diberikan melalui telepon karena kondisi tempat tinggal yang berbeda kota.
Dukungan yang diterima memberikan pengaruh baik bagi kehidupan subjek, yaitu menambah semangat hidup, merasa tidak
sendiri, dan merasa lebih beruntung dari orang lain. Akan tetapi, sumber semangat yang tersebar adalah dari dalam diri sendiri.
Semua orang yang ada dalam kehidupan subjek memberi dukungan kepada subjek untuk sembuh, sehingga subjek tidak
memiliki pengalaman tidak didukung.
3. Subjek Ketiga
a. Kanker Payudara dan Pengobatannya
Ibu D sudah mengalami kanker payudara selama 2 tahun. Penyakit kanker ini diketahui melalui gejala-gejala yang dirasakan.
Gejala tersebut adalah mudah merasa lelah dan mudah mengantuk. Kemudian adanya rasa nyeri apabila berada pada posisi tidur
telentang. Selain itu, pada payudara sebelah kiri atas terdapat benjolan yang terasa sakit.
“… saya sering ngantuk.” 3-4 “… saya tidur telentang gini, kan nyeri …” 6-7 “… badan terasa
gampang capek, gampang ngantuk, nyeri yang saya rasakan. 15-18
“…nyeri di sini ini benjolan …” 28
Pada pemerikasaan awal, yaitu pemerikasaan USG dan mammografi, penyakit kanker belum dapat dipastikan dimiliki oleh
Ibu D. Setelah dilakukan pemeriksaan pada laboratorium patologi, pihak medis memastikan bahwa Ibu D terkena kanker payudara
stadium lanjut.
“Waktu cuma di USG, di mammografi, kayak gitu aku belum. Waktu di USG, dokter sana juga udah bilang mungkin ini kanker
bu, gitu. Lha terus di mammografi itu dokternya gak bilang. Yang di UGM patologi itu, setelah saya buka ternyata ada kanker
sinetral keganasan.” 85-94
Dalam keluarga besarnya, tidak ada anggota keluarga Ibu D yang terkena kanker. Ketika mendapatkan vonis kanker payudara,
yang dirasakan Ibu D adalah merasakan stress, mengalami kepanikan, kalut, dan merasakan ketakutan, serta merasakan
kemarahan karena tidak bisa menerima keadaan.
“Waktu divonis, justru itu, stress, kalut, takut.” 121- 122
“Tapi waktu itu juga panik lah, mbak. Panik, takut, stress, campur gitu lah. Inginnya terus marah.”
132-135 “Karena keadaan, karena saya juga gak
mau terima.” 138-139
Perasaan-perasaan tersebut
muncul karena
Ibu D
mengetahui resiko terburuk kanker payudara.
“Bisa stress itu kan, setahu saya kan banyak yang gak tertolong.” 107-108
Perasaan yang muncul ketika mandapat vonis tersebut tidak terlalu lama dialami. Kesedihan dan kepanikan yang dialami subjek
terjadi ketika mendapatkan vonis sampai sebelum operasi. Setelah operasi dilalui, Ibu D merasakan ada kelegaan.
“Kalau setelah operasi saya enggak. Sama sekali enggak.” 122-123 “… saya periksa pertama sampai
operasi itu jaraknya hampir 1 bulan itu saya memang benar-benar stress, panik, bingung, sedih, wes campur
aduk. Itu. Pokoknya setelah operasi saya gak, sudah lega. 147-153
Tindakan medis yang dilakukan pihak rumah sakit untuk mengangani kanker payudara ini adalah dilakukannya Radical
Mastectomy. Setelah menjalani operasi, pengobatan yang dilakukan Ibu D adalah melakukan kemoterapi sebanyak 6 kali dan
mengkonsumsi obat Tamofen selama 1 bulan. Sampai saat ini, Ibu D juga masih melakukan kontrol ke rumah sakit 3 bulan 1 kali.
Selain obat-obatan medis, Ibu D juga melakukan pengobatan non medis, yaitu menggunakan keladi tikus, mengkonsumsi air rebusan
daun sirsat, dan mengkonsumsi minyak ikan gabus. Pengobatan kanker yang dijalani oleh Ibu D memberikan
dampak bagi kondisi fisik Ibu D. Kemoterapi yang dijalani oleh Ibu D memberikan dampak bagi fisiknya, yaitu sering merasakan
mual dan nafsu makan berkurang.
“Justru malah merasakan mual-mual tuh waktu kemo pertama.” 162-164 “Makan berkurang.” 166
Akan tetapi, dampak negatif bagi tubuh Ibu D tersebut tidak berlangsung lama. Ibu D juga tetap menjalani pekerjaannya setelah
melakukan kemoterapi.
“Setelah itu, saya sudah biasa. Kemo yang ketiga saya sudah mulai mau makan. Sampai selesai, sampai kemo
yang keenam saya juga sehat. Habis kemo pun saya
sudah kembali kerja.” 166-172
Ketika menjalani berbagai pengobatan dan menjalani kontrol di rumah sakit, Ibu D merasakan kebosanan. Akan tetapi
Ibu D tetap menjalani pengobatan yang harus dijalani.
“Dibilang bosen ya bosen ya, tapi saya tetap berusaha.” 161-162
b. Kondisi Psychological Well Being
Tingkat kebahagiaan yang dimiliki Ibu D adalah 10. Ketika Ibu D mendapatkan vonis kanker payudara dan dilakukan operasi
pengangkatan payudara, Ibu D tidak merasa minder. Ibu D menganggap keadaannya biasa saja. Hal ini bisa terjadi karena Ibu
D mendapat dukungan dari keluarga.
“Gak minder, biasa aja saya.” 144-147 “…walaupun saya ini ibarat e udah gak genep, tapi gak ada yang
berbeda.” 273-275 “betul-betul keluarga saya dukung saya ingin sehat juga. Jadi ya walaupun kurang
1 payudaranya juga gak pernah minder.” 277-281
Sampai saat ini, Ibu D tetap memiliki kepercayaan diri dan tetap memandang diri sendiri secara positif. Hal ini bisa terjadi
karena Ibu D tidak terpengaruh oleh penilaian buruk orang lain.
“Saya habis operasi sampai sekarang aku gak minder.” 289-290 “Tetap percaya diri.” 193
“…walaupun itu orang bilang bagaimana, tetangga bilang bagaimana, yang jelek, saya gak pernah
nanggapin orang.” 301-304
Kegiatan sehari-hari di dalam keluarga Ibu D terdapat pembagian tugas. Untuk pekerjaan pokok di rumah dikerjakan oleh
suami dan Ibu D fokus pada pekerjaannya menjual ikan di pasar. Dalam mengatur diri sendiri supaya bisa melakukan aktivitas yang
menjadi pekerjaannya, Ibu D selalu beristirahat setelah berjualan di pasar.
“Kalau yang di rumah itu, yang pokok Bapak. Kalau saya kan di pasar, jadi cara mengaturnya itu saja,
istirahat, siang juga istirahat biar bisa kerjain yang
lain.” 399-403
Antar anggota keluarga bergantian dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Sebagian pekerjaan rumah dikerjakan oleh oleh
Ibu D dan sebagiannya menggunakan jasa. Ibu D tidak merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas pekerjaannya karena sudah
menjadi rutinitas.
“Yang lainnya biasa, gak bagi-bagi. Saya kerjakan.” 423-424
Semenjak kemoterapi pertama, Ibu D mampu untuk melakukan pekerjaannya di pasar karena tidak pernah memiliki
rasa malas sejak operasi pengangkatan payudara.
“Habis kemo pertama, saya sudah kerja ke pasar.” 175-177
“…semenjak operasi sampai sekarang itu gak terus males-males gitu lho. Inginnya saya itu, ingin
berusaha sehat.” 181-184
Tujuan hidup yang dimiliki Ibu D saat ini adalah ingin menghabiskan sisa hidup di jalan yang benar, ingin membesarkan
anak, membahagiakan anak, dan ingin merasakan punya cucu. Tujuan hidup yang ada ini sudah dimiliki sejak Ibu D belum
terkena kanker. Tidak adanya perubahan tujuan hidup semenjak sakit ini, dikarenakan Ibu D mendapatkan dukungan semangat dari
suami dan anak-anak.
“…ingin sisa hidup saya itu jadi orang yang melewati jalan yang benar, sama membesarkan putra-putri saya.
ya nungguin cucu-cucu saya, saya juga ingin
merasakan gimana rasanya punya cucu.” 316-322
“Anak selalu mendukung, suami selalu mendukung juga.” 343-344
Dalam hal pengembangan diri, Ibu D memiliki pendapat bahwa
seorang dengan
kanker payudara
masih bisa
mengembangkan diri mereka. Perkembangan pribadi yang dilakukan dipengaruihi oleh kondisi fisik dan kondisi ekonomi
masing-masing pribadi.
“Bisa tapi itu tergantung e. Berkembang seperti apa itu tergantung si penderita. Biasanya gitu itu. Ya itu,
kan penyakitnya sendiri-sendiri, tergantung kekuatan
tubuh mungkin.” 352-357 “…karena mungkin dia juga udah ekonomi cukup.” 360-361
Apabila Ibu D dalam kondisi yang sehat, maka akan mengusahakan diri untuk bisa mengembangan diri lebih lagi.
“Ya kalau saya, kalau badan saya itu sehat, semampu saya, saya berusaha.” 370-372 “Saya usahakan bisa
mbak..” 381-382
Di dalam keluarga, seluruh keputusan keluarga yang diambil Ibu D meminta pertimbangan keluarga.
“Kalo yang nyangkut keluarga ya hampir semua pertimbangan keluarga saja.” 432-435
Dalam hal pengobatan, Ibu D meminta pertimbangan suami dan anak-anak. Berdasarkan pertimbangan suami dan anak-anak,
Ibu D mendapatkan dukungan untuk segera melakukan operasi pengangkatan payudara.
“Anak saya yang putri itu bilang pokoknya harus tetap diangkat. Secepatnya lah diangkat.” 447-450
Ibu D memiliki relasi positif dengan orang lain. Hubungan baik dengan orang lain ini, tampak dalam banyaknya dukungan
sosial yang Ibu D terima. Sejak sebelum kanker, tidak ada perubahan relasi yang dirasakan dalam keluarga. Perubahan yang
ada dirasakan datang dari tetangga Ibu D. Relasi dengan tetangga semakin baik karena merasa kasihan melihat kondisi Ibu D.
“Kasihan lah. Kan bapak sakit gula, dia duluan yang sering opename 2x. Jadinya sama saya baik..” 481-
484
c. Dukungan Sosial
Ibu D mendapatkan banyak dukungan sosial dari berbagai pihak, yaitu dari keluarga, suami, anak, dan tetangga. Bentuk-
bentuk dukungan yang diberikan pun bermacam-macam. Dukungan yang Ibu D terima dari suami adalah perhatian
dari suami,
membantu pekerjaan
rumah tangga,
selalu
mengingatkan minum obat, mengingatkan untuk makan, dan mengalah kepada Ibu D
“Kalau saya gak mau makan gitu ya, kalau suruh makan deket anak e.” 496-498 “…kalau kerja juga
membantu ...” 517 “…kalau kelihatan capek bilang gak usah” 518-519 “Kalau minum obat diingetke.”
520-521 “…kita ada kekeliruan itu dia kadang dia
juga sering yaudah lah dia sering ngalah …” 522-
524
Selain suami, Ibu D juga menerima dukungan dari anaknya. Dukungan yang diberikan adalah berupa dorongan supaya segera
melakukan pengangkatan payudara dan memberikan bantuan- bantuan pekerjaan.
“Anak saya yang putri itu bilang pokoknya harus tetap diangkat. Secepatnya lah diangkat.” 447-450
“…sekarang jadi mau saya suruh.” 532-533
Dukungan sosial, juga diterima Ibu D dari tetangga, yaitu berupa informasi mengenai pengobatan kanker dan dukungan
semangat.
“Cuma ngomongi saja kalau ya jangan makan ini, mengurangi ini, obatnya ini.” 540-542 “…paling
ngasih pengarahan aja. Dukungan mengarahkan, masukan.” 576-578 “dukungan semangat itu juga.”
549-550
Diantara berbagai pihak yang memberikan dukungan sosial, pemberi dukungan yang menurut subjek paling berpengaruh adalah
dukungan dari suami dan anak-anak. Hal ini dikarenakan suami dan anak-anak terus memberikan semangat untuk hidup.
“… dia gak pernah berhenti-berhentinya ngasih saya dukungan biar saya tetap semangat hidup,.” 508-511
Dukungan-dukungan tersebut
tentunya memberikan
pengaruh bagi Ibu D, yaitu menambah membuat tidak minder, tujuan
hidup yang
dimiliki tidak
berubah dan
tetap memperjuangkan, mengalami kemajuan dalam kondisi fisik,
mempercepat kesembuhan, dan memiliki peningkatan semangat hidup.
“… membantu kesembuhan saya …” 585-586 “…kalau ada semangat, ada yang mendukung seperti
keluarga, mudah- mudahan ibu cepat sehat kembali.”
605-608
Berdasarkan pengalaman penerimaan dukungan sosial, Ibu D tidak pernah mempunyai pengalaman tidak mendapat dukungan.
Hal ini dikarenakan, Ibu D selalu menanggapi dengan positif setiap hal yang dilakukan orang lain.
“… saya gak begitu menanggapi lah” 642-643 “… tapi kan tinggal saya yang menanggapi, mau
ditanggapi sampai hati apa enggak. Kalau saya sih mending gak saya sampaikan hati yang seperti itu.”
648-653
d. Kesimpulan
Gejala yang dialami subjek adalah mudah merasa lelah dan mengantuk, terdapat benjolan pada payudara sebelah kiri atas.
Benjolan tersebut disertai rasa nyeri. Ketika menjalani tes awal, yaitu USG dan mammografi, gejala tersebut belum dapat
dipastikan kanker payudara. Setelah menjalani tes lanjutan, yaitu patologi, gejala tersebut dapat dipastikan kanker payudara.
Ketika mendapatkan vonis kanker payudara, subjek mengalami stress, kepanikan, kalut, dan merasakan ketakutan, serta
merasakan kemarahan karena tidak bisa menerima keadaan. Hal tersebut terjadi karena resiko terburuk kanker payudara. Perasaan
tersebut hanya dialami sampai sebelum operasi. Hal ini dikarenakan merasakan ada kelegaan karena penyakit kankernya
sudah diangkat. Setelah melakukan operasi pengangkatan payudara sampai
saat ini, subjek tidak pernah minder. Subjek tetap memiliki rasa kepercayaan diri. Hal ini dikarenakan adanya dukungan dari
keluarga dan tidak menanggapi penilaian negatif dari orang lain. Subjek tidak mengalami perubahan dalam tujuan hidup
yang dimilikinya.
Subjek memiliki
tujuan hidup
ingin menghabiskan sisa hidup di jalan yang benar, ingin membesarkan
anak, dan ingin memiliki cucu. Tidak adanya perubahan tujuan hidup ini dikarenakan adanya dukungan semangat dari suami dan
anak-anak subjek. Subjek tidak kesulitan dalam mengatur kegiatan sehari-
harinya. Di dalam keluarganya ada pembagian tugas pekerjaan rumah tangga. Subjek mampu mengatur diri sendiri supaya bisa
beraktivitas seperti biasa. Untuk mempermudah pekerjaan rumah tangga, subjek menggunakan jasa. Ketika menjalani kemoterapi
pun subjek mampu beraktivitas seperti biasa karena tidak ada rasa malas.
Subjek dan keluarganya selalu mendiskusikan terlebih dahulu segala hal keputusan yang akan diambil. Begitupun dengan
keputusan pengobatan. Hal tersebut mengakibatkan subjek mendapat dukungan untuk segera melakukan pengangkatan
payudara. Subjek memiliki pendapat bahwa penderita kanker masih
mampu mengembangkan diri. Perkembangan diri yang dialami dipengaruhi oleh kondisi fisik dan ekonomi. Dalam kenyataanya,
subjek akan berusaha semampunya untuk mengembangkan diri apabila memiliki kondisi fisik yang bagus.
Selain itu, subjek memiliki hubungan yang baik dengan orang-orang di sekitarnya. Subjek merasakan adanya perubahan
relasi dengan tetangganya. Subjek merasa ada hubungan yang lebih
baik. Hal ini dikarenakan, tetangga menjadi lebih kasihan kepada subjek.
Subjek mendapatkan dukungan sosial dari suami, berupa dukungan emosional, instrumental, dan penghargaan. Bentuk
dukungannya adalah perhatian dari suami, membantu pekerjaan rumah tangga, selalu mengingatkan minum obat, mengingatkan
untuk makan, dan mengalah. Subjek juga menerima dukungan dari anaknya, berupa
dukungan emosional dan instrumental. Bentuk dukungan tersebut adalah mendorong subjek untuk segera melakukan operasi dan
memberikan bantuan-bantuan dalam pekerjaan rumah tangga. Dukungan sosial, juga diterima subjek dari tetangga subjek,
yaitu berupa dukungan semangat dan informasi mengenai pengobatan.
Diantara berbagai pihak yang memberikan dukungan sosial, pemberi dukungan yang menurut subjek paling berpengaruh adalah
dukungan dari suami dan anak-anak. Hal ini dikarenakan suami dan anak-anak terus memberikan semangat untuk hidup.
Dukungan-dukungan tersebut diterima subjek secara langsung bertemu dengan pemberi dukungan.
Dukungan-dukungan tersebut
tentunya memberikan
pengaruh positif bagi subjek, yaitu membuat tidak minder, tujuan hidup yang dimiliki tidak berubah dan tetap memperjuangkan,
mengalami kemajuan
dalam kondisi
fisik, mempercepat
kesembuhan, dan memiliki peningkatan semangat hidup. Berdasarkan pengalaman penerimaan dukungan sosial,
subjek tidak pernah mempunyai pengalaman tidak mendapat dukungan. Hal ini dikarenakan, subjek selalu menanggapi dengan
positif setiap hal yang dilakukan orang lain.
4. Subjek Keempat