keseluruhan, dukungan sosial yang diberikan itu, diberikan secara langsung kepada subjek tanpa perantara siapapun.
Dari sekian banyak pihak pemberi dukungan, subjek merasa pemberi dukungan yang paling berpengaruh adalah berasal
dari kakak ipar subjek. Hal ini dikarenakan kakak ipar subjek yang pertama kali mengetahui penyakit subjek dan yang pertama kali
memberi dorongan untuk berobat. Dukungan sosial yang diterima itu memberikan manfaat
bagi kondisi subjek. Dengan mendapatkan dukungan sosial, subjek merasa senang, tidak memikirkan penyakitnya, dan mengurangi
beban penderitaan. Berdasarkan pengalaman, subjek tidak pernah memiliki
pengalaman tidak didukung. Karena subjek memiliki pandangan bahwa cara orang lain dalam mendukung itu berbeda-beda
sehingga segala hal yang dilakukan orang lain dianggap sebagai bentuk dukungan.
2. Subjek Kedua
a. Kanker Payudara dan Pengobatannya
Sakit kanker payudara yang dialami oleh Ibu K sudah 2 tahun. Penyakit itu diketahui ketika Ibu K sering merasakan nyeri
pada lengan tangan kirinya. Kemudian setelah diamati lebih lanjut,
ternyata terdapat benjolan pada payudara sebelah kiri atas dan adanya pertumbuhan puting yang tidak normal.
“Waktu itu terasanya nyeri di lengan tangan kiri.” 5- 6
“…katanya ada benjolan.” 8 “Di payudara kiri atas sini mbak.” 15 “Puting saya tuh masuk …” 24
Hasil pemeriksaan yang dilakukan menunjukkan bahwa Ibu K terkena kanker payudara. Di dalam riwayat keluarga Ibu S, tidak
ada anggota keluarga yang terkena kanker ataupun tumor. Ketika mendapati vonis kanker payudara, yang dirasakan oleh Ibu K
adalah merasa kaget, bingung, dan sedih. Selain itu, Ibu K juga merasa bahwa dunia menjadi gelap dan berhenti berputar.
“Kaget, Mbak. Bingung. Sedih” 44 “Kayaknya dunia udah gelap. Kayaknya dunia berhenti.” 47-48
Perasaan-perasaan tersebut
muncul karena
Ibu K
mengetahui bahaya dan konsekwensi dari kanker payudara. Ketika awal mula menjalani kehidupan dengan kanker payudara, Ibu K
sempat merasa takut dan sering mempertanyakan keadaan.
“…takut waktu itu.” 56 “…sok nanyake kok aku kena kanker gini kenapa.” 58-59
Rasa sedih yang dialami Ibu K hanya terjadi ketika divonis sampai sebelum menjalan operasi. Tidak adanya pengalaman
kesedihan mendalam ini disebabkan oleh adanya keinginan dari dalam sendiri untuk tidak berlarut-larut dalam kesedihan,
mendapatkan arahan dari dokter dalam menghadapi kanker payudara, serta bertemu dan saling berbagi pengalaman dengan
sesama penderita kanker.
“Pokoknya dari saya gak mau sampai nglokro. Dokter juga bilang gak boleh sedih, gak boleh susah.” 70-73
“…ketemu teman yang sama-sama kanker jadi sok cerita-cerita.
” 74-76
Tindakan pengobatan yang dilakukan oleh Ibu K adalah melakukan kemoterapi sebanyak 6 kali, penyinaran setiap hari
selama 1 bulan, mengkonsumsi vitamin selama 3 tahun, serta melakukan kontrol di rumah sakit setiap 1 bulan 1 kali untuk cek
kanker dan 6 bulan 1 kali untuk cek keseluruhan. Sedangkan untuk pengobatan non medis yang dilakukan adalah mengkonsumsi buah
sirsat dan air rebusan daun sirsat. Pengobatan yang dijalaninya memberikan dampak bagi
tubuhnya. Kemoterapi yang dilakukan sebanyak 6 kali sering membuat Ibu K menjadi mual dan lemas setelah melakukan
kemoterapi. Akan tetapi, Ibu K tetap menjalani pengobatannya apapun konsekwensi yang akan ditanggungnya.
“…gimanapun harus dijalani. Karna saya kan niatnya mau sembuh.” 130-132
b. Kondisi Psychological Well Being
Tingkat kebahagiaan yang dimiliki Ibu K adalah 9. Ketika Ibu K mendapatkan vonis kanker payudara dan dilakukan operasi
pengangkatan payudara, Ibu K merasa minder, malu, tidak percaya diri bila bertemu orang lain karena takut jika ditanya seputar
penyakitnya.
“Waktu habis operasi saya sempat minder, gak PD ketemu orang. Takutnya malah ditanya-tanya. Saya
malu.” 144-147
Namun saat ini, perasaan-perasaan tersebut sudah tidak ada. Saat ini, Ibu K sudah pasrah dan sudah menerima keadaan. Selain
itu, sudah ada kemampuan dari dalam diri Ibu K untuk memandang diri sendiri secara positif, menyukuri keadaan, berusaha untuk kuat
dan tegar.
“Jadi ya sekarang gak.“ 149 “Menerima. Pasrah.” 137
“Pasrah. Disyukuri.” 160 “Pokoknya harus ku
at, tegar.” 162
Dengan kepercaan diri yang ada sekarang dan tidak adanya rasa malu untuk bertemu dengan orang lain, maka membantu Ibu K
untuk tidak memikirkan penyakitnya lagi.
“Justru malah kalau PD gini, berani ketemu orang, kan ada kegiatan, jadi ga
k kepikiran sakitnya …” 153- 156
Dalam mengatur kegiatan sehari-hari, Ibu K tidak mengalami kesulitan karena sudah menjadi rutinitasnya. Selain itu,
Ibu K tidak mengalami kesulitan dalam beraktivitas karena dibantu oleh jasa asisten rumah tangga dan ada pembagian aktivitas oleh
anaknya.
“Tapi nek kerja bakti anak saya yang gantikan datang. Saya cuma paling nyiapin minum.” 242-244
Ketika selesai operasi pengangkatan payudara dan selama menjalani kemoterapi, Ibu K mampu menjalani dan mengatur
aktivitasnya dengan baik. Setelah menjalani operasi kanker payudara, Ibu K masih mampu mengantar anaknya ke sekolah.
Ketika menjalani kemoterapi, Ibu K meminta bantuan kepada saudaranya untuk mengantarkan anaknya ke sekolah. Ketika
kemoterapi juga, segala pekerjaan rumah tangga diserahkan kepada asisten rumah tangga.
“Habis operasi itu, sembuh, saya masih nganter anak saya sekolah naik motor.” 258-260 “Tapi pas kemo
itu saya minta dibantu saudara saya buat antar anak saya. Kan lemes, Mbak. Gak bisa apa-a
pa.” 261-264 “… kan saya pakai pembantu, jadi enak ada yang
bantu. Dia yang ngerjain.” 271-273
Tujuan hidup yang dimiliki Ibu K saat ini adalah ingin membahagiakan anak-anak. Tujuan hidup yang ada ini sudah
dimiliki sejak Ibu K menikah. Tidak adanya perubahan tujuan hidup semenjak sakit ini, dikarenakan Ibu K mengingat anak-anak.
Semenjak sakit, Ibu K justru semakin memiliki semangat dan berusaha untuk memperjuangkan tujuan hidupnya.
“Tujuan hidup saya untuk anak-anak. Pokoknya apa yang saya lakukan,
semua untuk kebahagiaan anak …” 170-173
“ketika saya nikah, punya anak, apa yang saya lakukan itu untuk anak saya.” 178-180 “Justru
semakin apa ya, jadi semakin kuat buat berjuang untuk anak-
anak.” 186-188 “Jadi saya ya harus berusaha, semangat.” 194-195
Dalam hal pengembangan diri, Ibu K memiliki pendapat bahwa
seorang dengan
kanker payudara
masih bisa
mengembangkan diri mereka sesuai potensi yang ada dalam diri masing-masing.
Pengobatan yang
ada sekarang
mampu menyembuhkan kanker sehingga masih ada kesempatan untuk
mengembangkan diri.
“Ya kan sekarang udah ada obatnya, pasti sembuh, jadi pasti bisa lebih berkembang.” 204-206
Ibu K merasa dirinya mampu untuk mengembangkan diri. Hal ini dikarenakan memiliki kemauan untuk lebih berkembang
dan merasa tidak ada yang berubah dalam kehidupannya, serta merasa sudah sembuh dari penyakitnya.
“Masih Mbak. Karena diri saya gak ada yang berubah.” 220-221 “Ada kemauan. Saya juga merasa
udah sembuh kok.” 223-225
Di dalam keluarga, keputusan yang diambil Ibu K sebagian besar tanpa meminta pertimbangan orang lain. Untuk hal-hal yang
penting dalam keluarga, Ibu K meminta pertimbangan suami ataupun orang tua.
“Paling kalau hal-hal biasa ya saya putuskan sendiri. Kalau hal penting sekali ya saya minta pertimbangan
suami saya, saya telpon, kalau gak ya orang tua saya.” 283-288
Dalam hal pengobatan, Ibu K meminta pertimbangan suami dan orang tua. Hal ini dikarenakan yang membiayai seluruh
pengobatan adalah suami dan pihak rumah sakit meminta persetujuan suami untuk dilakukan pengangkatan payudara.
“Sama suami, sama orang tua. Tapi lebih ke suami ya. Karena kan yang biayain juga suami.” 292-294
“dokter juga minta suami saya dateng ke rumah sakit. Dokter kasih penjelasan dan meminta persetujuan
suami saya.” 296-299
Ibu K memiliki relasi positif dengan orang lain. Hubungan baik dengan orang lain ini, tampak dalam banyaknya dukungan
sosial yang Ibu K terima. Hubungan yang baik ini juga dirasakan oleh Ibu K karena banyaknya dukungan semangat yang diterima.
Walaupun ada relasi yang baik dengan banyak orang, Ibu K tetap tidak diistimewakan.
“Tapi terus gak dispesialkan.” 326 “Tapi banyak yang kasih semangat. Jad
i merasanya dekat.” 327- 329
c. Dukungan Sosial
Ibu K mendapatkan banyak dukungan sosial dari berbagai pihak, yaitu dari keluarga, suami, anak, orang tua, teman sewaktu
SMA, teman sesama penderita kanker, masyarakat sekitar, dan dokter. Bentuk-bentuk dukungan yang diberikan pun bermacam-
macam. Dukungan yang Ibu K terima dari suami adalah perhatian
dari suami, membantu pekerjaan rumah tangga, semangat, dan memberikan biaya berobat.
“Jadi tambah perhatian malah. Sering telpon.” 305- 306
“… kalau pulang pasti bantu kerjaan rumah.” 313-314
“. Ya walaupun jauh, tapi suami tetep kasih saya perhatian, dukungan, semangat” 344-346
“…dikirim uang untuk biaya berobat …” 384-385
Walaupun suami Ibu K bekerja dan tinggal di luar kota, dukungan sosial pun tetap diberikan, terutama dukungan
emosional, sering diberikan melalui telepon.
“… telpon tiap malem. Nanyain kabar. Tanya kondisi. Tiap telpon pasti menyemangati saya.” 413-415
Selain suami, Ibu K juga menerima dukungan dari anaknya. Dukungan yang diberikan adalah menggantikan dalam kegiatan
kerja bakti, meminta supaya tidak memikirkan penyakitnya, dan mengantar berobat ke rumah sakit.
“Tapi nek kerja bakti anak saya yang gantikan datang.” 242-243 “Anak-anak sok bilang udah gak
usah dipikirin.”348-349 “suka nganterin saya ke rumah sakit.” 389-390
Dukungan sosial, juga diterima Ibu K dari orang tua, yaitu berupa pendampingan selama sakit.
“Orang tua saya juga mendampingi saya” 346-347
Selain itu, juga menerima dukungan dari saudaranya, yaitu dengan menerima dukungan semangat dan mendapatkan bantuan
dalam mengerjakan rutinitasnya.
“Tapi pas kemo itu saya minta dibantu saudara saya buat antar anak saya.” 261-263 “Banyak yang
dateng kasih semangat saya.” 321-322
Selain mendapatkan dukungan dari keluarga besar, Ibu K juga mendapatkan dukungan dari teman, masyarakat, dan dokter
yang menangani. Ibu K mendapatkan bantuan biaya pengobatan dari teman-teman semasa SMA. Selain itu, teman-teman dari Ibu K
juga sering mengajak Ibu K untuk pergi berkegiatan bersama.
“… kumpul teman SMA saya diajak. Dijemput.” 360- 361
“Penggalangan dana juga lho. Sampai jutaan itu.” 396-397
Selain dari teman SMA, Ibu K juga mendapatkan dukungan dari sesama penderita kanker. Diantara mereka saling memberikan
dukungan sosial dengan cara saling memberi kabar dan saling berbagi pengalaman.
“… ketemu teman yang sama-sama kanker jadi sok cerita-
cerita.” 74-76 “…kabar-kabaran sama yang kanker …” 336-337
Tidak hanya itu, dukungan sosial pun diterima oleh Ibu K dari dokter yang menangani penyakitnya. Dukungan yang diterima
adalah berupa arahan dan nasihat mengenai bagaimana cara menghadapi kanker.
“Dokter juga bilang gak boleh sedih, gak boleh susah.” 71-73
Diantara berbagai pihak yang memberikan dukungan sosial, pemberi dukungan yang menurut subjek paling berpengaruh adalah
suami, anak, dan orang tua. Hal ini dikarenakan suami terus memberikan dukungan semangat, kekuatan dan biaya pengobatan,
serta mendapatkan pendampingan sejak operasi sampai saat ini dari orang tua, keluarga, dan anak.
“…suami, walaupun jauh pasti kasih dukungan, kirim biaya berobat juga.” 370-373 “Kalau keluarga,
orang tua, kan mereka yang mendampingi saya terus. Dari saya operasi sampai sekarang. Mereka-mereka
yang buat saya bisa kuat, bisa semanga
t.” 374-379
Dukungan-dukungan tersebut
tentunya memberikan
pengaruh bagi Ibu K, yaitu menambah semangat hidup, merasa tidak sendiri, dan merasa lebih beruntung dari orang lain.
“…tambah semangat.” 420 “Kenal sama orang- orang yang kanker juga jadi mer
asa tidak sendiri.” 423-425
“ada yang lebih parah dari saya, saya jadi merasa oh ternyata saya masih lebih beruntung” 427-
429
Menurut Ibu K, dukungan sosial memberikan pengaruh kepada peningkatan semangat hidup. Akan tetapi, sumber
semangat yang terbesar adalah dari dalam diri sendiri.
“Pokoknya jadi tambah semangat. Tapi tetep yang utama semangat datang dari dalam diri sendiri.” 429-
432
Berdasarkan pengalaman penerimaan dukungan sosial, Ibu K tidak pernah mempunyai pengalaman tidak mendapat dukungan.
Hal ini dikarenakan, semua orang yang ada di dalam kehidupan Ibu K mendukung untuk sembuh.
“Semua mendukung saya untuk semangat, untuk sembuh. Semua yang orang lain lakukan, yang di sini,
teman, saudara yang jauh pun mendukung saya.” 439- 443
d. Kesimpulan
Gejala kanker payudara yang dialami subjek adalah adanya rasa nyeri pada lengan sebelah kiri, dan munculnya benjolan pada
payudara sebelah kiri atas. Selain itu, subjek juga mengalami pertumbuhan puting yang tidak normal.
Ketika subjek mendapati vonis kanker payudara, yang dialami subjek adalah merasa kaget, bingung, sedih, takut, dan
sering mempertanyakan keadaan. Hal tersebut terjadi karena subjek takut akan bahaya dari kanker payudara. Perasaan tersebut hanya
dialami sampai menjelang operasi. Hal ini dikarenakan adanya keinginan untuk tidak berlarut-larut dalam kesedihan dan
mendapatkan pengarahan dari dokter dan saling bertukar cerita
dengan sesama penderita kanker. Sehingga, subjek tidak mengalami keterpurukan karena kanker.
Setelah melakukan operasi pengangkatan payudara, subjek merasa tidak percaya diri dan malu bertemu orang lain karena takut
ditanya seputar penyakitnya. Namun, kondisi tersebut sudah tidak terjadi saat ini. Hal ini dikarenakan adanya kemampuan untuk
menyukuri dan menerima keadaan, pasrah dan memiliki pandangan yang positif. Dengan adanya kepercayaan diri, subjek merasa tidak
terbeban karena penyakitnya. Subjek tidak mengalami perubahan dalam tujuan hidup
yang dimilikinya.
Subjek memiliki
tujuan hidup
ingin membahagiakan anak-anak. Semenjak sakit kanker, semangat
subjek untuk mewujudkan tujuan hidupnya semakin besar. Subjek tidak kesulitan dalam mengatur kegiatan sehari-
harinya, karena sudah terbiasa dan menggunakan jasa asisten rumah tangga dan mendapatkan bantuan dari anaknya. Begitupun
ketika menjalani pengobatan, subjek meminta bantuan saudaranya untuk membantunya dan menyerahkan seluruh pekerjaan rumah
tangga kepada asisten rumah tangga. Dalam pengambilan keputusan, subjek lebih sering
memutuskan sendiri. Akan tetapi, untuk keputusan penting meminta pertimbangan suami dan orang tua. Dalam pengobatan,
subjek meminta pertimbangan suami karena suami yang
membiayai dan pihak rumah sakit juga meminta pertimbangan suami.
Subjek memiliki pendapat bahwa penderita kanker masih mampu mengembangkan diri dalam hal apapun, karena pengobatan
yang ada sudah mampu menyembuhkan kanker. Hal ini sesuai dengan subjek yang merasa mampu mengembangkan diri karena
subjek merasa sudah sehat Selain itu, subjek memiliki hubungan yang baik dengan
orang-orang di sekitarnya. Hubungan baik itu ada tanpa adanya perilaku diistimewakan oleh orang lain. Hubungan baik yang ada
terwujud dalam dukungan sosial yang diterima subjek. Dukungan sosial diterima subjek dari suami subjek.
Walaupun suami subjek tinggal di luar kota, namun sering memberikan dukungan emosional melalui telepon. Dukungan
sosial yang diberikan adalah dukungan sosial emosional dan instrumental, yaitu memberikan perhatian, semangat, membantu
pekerjaan rumah tangga, dan membiayai pengobatan. Subjek juga menerima dukungan dari anaknya, berupa
dukungan emosional dan instrumental. Bentuk dukungan tersebut adalah menggantikan dalam kegiatan kerja bakti, meminta supaya
tidak memikirkan penyakitnya, dan mengantar berobat ke rumah sakit.
Dukungan sosial, juga diterima subjek dari orang tua, yaitu berupa pendampingan selama sakit. Selain itu, juga menerima
dukungan dari saudaranya, yaitu dengan menerima dukungan semangat
dan mendapatkan bantuan dalam mengerjakan
rutinitasnya. Teman-teman subjek pun juga memberikan dukungan
sosial. Teman SMA memberikan dukungan instrumental berupa bantuan biaya, dan dukungan jaringan sosial dengan sering
mengajak subjek untuk beraktivitas bersama. Subjek juga mendapat dukungan jaringan sosial dari sesama penderita kanker
berupa saling memberi kabar dan saling berbagi pengalaman. Selain itu, dokter yang menangani penyakitnya pun juga
memberikan dukungan sosial, berupa arahan dan nasihat mengenai bagaimana cara menghadapi kanker.
Diantara berbagai pihak yang memberikan dukungan sosial, pemberi dukungan yang menurut subjek paling berpengaruh adalah
suami, anak, dan orang tua. Hal ini dikarenakan suami terus memberikan dukungan semangat, kekuatan dan biaya pengobatan,
serta mendapatkan pendampingan sejak operasi sampai saat ini dari orang tua, keluarga, dan anak. Dukungan-dukungan tersebut
diterima subjek secara langsung bertemu dengan pemberi dukungan. Tetapi, jika suami subjek yang memberikan dukungan,
diberikan melalui telepon karena kondisi tempat tinggal yang berbeda kota.
Dukungan yang diterima memberikan pengaruh baik bagi kehidupan subjek, yaitu menambah semangat hidup, merasa tidak
sendiri, dan merasa lebih beruntung dari orang lain. Akan tetapi, sumber semangat yang tersebar adalah dari dalam diri sendiri.
Semua orang yang ada dalam kehidupan subjek memberi dukungan kepada subjek untuk sembuh, sehingga subjek tidak
memiliki pengalaman tidak didukung.
3. Subjek Ketiga