LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kanker merupakan salah satu penyakit yang sangat ditakuti. Hal ini dikarenakan, kanker merupakan salah satu penyakit ganas yang mematikan. Di dunia, 12 seluruh kematian disebabkan oleh kanker. Data World Health Organization WHO dan Bank Dunia memperkirakan setiap tahun, 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta orang meninggal dunia. Ironisnya, kasus ini mengalami perkembangan yang cepat pada negara miskin dan berkembang Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Sebanyak dua pertiga dari penderita kanker di dunia tersebut berada di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia Lubis, 2009. Menurut Prof. Tjandra Yoga, prevalensi penyakit tumor atau kanker di Indonesia sebesar 4,3 per 1.000 penduduk Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Data Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa jumlah penderita kanker di Indonesia mencapai 6 persen dari populasi dan menempatkan penyakit tersebut secara keseluruhan sebagai pembunuh nomor 6 dibandingkan dengan penyakit lainnya Lubis, 2009. Kanker bisa menyerang siapa saja, baik laki-laki, perempuan, anak- anak, remaja maupun dewasa. Salah satu kanker yang banyak menyerang kaum perempuan adalah kanker payudara. Penyakit ini terus mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008, kanker payudara menempati peringkat pertama penyakit kanker pada pasien rawat inap di rumah sakit pada tahun 2004 – 2007. Pada tahun 2004 angka kejadian kanker payudara sebanyak 5.207 kasus, tahun 2005 sebanyak 7.850 kasus, tahun 2006 sebanyak 8.328 kasus, dan tahun 2007 sebanyak 8.277 kasus. Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit SIRS tahun 2007, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh Rumah sakit di Indonesia, yaitu sebesar 16,85. Selain itu, kanker yang paling banyak diderita oleh perempuan di Indonesia adalah kanker payudara dengan angka kejadian 26 per 100.000 perempuan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Kanker dapat menimpa semua orang, pada setiap bagian tubuh, dan pada semua golongan umur, namun lebih sering menimpa orang yang berusia 40 tahun. Sebesar 60-70 kasus kanker payudara yang terjadi di Indonesia terdeteksi pada stadium lanjut stadium 3 dan stadium 4. Sedangkan kasus yang ditemukan pada stadium 1 sebesar kurang dari 10 Yayasan Kanker Indonesia, 2012. Hal ini dikarenakan gejala permulaan kanker payudara tidak dirasakan ataupun tidak disadari oleh penderitanya. Kanker payudara merupakan penyakit yang sangat ditakuti oleh kaum perempuan. Hal ini dikarenakan berkaitan dengan kondisi fisik, terutama penampilan perempuan. Payudara memiliki nilai yang tinggi bagi perempuan. Payudara merupakan tanda kewanitaan secara fisik, sebagai organ yang memproduksi ASI, sebagai simbol peran seorang ibu, serta memiliki makna seksual yang penting. Seseorang yang menderita kanker payudara harus mengikuti beberapa tahap pengobatan, yaitu operasi, radiasi, dan kemoterapi. Berbagai macam pengobatan tersebut memberikan dampak fisik pada penderitanya. Dampak tersebut adalah tubuh tidak lagi indah karena kehilangan salah satu anggota tubuhnya, rambut menjadi rontok, kulit menghitam, mual, susah menelan, dan terasa nyeri pada bekas luka operasi. Manusia merupakan pribadi yang mempunyai sifat holistik, yaitu makhluk fisik yang sekaligus psikologis. Kedua aspek ini saling berkaitan satu sama lain dan saling mempengaruhi. Sehingga apa yang terjadi dengan kondisi fisik manusia akan mempengaruhi pula kondisi psikologisnya Lubis, 2009. Hal ini dapat dilihat pada penderita penyakit kronis, seperti kanker payudara. Reaksi psikologis yang dapat muncul setelah pasien divonis kanker payudara pada umumnya merasa shock, takut, tidak bisa menerima kenyataan, sampai pada depresi Hawari dalam Uila, 2009. Seseorang yang menderita kanker akan mengalami suatu keadaan mental yang tidak nyaman. Keadaan ini disebabkan oleh beban psikologis yang harus ditanggung. Seseorang yang terdiagnosis menderita kanker akan memiliki tekanan yang lebih besar dibandingkan seseorang yang terdiagnosis penyakit lainnya Saphiro dalam Ozkan Ogee, 2008. Reaksi psikologis yang dialami oleh penderita kanker sangatlah beragam. Hal tersebut disebabkan oleh keadaan dan kemampuan masing-masing individu dalam menghadapi penyakitnya. Walaupun begitu, ada enam reaksi psikologis yang utama, yaitu kecemasan, depresi, perasaan kehilangan kontrol, gangguan kognitif atau status mental, gangguan seksual, serta penolakan terhadap kenyataan Prokop dalam Lubis, 2009. Sedangkan menurut Taylor dalam Lubis, 2009 ada 3 bentuk respon emosional yang biasanya muncul pada pasien penyakit kronis seperti kanker, yaitu penolakan, kecemasan, dan depresi. Pasien yang mengalami kanker akan menunjukkan stress dan depresi yang ditunjukkan dengan perasaan sedih, putus asa, pesimis, merasa gagal, tidak puas dalam hidup, merasa lebih buruk dari orang lain, penilaian rendah terhadap tubuhnya dan merasa tidak berdaya Lubis, 2009. Selain depresi, kecemasan merupakan respon yang umum terjadi setelah penyakit kanker terdiagnosis. Seorang yang menderita kanker payudara akan terus mengalami kecemasan. Kecemasan yang dialami akan mengalami peningkatan ketika penderita membayangkan terjadinya perubahan dalam dirinya di masa depan akibat dari penyakit yang di derita, maupun akibat dari proses penanganan penyakit. Kecemasan dan depresi merupakan gangguan psikologis yang sangat umum terjadi pada pasien kanker payudara. Miller dan Rober dalam Uila, 2009 mengungkapkan bahwa seorang penderita kanker payudara juga akan mengalami kecemasan dan depresi. Hawari dalam Uila, 2009 dalam bukunya mengungkapkan bahwa pasien yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan penyakitnya akan mengalami kecemasan dan depresi yang akan menyebabkan penurunan kekebalan tubuh dan memperparah penyakitnya. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Colegrave dalam Anggraeni Ekowati, 2010 mengungkapkan bahwa terdapat peningkatan level kecemasan dan depresi pada wanita dengan kasus kanker payudara, sampai pada fase klinis-patologis. Karyono, Dewi, dan Lela 2008 berpendapat bahwa penyakit kanker payudara juga berkaitan dengan kualitas hidup penderitanya. Kualitas hidup tersebut terdiri atas empat dimensi, yaitu kesejahteraan fisik, psikologis, fungsional, dan sosial. Halim dalam Karyono, 2008 mengungkapkan bahwa salah satu bentuk penurunan kualitas hidup yang dialami pasien kanker payudara adalah terjadinya penurunan kesejahteraan psikologis. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kondisi psikologis, seperti kecemasan dan depresi mempengaruhi kualitas hidup penderita kanker payudara. Dalam keadaan yang seperti itu, penderita kanker payudara sangat membutuhkan dukungan sosial dari orang-orang yang berarti dalam hidupnya. Oleh sebab itu, seseorang yang menderita kanker payudara tidak hanya perlu mendapatkan penanganan secara fisik saja, tetapi juga secara psikologis. Selain membutuhkan perawatan yang cepat dan diagnosis secara akurat, pasien kanker juga sangat membutuhkan dukungan sosial dalam menjalani perawatan kanker Clark dalam Ozkan Ogee, 2008. Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya psychological well being adalah faktor dukungan sosial. Seseorang yang sedang dihadapkan pada masalah atau kesulitan hidup dan ia mendapatkan dukungan sosial dari lingkungannya, maka beban psikologis yang harus ditanggung menjadi lebih ringan. Secara teoretis, dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang dapat mengakibatkan stress Baziad dalam Anggraeni Ekowati, 2010. Dukungan sosial yang diterima menjadikan individu merasa nyaman dan tenang. Selain itu, dukungan sosial juga dapat mengurangi tekanan psikologis yang disebabkan oleh penyakit. Dukungan sosial memiliki peran yang besar bagi seseorang yang memiliki beban berat, seperti menderita penyakit kanker. Namun, dukungan sosial yang diterima dan dirasakan dapat berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Perbedaan dikarenakan setiap individu memiliki pemaknaan yang berbeda dalam merasakan penerimaan dukungan tersebut Salsabila, 2009. Pendapat tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Primadi dan Hadjam 2010, mereka meneliti mengenai kualitas hidup dan dukungan sosial pada Orang Dengan Epilepsi ODE. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kedua hal tersebut. Hal ini dikarenakan subjek tidak merasakan dukungan sosial dari keluarga. Dalam penelitian ini, keluarga salah satu ODE memberikan dukungan berupa perlindungan, namum ODE tersebut menilai bahwa keluarganya bersifat terlalu melindungi. Kekhawatiran keluarga akan aktivitas membuat ODE menjadi tidak tenang dalam menjalani aktivitas. Selama ini, penelitian mengenai dukungan sosial terhadap penderita kanker payudara hanya meneliti mengenai dampak dari dukungan sosial yang yang diberikan kepada penderita kanker payudara. Ozkan dan Ogee 2008 mengungkapkan bahwa dukungan sosial memiliki peran penting dalam mencegah masalah-masalah psikologis, seperti kecemasan dan depresi yang umumnya terjadi pada penderita kanker. Selain itu, penelitian yang dilakukan Sari 2011 juga mengungkapkan bahwa dukungan sosial yang diperoleh penderita kanker memberikan dampak positif, sehingga penderita kanker payudara bisa mengatasi tekanan psikologisnya, seperti sedih, putus asa, cemas, dan depresi. Dampak lain dari dukungan sosial pada pasien kanker payudara adalah bahwa dengan mendapatkan dukungan sosial, pasien kanker payudara menjadi tidak mudah putus asa terhadap penyakitnya, bersemangat untuk pulih dari penyakit, lebih kuat, dan lebih rajin dalam beribadah kepada Tuhan Sari Prasetyadi, 2005. Selain itu, penelitian yang ditemukan mengenai dukungan sosial bagi penderita kanker payudara hanya membahas bentuk dukungan sosial secara umum, dan belum ditemukan penelitian yang meneliti mengenai bentuk dan strategi dukungan sosial secara konkret. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni dan Ekowati 2010 menunjukkan bahwa dukungan yang diberikan oleh keluarga berupa pemenuhan kebutuhan dasar, spiritual, afektif, manajemen konflik keluarga, finansial dan berespon positif terhadap kondisi pasien. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi atau rendahnya psychological well being penderita kanker payudara Baziad dalam Anggraeni Ekowati, 2010. Selain itu, dukungan sosial memiliki hubungan yang positif dengan psychological well being, salah satunya adalah penderita kanker payudara memiliki harapan hidup yang tinggi Denewer, Farouk, Mostafa, Elshamy, 2011; Sari Prasetyadi, 2005. Namun, dukungan sosial yang diberikan tidak selamanya mampu dimaknai sebagai dukungan bagi penderita kanker payudara Salsabila, 2009; Primadi Hadjam, 2010. Selain itu, penelitian mengenai bentuk konkret dukungan sosial yang diberikan kepada penderita kanker payudara belum ditemukan. Hal ini memberi peluang bagi peneliti-peneliti selanjutnya untuk mengungkap lebih detail mengenai bentuk-bentuk dukungan sosial dan strategi yang dipersepsi mendukung psychological well being berdasarkan pemaknaan penderita kanker payudara. Beberapa hal tersebut itulah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai pemaknaan dukungan sosial menurut penderita kanker payudara yang dipersepsi mendukung psychological well being. Dengan melakukan penelitian mengenai pemaknaan dukungan sosial, maka diharapkan akan memberikan jawaban mengenai bagaimana strategi dan bentuk dukungan sosial yang dipersepsi mendukung psychological well being pada penderita kanker payudara. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini dikarenakan peneliti ingin memahami pemaknaan dukungan sosial berdasarkan pengalaman penerima dukungan sosial, dalam hal ini adalah penderita kanker payudara. Pendekatan kualitatif yang digunakan oleh peneliti mampu memfasilitasi peneliti untuk melakukan penggalian data secara langsung dari penderita kanker payudara, sehingga peneliti bisa mendapatkan data mengenai strategi dan bentuk dukungan sosial yang dipersepsi mendukung psychological well being penderita kanker payudara, serta melihat jenis dukungan sosial yang paling mempengaruhi dalam meningkatkan psychological well being penderita kanker payudara.

B. RUMUSAN MASALAH