berkurang. Pada kenyataannya dilapangan sebagian besar siswa yang sudah terpenuhi kebutuhannya namun mereka belum terdorong untuk belajar. Hal ini juga disebabkan karena siswa kurang mendapatkan motivasi untuk belajar baik dari guru, orangtua, lingkungan sekitar siswa, sarana prasarana dan lain-lain.

Adanya penghargaan dalam belajar. Siswa akan termotivasi untuk belajar jika pendapat atau jawaban siswa dihargai oleh guru. Namun pada kenyataannya pendapat siswa sering tidak dihargai oleh guru. Hal ini terlihat pada saat observasi di lapangan, ketika guru memberikan pertanyaan kepada siswa, guru langsung menjawab pertanyaannya tersebut. Dengan kata lain, kesempatan siswa untuk memikirkan jawaban kurang diberikan oleh guru. Berarti dapat di ketahui secara tidak langsung guru tidak memerlukan jawaban dari siswa. Ini membuat siswa tidak mau berpikir dan menjawab pertanyaan lisan dari guru karena siswa sudah tahu kalau pertanyaannya akan dijawab oleh guru.


(19)

Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. Jika pembelajaran yang dirancang guru dibuat menarik maka dengan sendirinya siswa akan senang untuk mengikuti pembelajaran tersebut. Namun kenyataanya dilapangan dalam proses pembelajarannya guru kurang memanfaatkan media pembelajaran yang menarik yang mampu mendorong siswa untuk semangat dalam belajar. Siswa selama proses pembelajaran lebih sering menggunakan buku paket.

Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik. Lingkungan belajar yang kondusif dibutuhkan siswa untuk tetap fokus untuk belajar. Jika didalam kelas guru merancang suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan maka siswa akan termotivasi untuk belajar. Namun kenyataannya di dalam kelas guru kurang merancang suasana kelas yang kondusif sehingga siswa merasa bosan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Suasana kelas terlihat monoton dengan penataan bangku yang menunjukkan pembelajaran hanya dilakukan dua arah antara guru dengan siswa. Selain itu, masih sedikit gambar-gambar yang dipajang di dinding ruang kelas untuk menarik perhatian siswa. Ketika guru menjelaskan di papan tulis, siswa lebih asyik dengan dunianya sendiri misalnya siswa bermain dengan teman sebangkunya dan tidak mendengarkan penjelasan guru.

Ahmad Susanto, (2014: 2) Pembelajaran IPS di SD memiliki tujuan yang sangat penting, yaitu untuk memahami dan mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, keterampilan sosial, kewarganegaraan, fakta,


(20)

peristiwa, konsep dan generalisasi serta mampu merefleksikan dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Tujuan tersebut sudah jelas dan tegas untuk memberikan bekal bagi siswa. Sementara Awan Mutakin, 2003 (Susanto, 2014: 10) mengungkapkan bahwa tujuan pembelajaran IPS secara keseluruhan membantu setiap individu untuk meningkatkan aspek ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai keterampilan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu strategi yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu menggunakan media pembelajaran yang menarik. Salah satu media pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan menggunakan media gambar.

Berdasarkan hasil obervasi di lapangan pada saat kegiatan magang 3 di SD Negeri Jageran pada tanggal 24 september- 02 oktober 2015 ditemukan bahwa guru dalam proses pembelajaran yang berlangsung selama ini kebanyakan menggunakan ceramah. Ceramah cenderung teoretis dan komunikasi yang terjadi hanya satu arah yaitu guru menjadi satu-satunya sumber belajar serta kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Ahmad Susanto (2014: 5) proses pembelajaran seperti ini menimbulkan kebosanan dan kelemahan pikiran, keterampilan yang diperoleh hanyalah sebatas pengumpulan fakta-fakta dan pengetahuan abstrak.Belajar dengan cara mengafal membuat siswa bergantung pada guru sebagai sumber informasi dan karenanya siswa kurang peduli dengan kekurangannya sendiri. Siswa tidak berkeinginan untuk belajar secara lebih mendalam lagi karena informasi sudah tersedia. Siswa kurang mendapatkan


(21)

motivasi baik itu dari guru, orangtua, lingkungan sekitar siswa, sarana prasarana, dan lain-lain dalam mengikuti pembelajaran IPS di kelas. Selain itu kurangnya media pembelajaran yang menarik yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Banyak media pembelajaran yang hanya tertumpuk di ruang perpustakaan dan kurang dimanfaatkan oleh guru untuk membantu memperlancar proses pembelajaran.

Salah satu upaya untuk mengatasi kurangnya motivasi siswa dalam belajar adalah dengan menggunakan media. Penggunaan media dalam pembelajaran penting, karena fungsi media dalam proses pembelajaran merupakan penyaji stimulus atau informasi yang berguna untuk meningkatkan keserasian penerimaan informasi. Media akan memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis (Djuanda, 2006: 102). Hamalik, 1986 (Azhar Arsyad, 2011: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Banyak media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam proses pembelajaran. Menurut Nana Sudjana (2007: 3) mengemukakan jenis media dibagi menjadi empat macam seperti berikut: (1) Media grafis, seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik, dan lain-lain. Media grafis juga sering disebut sebagai media dua dimensi, bisa media yang mempunyai dua ukuran panjang dan lebar; (2) Media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat, model penampang, model susun,


(22)

model kerja, mock up, diorama, dan lain-lain; (3) media proyeksi seperti slide, film strip, film, penggunaan Over Head Proyektor dan lain-lain; (4) Penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran.

Namun pada penelitian ini peneliti menerapkan strategi menggunakan media bergambar untuk mengatasi masalah kesulitan siswa dalam pembelajaran IPS karena media gambar merupakan alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Media gambar adalah suatu gambar yang berkaitan dengan materi pelajaran yang berfungsi untuk menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Media gambar ini dapat membantu siswa untuk mengungkapkan informasi yang terkandung dalam masalah sehingga hubungan antar komponen dalam masalah tersebut dapat terlihat dengan lebih jelas. Media gambar bertujuan untuk membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajarannya. Media gambar memiliki kelebihan yang bersifat konkret, dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, pembuatannya mudah dan juga murah. Tujuan dari media gambar pada mata pelajaran IPS yaitu dapat memperjelas penyajian guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Selain itu media gambar dalam pembelajaran IPS juga bertujuan agar mengurangi rasa jenuh pada siswa saat proses belajar mengajar.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud untuk menerapkan strategi menggunakan media gambar untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IIIA SD Negeri Jageran dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan


(23)

Sosial. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul “meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IIIA SD Negeri Jageran dalam pembelajara IPS melalui mediagambar”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentfikasi masalah-masalah sebagai berikut.

1. Motivasi belajar siswa masih rendah.

2. Selama ini pembelajaran IPS dilakukan kurang menggunakan media gambar.

3. Guru kurang menggunakan media kepada siswa dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, perlu adanya pembatasan masalah dengan harapan semua pembahasan dapat mencapai sasaran peneliti yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah yang terkait dengan penggunaan media gambar untuk meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas IIIA SD Negeri Jageran, Sewon, Bantul Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah pada penelitian ini adalah “bagaimana meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IIIA SD Negeri Jageran, Sewon, Bantul, Yogyakarta dalam pembelajaran IPS melalui media gambar?


(24)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas dapat ditetapkan tujuan penelitian yaitu“meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IIIA SD Negeri Jageran, Sewon, Bantul, Yogyakarta dalam pembelajara IPS melalui media gambar”.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan manfaat teoritis, yaitu dapat memberikan sumbangan pemikiran dan tolak ukur kajian berupa alternatif yang dapat dipertimbangkan dalam usaha memperbaiki mutu pendidikan dan mempertinggi interaksi belajar mengajar, khususnya dalam pembelajaran IPS. Selain itu, juga meningkatkan motivasi belajar melalui media belajar.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS, dan meningkatkan kreativitas dan keberanian siswa dalam berpikir.

b. Bagi Guru

Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada guru dalam penggunaan media bergambar untuk meningkatkan motivasi siswa.


(25)

c. Bagi Pihak Sekolah

Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi sekolah untuk memperbaiki proses pembelajaran yang nantinya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan penelitian yang terkait dengan peningkatan motivasi belajar pada siswa melalui media bergambar atau media pembelajaran yang lainnya.


(26)

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Tentang Pembelajaran IPS di SD

1. Hakikat IPS SD

Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi menjelaskan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta

warga dunia yang cinta damai

( http://www.scribd.com/doc/48620155/Lampiran-Permendiknas-Nomor-22-Tahun-2006-Tentang-Standar-Isi-Lampiran-SD-MI#scribd).

Sependapat dengan Sapriya (2009: 19-20) menyebutkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah. IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi atau gabungan dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Diperkuat dengan pendapat Ahmad Susanto (2014: 6) yang mengatakan bahwa ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora, yaitu: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu pengetahuan sosial


(27)

tersebut dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial.

Sementara itu, Hidayati (2002: 13) mengartikan IPS sebagai bidang studi kemasyarakatan secara terpadu (integrasi). Pada Sekolah Dasar, IPS merupakan perpaduan mata pelajaran sejarah, geografi, dan ekonomi. Dalam pembelajaran IPS, pembelajaran tidak dapat diartikan secara sederhana sebagai alih informasi pengetahuan dan keterampilan kedalam benak siswa.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan hakekat Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB yang mengkaji tentang seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang dirumuskan atas dasar realitas fenomati sosial.. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. 2. Tujuan Pembelajaran IPS

Etin Solihatin dan Raharjo (2007: 15) menyebutkan bahwa pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.


(28)

Sementara itu, Hidayati (2002: 22) menjelaskan tujuan utama IPS adalah untuk memperkaya dan mengembangkan kehidupan siswa dan mengembangkan kemampuan dalam lingkungannnya dan melatih siswa untuk menempatkan dirinya dalam masyarakat yang demokratis, serta menjadikan negaranya sebagai tempat hidup yang lebih baik.

Hampir sama dengan pendapat Buchari Alma (2010: 6) menyebutkan bahwa tujuan IPS adalah mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positip terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari baik yang menimpah diri sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar adalah memberikan bekal kepada peserta didik untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang terjadi di lingkungannya dan menjadikan siswa sebagai warga negara yang baik. Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran IPS di SD diperlukan adanya motivasi belajar pada diri peserta didik.

3. Pembelajaran IPS SD Kelas III a. Ruang Lingkup Materi

Pada umumnya materi pembelajaran IPS ialah tentang manusia dan dunia sekelilingnya. Hal ini lebih diperjelas dengan pendapat dari Djodjo Surahdisastra, dkk (1991/1992: 4) yang mengatakan bahwa


(29)

pada dasarnya IPS merupakan kajian tentang manusia dan dunia sekelilingnya dan yang menjadi pokok kajiannya adalah tentang hubungan antarmanusia. Menurut Barth dan Shermis, 1980 (Djodjo Surahdisastra, dkk, 1991/1992: 4) mengemukakan bahwa secara ringkas yang dikaji dalam pembelajaran IPS meliputi: (1) pengetahuan, (2) pengolahan informasi, (3) telaah nilai dan keyakinan, (4) peran serta dalam kehidupan.

Untuk lebih jelasnya Djodjo Surahdisastra, dkk (1991/1992: 10) mengungkapkan bahwa adapun materi kajian IPS yang dikaji disetiap tingkatan kelas adalah sebagai berikut:

(1) Di kelas I SD disajikan materi tentang keluarga dan lingkungannya.

(2) Di kelas II disajikan materi tentang lingkungan pertetanggaan dan komunitasnya di wilayah yang berbeda, umumnya di negara sendiri.

(3) Di kelas III disajikan materi tentang masalah sumber komunitas sendirir, kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Serta bentuk-bentuk komunikasi dan transportasi dan kehidupan di kota. (4) Di kelas IV disajikan materi tentang lingkungan wilayah dan

kebudayaan di dunia.

(5) Di kelas V disajikan materi tentang sejarah dan geografi negara sendiri.


(30)

(6) Di kelas VI disajikan materi tentang sejarah, geografi dan beberapa segi dari wilayah tertentu di dunia, terutama di belahan dunia sebelah timur.

Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian di kelas III dengan materi tentang kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah, dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) sebagai berikut:

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kelas III semester II tentang Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah

dan Sekolah

Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) 2. memahami jenis pekerjaan dan

penggunaan uang

2.3. memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah

B. Kajian Tentang Motivasi Belajar 1. Hakekat Motivasi Belajar

Menurut Mc. Donald (sardiman, 2007: 73-74) mengatakan motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Pengertian tersebut mengandung tiga elemen, yaitu: (1) bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia, (2) motivasi ditandai dengan munculnya rasa feeling, afeksi seseorang, (3) motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Berdasarkan elemen tersebut dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.


(31)

Sugihartono, dkk (2012: 74) mengatakan belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

Berdasarkan pendapat di atas, Sardiman, (2007: 102) dalam kegiatan belajar mengemukakan bahwa motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.

Pendapat tersebut diperkuat dengan pendapat Hamzah B. Uno (2006: 23) mengatakan hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan-perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan peserta didik dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil b. Adanya dorongan dan kebutuhan belajar c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan d. Adanya penghargaan dalam belajar

e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang peserta didik dapat belajar dengan baik.


(32)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan motivasi belajar adalah dorongan baik dalam diri maupun dari luar diri untuk melakukan kegiatan belajar. Guru dan siswa memiliki peran yang sama-sama pentingnya dalam mewujudkan motivasi belajar agar tujuan pembelajaran dapat berhasil. 2. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Sardiman (2007: 85) menyebutkan adapun fungsi-fungsi motivasi dalam belajara adalah sebagai berikut.

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini adalah sebagai motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatannya, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuang yang ingin dicapai.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi untuk mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Selain itu, motivasi juga berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi belajar.

Lebih jelas, Hamzah B. Uno (2006: 28-29) menjelaskan motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa fungsi motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam


(33)

menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, dan menentukan ketekunan belajar.

a. Peran atau fungsi motivasi dalam menentukan penguatan belajar. Motivasi dapat berperan atau berfungsi dalam penguatan belajar apabila seorang siswa yang belajar dihadapan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan melalui bantuan hal-hal yang perna dilaluinya. Sesuatu dapat menjadi penguatan belajar bagi seorang siswa, apabila dia sedang benar-benar mempunyai motivasi untuk belajar. Dengan kata lain, motivasi dapat menentukan hal-hal apa di lingkungan anak yang dapat memperkuat perbuatan belajar.

b. Peran atau fungsi motivasi dalam memperjelas tujuan belajar. Peran atau fungsi motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Peserta didik akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang di pelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi peserta didik. c. Peran atau fungsi motivasi dalam menentukan ketekunan belajar.

Peserta didik yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya,


(34)

apabila peserta didik kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka peserta didik tersebut tidak tahan lama dalam belajar. Lain halnya, Sugihartono, dkk (2012: 78) mengatakan motivasi belajar yang tinggi dapat berfungsi untuk menggiatkan aktifitas belajar siswa. Motivasi belajar yang tinggi dapat ditemukan dalam sikap perilaku peserta didik antara lain:

a. Adanya kualitas keterlibatan peserta didik dalam belajar yang sangat tinggi.

b. Adanya perasaan dan keterlibatan afektif peserta didik yang tinggi dalam belajar.

c. Adanya upaya peserta didik untuk senantiasa memelihara atau menjaga agar selalu memiliki motivasi belajar yang tinggi.

Lebih jelasnya, Menurut Wina Sanjaya, (2008: 251-253) mengatakan pembelajaran akan berhasil apabila siswa memiliki motivasi dalam belajar. Ada dua fungsi motivasi dalam proses pembelajaran, yakni mendorong siswa untuk beraktivitas dan motivasi berfungi sebagai pengarah. Tingkah laku yang ditunjukan setiap individu pada dasarnya diarahkan untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Peserta didik akan merasa tidak senang, apabila aktivitasnya diganggu, karena mereka merasa hal itu dapat menghambat pencapaian tujuan. Dengan demiakian, maka motivasi bukan hanya dapat menggerakan seseorang untuk beraktivitas tetapi melalui motivasi juga orang tersebut akan mengarahkan aktivitasnya secara bersungguh-sungguh untuk mencapai tujuan tertentu.


(35)

Oleh karena itu, jelas bahwa motivasi dapat menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi atau peranan motivasi dalam belajar adalah mendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatannya, menyeleksi perbuatannya dalam menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi untuk mencapai tujuan, menentukan hal-hal yang dapat dijadikan sebagai penguat belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, menentukan ketekunan belajar, untuk menggiatkan aktifitas belajar siswa serta sebagai pengarah tingkah laku peserta didik.

3. Macam-Macam Motivasi Belajar

Secara umum Sardiman, (2007: 86-90) membagi motivasi menjadi 4 macam, yaitu antara lain: (1) motivasi dilihat dari dasar pembentukannya, (2) motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis, (3) motivasi jasmania dan rohania, (4) motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya dibagi menjadi dua yaitu motivasi-motivasi bawaan dan motivasi-motivasi yang dipelajari. Yang dimaksud dengan motivasi bawaan adalah motivasi yang dibawak sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Motivasi seperti ini sering disebut sebagai motivasi yang disyaratkan secara biologis. Sedangkan motivasi yang dipelajari adalah motivasi-motivasi yang timbul karena dipelajari. Motivasi


(36)

seperti ini sering disebut dengan motivasi yang disyaratkan secara sesuai.

b. Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis dibagi menjadi tiga yaitu motivasi atau kebutuhan organis meliputi: kebutuhan untuk makan, minum, bernapas, berbuat, dan kebutuhan untuk beristirahat. Motivasi darurat yang meliputi: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, dan dorongan untuk memburu. Dan motivasi objektif yang meliputi kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motivasi-motivasi ini muncul karena adanya dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.

c. Motivasi jasmaniah dan rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmaniah meliputi refleks, insting otomatis, dan nafsu sedangkan yang termasuk motivasi rohania adalah kemauan.

d. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang ada dalam diri setiap individu berupa dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktifitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri individu dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajarnya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi-motivasi yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinsik juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktifitas belajar dimulai


(37)

dan diteruskan karena adanya dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

Lebih jelasnya, Biggs dan Telfer, dalam Dimyati, dkk 1994 (Sugihartono, dkk 2012: 78) menyatakan bahwa pada dasarnya siswa memiliki bermacam-macam motivasi dalam belajar. Macam-macam motivasi tersebut dapat dibedakan menjadi empat golongan, yaitu:

a. Motivasi instrumental, berarti bahwa peserta didik belajar karena didorong oleh adanya hadiah atau menghindari hukuman.

b. Motivasi sosial, berarti bahwa peserta didik belajar untuk penyelenggaraan tugas, dalam hal ini keterlibatan siswa pada tugas menonjol.

c. Motivasi berprestasi, berarti bahwa peserta didik belajar untuk meraih prestasi atau keberhasilan yang telah ditetapkannya.

d. Motivasi instrinsik, berarti bahwa peserta didik belajar karena keinginannya sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan mengukur motivasi belajar siswa sesuai dengan macam-macam motivasi yang dikemukakan oleh Sardiman, yaitu: motivasi ekstrinsik.

C. Kajian Tentang Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran

Azhar Arsyad, (2007: 3) mengatakan media dalam proses pembelajaran diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.


(38)

Lain halnya dengan Briggs, 1970 (Arief Sadiman 2009: 6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik seperti buku, film, kaset, film bingkai, dan lain-lain yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Lebih jelasnya Arief Sadiman (2009: 7) mengatakan media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Lebih jelasnya, Rostina Sundayana (2013: 6) menjelaskan media sebagai suatu alat atau sejenisnya yang dapat dipergunakan sebagai pembawa pesan dalam suatu kegiatan pembelalajaran. Pesan yang dmaksud adalah materi pelajaran, dimana keberadaan media tersebut dimaksudkan agar pesan dapat lebih mudah dipahami dan di mengerti oleh peserta didik. Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

Zainal Aqib (2014: 50) mengatakan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan merangsang terjadinya proses belajar pada peserta didik (siswa). Sementara itu, Rostina Sundayana, (2013: 6) mengatakan media pembelajaran adalah sebuah alat yanng berfungsi dan digunakan untuk pesan pembelajaran.


(39)

Hampir sama dengan pendapat Rossi dan Breidle, 1966 (Wina Sanjaya, 2012: 58) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya. Menurut Rossi alat-alat semacam radio dan televisi apabila digunakan dan diprogram untuk pendidikan maka merupakan media pembelajaran. Bagi Rossi media itu sama dengan alat-alat fisik yang mengandung informasi dan pesan pendidikan. menurut Gerlach (Wina Sanjaya, 2012: 60) mengatakan media pembelajaran itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sependapat dengan Gerlach, Gagne, 1970 (Wina Sanjaya, 2012: 60) juga mengatakan bahwa media pembelajaran adalah berbagai komponen yang ada dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Lingkungan itu sendiri cukup luas, meliputi meliputi lingkungan yang didesain sedemiakian rupa untuk kebutuhan proses pembelajaran seperti laboratorium, perpustakaan, atau apotek hidup dan lain-lain; dan lingkungan yang tidak didesain untuk kebutuhan pembelajaran akan tetapi dapat dimanfaatkan untuk memperlancar proses pembelajaran siswa seperti kantin sekolah, taman dan halaman sekolah, dan lain-lain. Sedangkan menurut Cangara (2006: 119), media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu seperti alat, lingkungan, dan segala


(40)

bentuk kegiatan yang dikondisikan untuk memperlancar guru (komunikator) dalam menyampaikan proses pembelajaran dan membantu merangsang pemikiran siswa serta menambah pengetahuan, mengubah sikap atau menanamkan keterampilan pada diri siswa.

2. Manfaat Media Pembelajaran

Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efesien. Akan tetapi secara lebih khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci. Kemp dan Dayton, 1985 (Etin Solihatin dan Raharjo, 2009: 23-25) mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran sebagai berikut.

a. Menyampaikan materi pelajaran dapat diseragamkan.

Setiap guru mempunyai penafsiran yang berbeda-beda terhadap suatu konsep materi pelajaran tertentu. dengan bantuan media, penafsiran yang beragam tersebut dapat dihindari sehingga dapat disampaikan kepada siswa secara seragam.

b. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.

Materi pelajaran yang dikemas melalui program media akan lebih jelas, lengkap, dan menarik minat siswa. Dengan media, materi sajian bisa membangkitkan rasa ingin tahu siswa; merangsang siswa bereaksi, baik secara fisik maupun emosional. Media dapat membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan membosankan.


(41)

c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif

Jika dipilih dan dirancang dengan baik, media dapat membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara aktif selama proses pembelajaran. Tanpa media, seorang guru mungkin akan cenderung berbicara satu arah kepada siswa. Namun, dengan media guru dapat mengatur kelas sehingga bukan hanya guru sendiri yang aktif, tetapi juga siswanya.

d. Efisiensi dalam waktu dan tenaga.

Dengan media tujuan belajar akan mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Dengan media, guru tidak harus menjelaskan materi secara berulang-ulang sebab hanya dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.

e. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa

Penggunaan media dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih mendalam dan utuh. Dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan, atau mengalami sendiri melalui media maka pemahaman siswa pasti akan lebih baik.

f. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara lebih luas, kapanpun dan di manapun, tanpa tergantung pada keberadaan guru.


(42)

g. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar. Dengan media proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.

h. Mengubah peran guru kearah yang positif dan produktif. Dengan memanfaatkan media dengan baik, guru akan lebih banyak memiliki waktu untuk memberi perhatian kepada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, dan lain-lain.

Sementara itu, menurut Wina Sanjaya (2012: 70) media pembelajaran bermanfaat untuk:

a. Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu. Peristiwa-peristiwa penting atau objek yang langka dapat diabadikan dengan foto, film atau direkam melalui video atau audio, kemudian peristiwa tersebut dapat disimpan dan dapat digunakan jika diperlukan.

b. Memanipulasi keadaan, peristiwa atau objek tertentu. Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkreat sehingga mudah dipahami dan dapat menghilangkan verbalisme. Misalnya untuk menyampaikan bahan pembelajaran tentang sistem peredaran darah pada manusia, dapat disajikan melalui film. Selain itu, media pembelajaran juga dapat


(43)

membantu menampilkan objek yang terlalu besar yang tidak mungkin dapat ditampilkan di dalam kelas, atau menampilkan objek yang terlalu kecil yang sulit di lihat dengan menggunakan mata telanjang. Guru dapat memanfaatkan film slide, foto-foto atau gambar untuk menggantikan benda-benda atau objek yang terlalu besar.

c. Menambah gairah dan motivasi belajar siswa. Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat.

Lebih jelasnya, Menurut Zainal Aqib (2014: 51) adapun manfaat dari media pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Menyeragamkan penyampaian materi. b. Pembelajaran lebih jelas dan menarik. c. Proses pembelajaran lebih interaksi d. Efisiensi waktu dan tenaga

e. Meningkatkan kualitas hasil belajar

f. Belajar dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja

g. Menumbuhkan sikap positif belajar terhadap proses dan materi belajar.

h. Meningkatkan peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan fungsi dan manfaat penggunaan media adalah untuk memudahkan komunikasi antara penyampai pesan dan penerima, siswa akan lebih termotivasi dalam belajar, dapat


(44)

meningkatkan aspek sikap dan keterampilan, dapat menyamakan persepsi setiap siswa sehingga setiap siswa memiliki pandangan yang sama terhadap informasi yang disuguhkan dan dapat melayani kebutuhan setiap individu yang memiliki minat dan gaya belajar yang berbeda.

3. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Kriteria utama dalam pemilihan media pembelajaran adalah ketepatan tujuan pembelajaran, artinya dalam menentukan media yang akan digunakan pertimbangannya bahwa media tersebut harus dapat memenuhi kebutuhan atau pencapaian tujuan yang diinginkan. Menurut Rostina Sundayana, (2013: 16-17) beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan media, antara lain: a) dukungan terhadap isi bahan pelajaran, artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi, sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa, b) kemudahan dalam memperoleh media yang digunakan, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, c) keterampilan guru dalam menggunakannya, apapun jenis media yang diperlukan, guru dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran, d) tersedianya waktu untuk menggunakan media tersebut sehingga dapat bermanfaat bagi siswa selama pembelajaran, e) sesuai dan taraf berpikir siswa, memili media untuk pembelajaran harus sesuai dengan taraf berpikir siswa sehingga makna yang terkandung dalam media mudah dipahami oleh siswa.

Seperti telah diuraikan di atas, kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secara


(45)

keseluruhan. Menurut Azhar Arsyad (2007: 75-76) ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain: sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi, praktis, luwes dan bertahan, guru terampil menggunakannya, sesuai dengan pengelompokan sasaran, serta melihat mutu teknisnya.

Sementara itu, Zainal Aqib (2014: 53) dalam memilih media pembelajaranharus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: kompetensi pembelajaran, karakteristik sasaran didik, karakteristik media yang bersangkutan, waktu yang tersedia, biaya yang diperlukan, ketersediaan fasilitas atau peralatan, konteks penggunaan media dan mutu teknis media.

Berdasarkan pendapat di atas, dalam penelitian ini hal-hal yang dipertimbangkan dalam pemilihan media adalah sebagai berikut: kompetensi pembelajaran, karakteristik sasaran didik, karakteristik media yang bersangkutan, waktu yang tersedia, biaya yang diperlukan, ketersediaan fasilitas atau peralatan, konteks penggunaan media dan mutu teknis media. 4. Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan media pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya (2012: 75) mengatakan prinsip penggunaan media meliputi: a) media

digunakan dan diarahkan untuk mempermudah siswa belajar dalam upaya memahami materi peajaran, b) media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran,


(46)

c) media yang digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran, d) media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa, e) media yang akan digunakan harus memperhatikan efektifitas dan efesiensi, f) media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoperasikannya.

Media yang baik belum tentu menjamin keberhasilan belajar siswa. Hal ini mungkin terjadi jika guru tidak dapat menggunakannya dengan baik. Oleh karena itu, media yang telah dipilih dengan tepat harus dapat dimanfaatkan sebaik mungkin sesuai prinsip pemanfaatan media. Menurut Etin Solihatin dan Raharjo (2009: 32-33) ada beberapa prinsip umum yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media pembelajaran, yaitu sebagai berikut: di lihat dari kelebihan atau kelemahan media yang digunakan, penggunaan media yang bervariasi dalam proses pembelajaran, penggunaan media harus dapat memperlakukan siswa secara aktif, sebelum media digunakan harus direncanakan secara matang dalam penyusunan rencana pelajaran, hindari media yang hanya dimaksudkan sebagai selingan atau sekedar pengisi waktu kosong, harus melakukan persiapan yang cukup sebelum penggunaan media.

Dalam menggunakan media sebelumnya harus memperhatikan prinsip-prinsip tertentu agar penggunaan media tersebut dapat mencapai hasil yang baik. Sudjana, 1990 (Rostina Sundayana 2013:16) mengatakan bahwa prinsip-prinsip penggunaan media pembelajaran


(47)

adalah sebagai berikut: a) menentukan jenis media dengan tepat, b) menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat, c) menyajikan media dengan tepat, d) menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat dan situasi yang tepat.

Berdasarkan uraian di atas, prinsip penggunaan media dalam penelitian ini meliputi media yang digunakan harus tepat agar mempermudah siswa belajar dalam upaya memahami materi peajaran, media yang digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran, media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa, media yang akan digunakan harus memperhatikan efektifitas dan efesiensi, dan media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoperasikannya.

5. Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran

Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Ada media yang dapat dibuat oleh guru sendiri, ada media yang diproduksi pabrik, ada juga media yang sudah tersedia di lingkungan yang langsung dapat dimanfaatkan, dan ada juga media yang secara khusus sengaja dirancang untuk keperluan pembelajaran. Setiap jenis media ini mempunyai karakteristik tertentu yang berbeda satu sama lain. Menurut Etin Solihatin dan Raharjo, (2009: 27-30) adapun beberapa karakteristik media pembelajaran, adalah sebagai berikut media realia, model, gambar/ foto, grafik, media proyeksi, media audio, dan media video.


(48)

Secara singgkat, Zainal Aqib (2014: 52) mengklasifikasikan jenis dan karakteristik media pembelajaran ke dalam beberapa macam, yaitu sebagai berikut: a) media grafis yang meliputi media gambar/ foto, sketsa, diagram, bagan/chart, grafik/graphs, kartun, poster, peta/globe, papanflannel, papan buletin; b) media audio yang meliputi radio dan alat perekam pita magnetik; c) media multimedia yang meliputi file program komputer multimedia. Lebih jelasnya, Arief Sadiman, dkk (2009: 28-75) mengatakan bahwa jenis dan karakteristik media yang sering digunakan dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: (a) media grafis yang meliputi gambar/ foto, sketsa, diagram, bagan/chart, grafik/graphs, kartun, poster, papan flanel/flannel board, dan papan buletin/ bulletin board; (b) media audio yang meliputi radio, alat perekam pita magnetik dan laboratorium bahasa; (c) media proyeksi diam yang meliputi film bingkai, film rangkai, media transparansi, proyektor tak tembus pandang (opaque projector), mikrofis, film, film gelang, televisi, video, serta permainan dan simulasi.

Berdasarkan uaraian di atas, penelitian ini difokuskan menggunakan media pembelajaran jenis media grafis yaitu media gambar/ foto.

D. Media Gambar

Di antara media pembelajaran, gambar/ foto adalah media yang paling umum digunakan untuk berbagai macam kegiatan pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya (2012: 166) Gambar yang baik bukan hanya dapat menyampaikan informasi tetapi juga dapat digunakan untuk melatih


(49)

keterampilan berfikir serta dapat mengembangkan kemampuan imajinasi siswa.

Gambar atau foto sering digunakan dalam proses pembelajaran karena memiliki kelebihan-kelebihan. Menurut Arief Sadiman, dkk (2009: 29-31) beberapa kelebihan media gambar/ foto adalah sebagai berikut: (a) Sifatnya konkret, gambar atau foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah; (b) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu; (c) Media gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan; (d) Foto dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman; (e) Foto harganya murah dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus. Pendapat tersebut diperkuat dengan pendapat Oemar Hamalik, (1980: 81-82) yang mengemukakan bahwa kelebihan dari gambar atau foto sebagai media pembelajaran adalah: 1) gambar bersifat konkret, melalui gambar peserta didik dapat melihat dengan jelas sesuatu yang sedang dibicarakan dalam kelas, 2) gambar mengatasi batas waktu dan ruang, 3) gambar mengatasi kekurangan daya mampu panca indera manusia, 4) gambar dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu masalah, 5) gambar mudah didapat dan harganya murah, 6) gambar mudah digunakan, baik secara individu maupun kelompok siswa.

Dalam pengembangannya ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan agar media gambar atau foto dapat berfungsi sebagai media pembelajaran. Menurut Hujair AH Sanaky, (2013: 83) media atau foto yang


(50)

baik sebagai media pembelajaran, harus memenuhi lima syarat, yaitu: 1) harus autentik, artinya gambar haruslah secara jujur melukiskan situasi seperti apa adanya atau sesuai dengan benda aslinya, 2) sederhana, komposisinya hendaklah cukup jelas menunjukkan point-point pokok dalam gambar, 3) ukurannya relatif, tidak terlalu besar tidak terlalu kecil, 4) gambar atau foto harus mengandung unsur gerak atau perbuatan, 5) gambar atau foto hendaknya bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Sama halnya dengan pendapat Wina Sanjaya, (2012: 168) yang mengemukakan bahwa beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan agar gambar dapat berfungsi sebagai media pembelajaran adalah sebagai berikut: gambar atau foto sebaiknya dibuat harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, gambar yang dibuat harus menggambarkan benda aslinya, gambar harus mampu menunjukkan bagian-bagian yang dianggap penting, gambar yang dibuat hendaklah gambar yang hidup serta gambar yang dibuat harus sederhana, jangan terlalu kompleks.

E. Karakteristik Siswa SD

Muchtar A. Karim dkk (1996 : 20-21) mengatakan umumnya anak SD di Indonesia berumur 7 sampai 12 tahun. Pada umur ini anak masuk dalam tahap operasional konkret. Selama tahap ini anak mengembangkan konsep dengan menggunakan benda-benda konkret untuk menyelidiki hubungan dengan model-model abstrak. Pada tahap ini anak sudah mulai berpikir logis. Berpikir logis ini terjadi sebagai akibat adanya kegiatan anak memanipulasi benda-benda kongkret. Hampir sama dengan pendapat di atas, Usman


(51)

Samatawo (2006: 6-7) menjelaskan bahwa usia peserta didik di Sekolah Dasar berkisar 6-12 tahun. Pada umur ini siswa sudah matang untuk belajar di sekolah. Psikologi kognitif menunjukan bahwa anak sejak usia dini sudah mampu mengembangkan kemampuan kognitifnya, tetapi dengan strategi yang berbeda dengan anak kelas tinggi. Perkembangan siswa pada usia 6-8 tahun ditandai dengan sesuatu yang bersifat konkret.

Anak sejak usia dini sudah mampu mengembangkan kemampuan kognitifnya, tetapi dengan strategi yang berbeda dengan anak kelas tinggi. Menurut Piaget ( Rita Eka Izzaty, dkk: 116) mengatakan masa kelas rendah sekolah dasar yang berlangsung antara usia 6/7 tahun- 9/10 tahun, biasanya anak pada usia ini duduk di kelas 1, 2, dan 3 sekolah dasar. Lebih lanjut, Piaget menjelaskan adapun ciri-ciri anak pada masa kelas rendah sekolah dasar adalah:

a. Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah,

b. Suka memuji diri sendiri, jika tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu dianggapnya tidak penting,

c. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu menguntungkan dirinya,

d. Suka meremehkan orang lain.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa kelas III SD masuk pada tahap operasional konkret, dimana anak belajar sesuatu dari


(52)

benda-benda konkret. Selain itu anak sudah berpikir logis sehingga anak dinilai sudah bisa menerima pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui media bergambar.

F. Keterkaitan Media Gambar Dengan Karakteristik Siswa kelas III Berdasarkan karakteristik siswa kelas rendah yang telah di jelaskan di atas, keterkaitan media gambar dengan karakteristik siswa kelas III SD adalah siswa kelas III SD masuk pada tahap operasional konkret dimana siswa sudah belajar dari benda-benda konkret dan siswa sudah mulai berpikir logis dalam menerima pembelajaran IPS di SD kelas III menggunakan media gambar. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian WAHYU WIDIYANTORO (06108248358) tentang “peningkatan hasil belajar siswa menggunakan media gambar dalam pembelajaran ipa kelas III di SD N Trayu kecamatan Galur kabupaten Kulon Progo” yang mengatakan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari nilai rata-rata kelas sebelum dilakukan penelitian yaitu 68,70 naik menjadi 72,41 setelah dilakukan tindakan pada siklus I. Setelah dilanjutkan siklus kedua rata-rata meningkat lagi dari 72,41 menjadi 77,04. Selain itu, prosentase keberhasilan juga meningkat dari 50% menjadi 66,67% pada siklus I dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 100% (http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/1721/99/258).


(53)

G. Kerangka Pikir

Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB yang mengkaji tentang seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang dirumuskan atas dasar realitas fenomati sosial.. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Selain untuk tujuan di atas, Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar juga bertujuan memberikan bekal kepada peserta didik untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang terjadi di lingkungannya dan menjadikan siswa sebagai warga negara yang baik.

Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran IPS di SD diperlukan adanya motivasi belajar pada diri peserta didik. Guru dan siswa memiliki peran yang sama-sama pentingnya dalam mewujudkan motivasi belajar agar tujuan pembelajaran dapat berhasil. Motivasi belajar bertujuan untuk mendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatannya, menyeleksi perbuatannya dalam menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi untuk mencapai tujuan, menentukan hal-hal yang dapat dijadikan sebagai penguat belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar,


(54)

menentukan ketekunan belajar, untuk menggiatkan aktifitas belajar siswa serta sebagai pengarah tingkah laku peserta didik.

Dalam upaya meningkatkan motivasi belajar IPS pada siswa diperlukan suatu media. Media yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah dengan media bergambar. Di antara media pembelajaran, gambar/ foto adalah media yang paling umum digunakan untuk berbagai macam kegiatan pembelajaran. Gambar atau foto sering digunakan dalam proses pembelajaran karena memiliki kelebihan-kelebihan diantaranya Sifatnya konkret, artinya gambar atau foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah; gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu; media gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan; foto dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman; foto harganya murah dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus.

H. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir di atas, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan bahwa media gambar dapat meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas IIIA Sekolah Dasar Negeri Jageran Sewon, Bantul, Yogyakarta.


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, (2010: 9) mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Pendapat tersebut diperkuat dengan pendapat Daryanto, (2011: 4) yang mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Penelitian tindakan kelas ini, dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IIIA SD Negeri Jageran melalui media gambar dalam pembelajaran IPS.

B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IIIA SD Negeri Jageran, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul Yogyakarta tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.


(56)

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah motivasi belajar siswa kelas IIIA SD Negeri Jageran, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. C. Setting Penelitian

1. Lokasi penelitian

Sekolah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sekolah Dasar Negeri Jageran yang terletak di Krapyak Kulon, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.

2. Waktu penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 pada bulan Maret dan April pada pembelajaran IPS pada materi siklus 1 tentang kegiatan di lingkungan rumah dan sekolah, dan siklus 2 tentang jenis-jenis uang di kelas IIIA SD N Jageran menggunakan media gambar.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang berstuktur. Kemmis dan Taggart (Suharsimi Arikunto, 2006: 93), mengemukakan bahwa penelitian itu terdiri dari beberapa siklus. Setiap siklus masih terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan oleh peneliti yaitu: (1) perencanaan (Planning), (2) tindakan (action) dan observasi (observation), serta (3) refleksi (reflection). Penelitian tindakan model Kemmis dan MC Taggart ini nampak pada gambar.


(57)

Keterangan: Siklus I

1. Perencanaan I 2. Tindakan I 3. Observasi I 4. Refleksi I

Siklus II 1. Perencanaan II. 2. Tindakan II. 3. Observasi II. 4. Refleksi II.

Gambar 1. Model Penelitian Kemmis dan Taggart

Dari gambar di atas, dapat dijelaskan uraian kegiatan dalam penelitian sebagai berikut:

1. Perencanaan (plan)

Tahap perencanaan merupakan proses merencanakan tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa sekolah dasar kelas IIIA SD Negeri Jageran. Perencanaan dalam penelitian ini meliputi:

a. Peneliti dan guru menentukan cara meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IIIA melalui media gambar dalam pembelajaran IPS materi kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah dan uang.

1

4

4

2 2

1 3


(58)

b. Peneliti dan guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

c. Peneliti menyiapkan media pembelajaran berupa media gambar yang berkaitan dengan materi kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah dan uang.

d. Peneliti menyusun format angket motivasi belajar siswa dan lembar observasi mengenai aktivitas pembelajaran antara guru dan siswa. 2. Tindakan (action)

Tindakan dilaksanakan sesuai dengan rancangan yang telah disusun oleh peneliti yang mengacu pada RPP. Pada tahap ini, guru kelas melaksanakan kegiatan pembelajaran IPS dengan pokok bahasan kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah dengan menggunakan media gambar. Peneliti melaksanakan tindakan dalam dua siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2. Jika pada siklus 1 motivasi belajar siswa belum mencapai skor maksimal maka peneliti akan melanjutkan penelitian ke siklus 2, dan seterusnya.

3. Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan oleh peneliti selama pembelajaran IPS berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Peneliti mengukur peningkatan motivasi belajar siswa dengan melakukan pengamatan dan memberikan lembar angket motivasi belajar kepada siswa. Hasil dari pengamatan dan lembar angket motivasi belajar dilakukan untuk mengumpulkan data


(59)

yang dimanfaatkan sebagai bahan refleksi untuk tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.

4. Refleksi (reflect)

Hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis sehingga diperolah hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Pada tahap refleksi ini akan dijadikan sebagai acuan untuk perbaikan disiklus berikutnya.

E. Metode Pengumpulan Data

Suharsimi Arikunto, (2006: 160) menjelaskan bahwa metode pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data penelitiannya. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket, observasi, dan dokumentasi.

1. Angket

Menurut Daryanto, (2011: 82) angket atau kuisioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan daftar pertanyaan atau pernyataan untuk diisi oleh responden. Sementara itu, Zainal Arifin, (2012: 228) mengatakan bahwa angket adalah instrumen penelitian yang berisi serangkaian pertanyaan atau pernyataan untuk menjaring data atau informasi yang harus dijawab oleh responden secara bebas sesuai dengan pendapatnya.


(60)

2. Observasi

Menurut Zainal Arifin, (2012: 231) observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional tentang berbagai fenomena, baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi dengan melakukan pengamatan langsung pada kegiatan pembelajaran IPS materi kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah pada siswa kelas IIIA. Selain melakukan pengamatan, peneliti juga melakukan pencatatan menggunakan lembar observasi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat motivasi belajar siswa kelas IIIA dalam pembeajaran IPS materi kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah.

3. Dokumentasi

Suharsimi Arikunto (2006: 158) mengemukakan bahwa dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Peneliti akan mengambil data dokumentasi berupa foto saat proses pembelajaran IPS, media gambar yang digunakan dalam proses pembelajaran, dan nilai hasil tes siswa.


(61)

F. Instrumen Penelitian

Suharsimi Arikunto (2006: 160) mengemukakan bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pelaksanaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Angket

Angket digunakan untuk mengetahui sejauh mana motivasi siswa dalam pembelajaran IPS setelah menggunakan media gambar. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dengan pertanyaan tertutup yang diberikan tiap akhir siklus.

Angket berbentuk pernyataan yang mengharapkan responden untuk mengisi pernyataan yang terdiri dari 21 pernyataan yang tersedia. Pernyataan dibuat berdasarkan dengan karakteristik siswa dan minat siswa dalam pembelajaran IPS. Dalam membuat pernyataan, peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi. Kisi-kisi yang digunakan dalam instrumen dikembangkan berdasarkan teori menurut Hana Kurniawan, (2012).


(62)

Tabel 2. Kisi-kisi angket Motivasi Belajar dalam Pembelajaran IPS Menggunakan Media Gambar

No. Indikator No item

1. Tekun mengerjakan tugas 1, 11, 15 2. Ulet menghadapi kesulitan 3, 6, 10 3. Memiliki minat terhadap pelajaran 2, 5, 14 4. Lebih senang bekerja mandiri 9, 17, 20 5. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin 4, 8, 16 6. Dapat mempertahankan

pendapatnya

7, 12, 19 7. Senang mencari dan memecahkan

masalah soal-soal

13, 18, 21

Instrument di uji validitas internalnya dengan divalidasi konstruk oleh dosen pembimbing.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan sebagai pedoman untuk melakukan pengamatan atau observasi untuk memperoleh data yang diinginkan. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap perilaku dan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan guru dalam menggunakan media gambar. Hasil pengamatan ditulis dalam sebuah lembar observasi.


(63)

Tabel 3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Proses Pembelajaran IPS Menggunakan Media Gambar No. Aspek Yang

Diamati

Indikator Nomor

Pernyataan 1. Visual Kesungguhan mengamati

media gambar

1 Keaktifan dalam proses

pembelajaran

4 Berpartisipasi dalam

menyelesaikan tugas kelompok

6

2. Lisan Kesungguhan siswa bertanya terkait media gambar

2 Keberanian dalam

mengemukakan pendapat

7 Keberanian menyampaikan

hasil diskusi kelompok

8 3. Mendengarkan Keseriusan mendengarkan

materi

3 Kesungguhan mendengarkan

perintah atau tugas yang diberikan guru

5

Keseriusan mendengarkan hasil diskusi

9

G. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, yaitu suatu metode yang menggunakan data yang diperoleh dari setiap siklus yang telah dilaksanakan dengan melakukan tindakan dalam pembelajaran IPS.

Untuk menentukan rata-rata motivasi belajar IPS siswa, digunakan rumus sebagai berikut.

Rerata motivasi belajar IPS


(64)

H. Kriteria Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil jika ≥ 70% siswa memperoleh skor motivasi 84.


(65)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus 1

Siklus 1 terdiri dari dua pertemuan. Masing-masing pertemuan terdiri dari 2X30 Menit atau 60 Menit. Pada pertemuan pertama guru menjelaskan tentang kegiatan jual beli di lingkungan rumah. Pada pertemuan kedua guru menjelaskan tentang kegiatan jual beli di lingkungan sekolah.

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus 1 akan dijelaskan sebagai berikut.

a. Perencanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap perencanaan yaitu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Peneliti juga menentukan indikator yang akan dilaksanakan pada proses pembelajaran pada pertemuan 1 siklus 1 yaitu: 1) membedakan pengertian warung, toko, pasar, dan supermarket berdasarkan ciri-cirinya, 2) menyebutkan contoh kegiatan jual beli di sekitar rumah, dan 3) menyebutkan barang-barang kebutuhan sehari-hari dan indikator yang akan dilaksanakan pada pertemuan 2 siklus 1 yaitu: 1) membedakan pengertian koperasi sekolah dan kantin sekolah, 2) mendemonstrasikan kegiatan jual beli di koperasi sekolah.

Peneliti juga menyiapkan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu media gambar berupa foto-foto kegiatcan jual beli di


(66)

lingkungan rumah dan foto-foto kegiatan jual beli di lingkungan sekolah seperti gambar koperasi sekolah dan kantin sekolah.

Peneliti juga menyiapkan lembar observasi siswa yang akan digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Selain itu, peneliti juga menyiapkan lembar angket motivasi belajar yang digunakan sebagai instrumen penelitian. Lembar angket motivasi belajar ini akan diisi oleh siswa pada akhir siklus 1.

b. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan 1

Pertemuan pertama pada siklus 1 ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 20 April 2016 pukul 09.00-10.10 yang akan dijelaskan sebagai berikut. Kegiatan awal, guru mengkondisikan siswa agar duduk di tempat duduknya masing-masing kemudian guru mengucapkan salam. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin do’a sebelum memulai pembelajaran. Guru mengecek kehadiran siswa dan menanyakan keadaan siswa. Guru kemudian melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa, “ Anak-anak siapa yang pernah pergi ke pasar bersama ibunya? Apa saja yang dijual di pasar? Siswa menjawab, “Pernah pak, di pasar menjual barang kebutuhan sehari-hari pak”.

Kegiatan inti, siswa mendengarkan penjelasan guru tentang kegiatan jual beli di lingkungan rumah seperti warung, pasar, supermarket, dan toko. Setelah itu, siswa mengamati media gambar berupa foto tentang tempat jual beli di lingkungan rumah berupa foto warung, foto pasar, foto supermarket, dan foto toko dan mendengarkan penjelasan guru tentang macam-macam tempat


(67)

kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan barang-barang kebutuhan sehari hari. Berdasarkan pengamatannya melalui media gambar, guru dan siswa melakukan tanya jawab terkait tempat kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan barang-barang kebutuhan sehari-hari.

Siswa dibagi ke dalam 6 kelompok. Masing-masing kelompok mendapat tugas untuk menentukan tempat kegiatan jual beli, kegiatan yang sedang dilakukan, dan ciri-ciri tempat kegiatan jual beli di lingkungan rumah berdasarkan media gambar (tugas terlampir di LKS). Masing-masing kelompok berdiskusi bersama anggota kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Setelah itu, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.

Kegiatan akhir, guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan merefleksi kegiatan pembelajan hari itu. Guru juga memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih rajin belajar dan aktif dalam pembelajaran di kelas. Setelah itu, guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


(68)

Gambar 2. Media gambar sebelum digunakan.

Gambar 3. Kegiatan siswa mengamati media gambar yang diperlihatkan guru.

Pertemuan 2

Pertemuan kedua pada siklus 1 ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 27 April 2016 pukul 09.00-10.10 yang akan dijelaskan sebagai berikut.


(69)

Kegiatan awal, guru mengkondisikan siswa agar duduk di tempat duduknya masing-masing kemudian guru mengucapkan salam. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin do’a sebelum memulai pembelajaran. Guru mengecek kehadiran siswa dan menanyakan keadaan siswa. Guru kemudian melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa, “ Anak-anak siapa yang suka belanja di kantin sekolah? Apa saja yang dijual di kantin sekolah? Siswa menjawab, “suka pak, di kantin biasanya menjual jajan pak”.

Kegiatan inti, siswa mendengarkan penjelasan guru tentang kegiatan jual beli di lingkungan sekolah seperti koperasi sekolah dan kantin sekolah. Setelah itu, siswa mengamati media gambar berupa foto tentang tempat jual beli di lingkungan sekolah berupa foto koperasi sekolah dan kantin sekolah dan mendengarkan penjelasan guru tentang macam-macam tempat kegiatan jual beli di lingkungan sekolah. Berdasarkan pengamatannya melalui media gambar, guru dan siswa melakukan tanya jawab terkait tempat kegiatan jual beli di lingkungan sekolah.

Siswa dibagi ke dalam 6 kelompok. Masing-masing kelompok mendapatkan tugas untuk mendemonstrasikan kegiatan jual beli di koperasi sekolah. Masing-masing kelompok berdiskusi bersama anggota kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Setelah itu, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Setelah itu, siswa mengerjakan soal evaluasi secara mandiri. Setelah siswa mengerjakan soal evaluasi, siswa mengisi angket motivasi belajar secara individu.


(70)

Kegiatan akhir, guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan merefleksi kegiatan pembelajan hari itu. Guru juga memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih rajin belajar dan aktif dalam pembelajaran di kelas. Setelah itu, guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3. Kegiatan siswa berdiskusi dalam kelompoknya.

c. Observasi

Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Kegiatan observasi ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh siswa dan guru selama proses pembelajaran.

Pada tahap observasi ini, peneliti dibantu oleh observer yaitu Rut Naomi Kolis yang melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa selama proses


(71)

pembelajaran berlangsung. Berdasarkan data hasil observasi aktivitas siswa pada pembelajaran pada siklus 1, diperoleh beberapa hal sebagai berikut: Motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS melalui media gambar masih kurang. hal ini terlihat jelas pada saat guru menjelaskan materi siswa kurang serius mendengarkan materi yang disampaikan guru. Sebagian siswa sudah mulai aktif bertanya dan mengamati media gambar secara sungguh-sungguh namun masih sebagian besar siswa yang masih malu bertanya dan tidak sungguh-sungguh dalam mengamati media gambar. Selain itu, pada saat siswa dibagi ke dalam kelompok siswa kurang berpartisipasi untuk menyelesaikan tugas yang di berikan dan siswa masih terlihat ramai, hal ini karena pada saat pembegian kelompok diskusi siswa yang memilih sendiri kelompoknya, siswa juga kurang berani menyampaikan hasil diskusi kelompoknya.

Adapun hasil observasi yang sudah dirata-rata oleh guru pada siklus 1 adalah sebagai berikut.


(1)

28. ANW 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84

29. HPM 4 2 2 1 3 1 4 1 2 2 3 2 1 2 4 4 2 1 1 2 2 46

30. GSA 4 2 3 1 4 2 1 1 3 2 2 1 3 4 4 3 4 3 2 3 1 53

Jumlah 2.019


(2)

Lampiran 12. Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Menggunakan Media Gambar Pada Tahap Siklus 2

No. Subjek Pernyataan Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

1. DSF 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84

2. MAM 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84

3. RR 4 4 3 2 4 4 2 2 3 3 3 4 2 3 3 3 4 2 2 2 3 62

4. ANS 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84

5. AW 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84

6. A 4 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 4 4 4 2 2 3 3 4 60

7. BAI 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84

8. FSP 3 2 4 2 3 2 4 2 3 3 3 2 4 2 3 4 3 2 2 3 2 58

9. FZ 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84

10. GBLA 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84

11. KJ 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84

12. KMS 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84

13. RLH 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84

14. MNA 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84

15. MA 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84

16. MZN 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84

17. ML 4 2 3 3 2 2 4 2 3 2 2 2 3 3 4 4 2 2 3 2 3 57

18. NNN 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84

19. RMPS 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84

20. RJP 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84

21. REP 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84

22. RF 4 3 4 3 4 3 4 3 2 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 70

23. SAM 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84

24. VMP 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84

25. ZAP 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84

26. AM 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84


(3)

6

28. ANW 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84

29. HPM 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 2 2 3 4 70

30. GSA 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84

Jumlah 2.383


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MELALUI METODE PENUGASAN DAN PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA Peningkatan Motivasi Belajar Ips Melalui Metode Penugasan Dan Penggunaan Media Gambar Pada Siswa Kelas IV SDN Galiran Tahun 2013/ 2014.

0 0 16

PENINGKATAN MINAT MEMBACA MENGGUNAKAN MEDIA BIG BOOK PADA SISWA KELAS IIIB SD NEGERI JAGERAN, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA.

32 188 191

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI I BLUNYAHAN, SEWON BANTUL, DIY.

1 8 227

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DONGENG MELALUI MEDIA POP UP DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS IVA SD NEGERI JAGERAN SEWON BANTUL YOGYAKARTA.

1 1 156

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MELALUI PENGGUNAAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA SISWA KELAS III B SD SAWIT BANTUL YOGYAKARTA.

0 0 315

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI MELALUI GAMBAR SERI SISWA KELAS IV SD NEGERI BAKALAN SEWON BANTUL.

0 5 153

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI BAKALAN SEWON BANTUL YOGYAKARTA.

0 0 156

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI MEDIA GAMBAR BERBENTUK PUZZLE PADA SISWA KELAS IV SD BANGUNHARJO SEWON BANTUL.

1 7 203

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI MEDIA GAMBAR TUNGGAL PADA SISWA KELAS IIB SD NEGERI 1 SEWON KABUPATEN BANTUL.

0 1 163

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN PEMBELAJARAN AKTIF TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SEDAYU BANTUL.

2 46 218