Subjek Keempat TEMUAN HASIL PENELITIAN

mengalami kemajuan dalam kondisi fisik, mempercepat kesembuhan, dan memiliki peningkatan semangat hidup. Berdasarkan pengalaman penerimaan dukungan sosial, subjek tidak pernah mempunyai pengalaman tidak mendapat dukungan. Hal ini dikarenakan, subjek selalu menanggapi dengan positif setiap hal yang dilakukan orang lain.

4. Subjek Keempat

a. Kanker Payudara dan Pengobatannya Ibu I sudah terkena kanker payudara selama 2 tahun. Ibu I terdiagnosis kanker payudara pada bulan Juni 2011. Gejala yang dirasakan adalah munculnya benjolan yang tidak terasa sakit. Benjolan tersebut terletak di payudara sebelah kanan bawah. “Benjolan.” 3 “Gak sakit, gak terasa apa-apa.” 4-5 “Di kanan bawah sini.” 209-210 Berdasarkan gejala yang muncul dan hasil pemeriksaan, Ibu I positif terkena kanker payudara stadium lanjut. Keluarga Ibu I memiliki riwayat terkena kanker. Ayah dan kakak kandung dari Ibu I pernah terkena kanker. “Ayah saya itu kanker hati. Kakak saya juga.” 273- 274 Ketika mendapati vonis kanker payudara, yang dirasakan oleh Ibu I adalah terkejut, namun tidak sampai lama dan lebih merasa biasa saja karena sudah menyadari bahwa memiliki gen pembawa kanker. “Saya tuh sebenarnya tidak down itu masalah kankernya. Soalnya saya sudah mengantisipasi kalau saya itu mau kanker “ 37-41“Tapi syoknya kan tidak keterusan gitu lho.” 312-313 “Biasa-biasa saja. Karena saya sudah menduga gitu lho. Udah ada gennya” 306-308 Perasaan negatif yang muncul ketika mendapatkan vonis kanker tersebut tidak berlangsung lama. Hal ini karena Ibu I memiliki pikiran yang positif dalam menanggapi. “Positif thinking aja saya.” 321-322 Ibu I mendapatkan penanganan kanker payudara Radical Mastectomy Modified. Pengobatan yang dilakukan Ibu I adalah melakukan kemoterapi sebanyak 6 kali, penyinaran 35 kali, mengkonsumsi neulastim untuk menaikkan leukosit, dan mengkonsumsi obat dokter. Sampai saat ini, Ibu I masih melakukan kontrol ke rumah sakit. Ibu I tidak mengkonsumsi pengobatan non medis, akan tetapi memiliki niat untuk mencoba mengkonsumsi air rebusan daun sirsat. Pengobatan kanker yang dijalani Ibu I memberikan pengaruh bagi kondisi fisik Ibu I. Kemoterapi membuat kondisi tubuh Ibu I menurun dan mengalami penurunan leukosit sehingga harus mengalami opname di rumah sakit. Selain itu, kemoterapi dan konsekwensinya membuat Ibu I mengalami stress. “… saya downnya itu karena kemoterapinya.” 43-45 “…leukositnya juga sampai nol koma.” 47-48 “Habis kemo, seminggu setelah kemo saya masuk rumah sakit lagi karena ya itu, leukositnya turun, drop.” 53-56 “Jadi saya stress karena kemo.” 198-199 Selain kemoterapi, tindakan penyinaran juga memberikan dampak bagi kondisi tubuh Ibu I. Penyinaran yang dilakukan membuat dada sampai bagian punggung Ibu I mengalami gosong. “… sini gosong, mbak. Sini dada gosong sampai tembus ke belakang punggung.” 129-131 b. Kondisi Psychological Well Being Ibu I memiliki nilai 8 pada tingkat kebahagiaannya saat ini. Sejak awal mendapatkan vonis kanker payudara, Ibu I mampu menerima keadaan dengan baik. Ketika harus menerima konsekwensi dari pengobatan, Ibu I juga mampu untuk menerima keadaan dan tidak merasakan sedih. “Kan rontok terus digundul. Itu suami saya yang nangis-nangis. Saya malah ketawa. Wes rasah ditangisi, memang ini udah konsekwensinya.” 295- 300 “Diterima lah.” 363 Ibu I mampu menerima keadaan dengan baik, dikarenakan adanya ketabahan dalam menghadapi masalah dan memiliki pikiran yang positif. “…harus kita tabah lah.” 315 “Positif thinking aja saya.” 321-322 Hal ini menyebabkan Ibu I memiliki kepercayaan diri dan menjadi pribadi yang tangguh. “Percaya diri aku. Pribadi yang kuat aku itu.” 358- 359 Ibu I merupakan wanita karir yang memiliki jam kerja yang panjang, yaitu dari pagi hingga sore, bahkan malam. Untuk mengantisipasi supaya tidak ada masalah keluarga yang disebabkan oleh jam kerja yang panjang, maka Ibu I dan suami sudah memiliki perjanjian mengenai hal itu dan tidak ada masalah. “…saya dengan suami saya sudah komitmen ya, jadi gak masalah ketika suami saya pergi sampe malam, atau saya yang keluar sampai malam ya. Jadi ya sudah, gak ada masalah.” 520-525 Ibu I tinggal bersama anak-anak yang sudah beranjak dewasa. Ibu I juga memiliki asisten rumah tangga. Sehingga, Ibu I tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Semua pekerjaan rumah tangga dikerjakan oleh anak dan dibantu oleh asisten rumah tangga. Hal tersebut mengakibatkan Ibu I masih mampu menjalani kegemarannya untuk rekreasi. “Namanya anak, pasti bantu orang tua. Otomatis itu. Sama saya dari dulu pake pembantu. Jadi saya masih sering pergi, refreshing sama suami” 532-536 Ketika menjalani kemoterapi dan harus menerima konsekwensinya, Ibu I tetap berusaha untuk pergi bekerja walaupun hanya setengah hari. “Tapi saya tetap berusaha masuk kantor setengah hari.” 548-550 Tujuan hidup yang saat ini dimiliki oleh Ibu I adalah ingin memiliki kesehatan supaya bisa mengabdi kepada keluarga dan bisa menyelesaikan tugas pekerjaanya. Selain itu, Ibu I memiliki tujuan hidup ingin membuka sebuah usaha untuk mengisi waktu saat memasuki masa pensiun. “Ya saya sih tujuannya ya mengabdi aja sama keluarga, saya menyelesaikan pekerjaan saya di kantor, ya pengabdian aja.” 386-389 “…tapi saya kan mau pensiun. Mungkin ke depannya tuh piye. Mungkin bukan karena materi, tapi pengen punya kegiatan sehari- hari … . Jadi pokoknya saya kepengen punya kegiatan. Usaha.” 414-418, 421-422 Secara umum, tujuan hidup yang dimiliki Ibu I tidak mengalami perubahan setelah mendapat vonis kanker. Hal ini dikarenakan tidak merasakan sakit yang dimiliki dan memiliki keinginan untuk terus beraktivitas. Namun, akhir-akhir ini, Ibu I memiliki tambahan keinginan yang ingin dicapai karena hampir memasuki masa pensiun. “Dari dulu, sampe saya sakit, sekarang, ya itu.” 427- 428 “… tapi saya gak ngerasa saya sakit … saya pengennya malah sibuk. 434-435, 438 “Terus kalau sekarang tuh galau juga ya. Saya itu kan pengen punya kegiatan lain. Saya kan sekarang ini sibuk di kantor, tapi saya kan mau pensiun.” 410-415 Ibu I memiliki pendapat bahwa seseorang yang terkena kanker payudara masih mampu mengembangkan diri sesuai potensi yang ada di dalam diri masing-masing. “…mengembangkan maksudnya potensi yang ada, bisa.” 450-451 Hal ini dikarenakan, menurut Ibu S, walaupun terkena kanker, tidak perlu berlebihan dalam meratapi keadaan. “Gak terlalu lebay banget.” 451-452 Pendapat tersebut sesuai dengan kondisi Ibu I yang merasa mampu dalam mengembangkan diri. Hal ini dikarenakan Ibu I tidak merasa sakit. Akan tetapi, dalam kenyataanya, Ibu I belum terlalu maksimal dalam mengembangkan diri. Hal ini dikarenakan Ibu I terikat pekerjaan kantor yang terdapat aturan yang membatasi. “Saya bisa. Wong saya gak merasa sakit.” 461-462 “Tapi saya mungkin belum terlalu bisa mengembangkan diri saja karena kan kerja sudah ada aturannya. Tapi tetep kalau berkembang ya saya pengennya ya berkembang.” 468-473 Dalam kehidupan sehari-hari, keputusan dalam keluarga yang harus Ibu I ambil, Ibu I mendiskusikannya terlebih dahulu dengan suami dan keluarga. “Kalau untuk rumah, keluarga, ya diskusi.” 566-567 Ketika harus mengambil keputusan dalam pengobatan, Ibu I tidak meminta pertimbangan suami, karena tergantung dari kesiapan Ibu I dan suami menerima apapun yang menjadi keputusan Ibu I. “Saya gak diskusi, gak apa. Sudah otomatis. Karena saya yang jalani, saya siapnya kapan.” 575-577 “Suami saya ya manut.” 587 Dalam hal hubungan dengan orang lain, Ibu I memiliki relasi yang positif dengan orang lain, baik itu suami, anak, teman kantor, bahkan masyarakat sekitar. Ibu I merasakan hubungan yang baik, tanpa ada perubahan apapun dalam kehidupan keluarga, kantor, dan bermasyarakat. “Suami saya baik …” 609 “Iya lah. Pada baik-baik.” 646 c. Dukungan Sosial Bentuk dukungan sosial yang diterima oleh Ibu I ada bermacam-macam. Dukungan yang Ibu I terima dari suami adalah suami yang ikut merasakan penderitaan yang dialami Ibu I, menerima apapun keputusan pengobatan, menerima keadaan Ibu I, memberikan perhatian-perhatian, seperti mengantar berobat, mengingatkan untuk makan, dan mengingatkan untuk minum obat. “Itu suami saya yang nangis-nangis.” 296-297 “Suami saya ya manut.” 587 “Suami saya baik, perhatian.” 609-610 “…selama ini kalau saya berobat saya bersama suami. Menerima saya …” 661- 663 “…ngingetin obatnya, jangan lupa makan.” 694- 695 Dukungan sosial yang diterima oleh Ibu I dari anak-anak adalah menerima bantuan pekerjaan sehari-hari, menerima keadaan apa adanya, dan tetap memberikan support. “Namanya anak, pasti bantu orang tua.” 532-533 “Ya tetep menerima, kasih support …” 667 Dukungan sosial, juga diterima Ibu D dari teman kantor, yaitu pada saat Ibu I harus menjalani kemoterapi dan tidak bisa bekerja dengan maksimal, teman kantor bisa menerima dan memahami kondisi Ibu I. “Dari kantor juga gakpapa, sudah tau keadaan saya.” 548-550 Selain itu, Ibu I juga menerima dukungan sosial dari masyarakat sekitar. Ibu I mendapatkan perhatian berupa kunjungan dari tetangga dan para tetangga yang menanyakan kondisi Ibu I. “Ya pada ke sini. Nengokin.” 642 “…menanyakan gimana, Bu, seha t, Bu, …” 674-675 Tidak hanya dari orang-orang terdekat, teman, ataupun tetangga, Ibu I juga merasakan sebuah dukungan sosial dari dokter yang menangani. Ibu I merasa, sikap dan cara dokter ketika sedang berkonsultasi mempengaruhi Ibu I dalam mengambil keputusan untuk pengobatan. “Tapi dokter juga mempengaruhi, kayak Dokter Kunto kan sok kenal sok dekat to, jadi itu juga mempengaruhi dalam keputusan kita berobat.” 577-582 Berbagai macam dukungan yang diterima itu, memberikan pengaruh bagi kehidupan Ibu I. Setelah mendapatkan dukungan sosial, Ibu I merasakan tidak adanya beban dalam kehidupan. Selain itu, dukungan yang diterima membuatnya semakin cepat pulih, semakin sehat, selalu berpikir positif, dan merasa tidak sendiri. “…saya gak merasakan berat banget kok, …” 699- 700 “Itu mungkin yang bikin saya cepet pulih. Mikir positif. Saya juga merasa tidak sendiri.” 708-711 “Saya jadi tambah sehat.” 718 Berdasarkan pengalaman, Ibu I tidak pernah memiliki pengalaman tidak mendapatkan dukungan sosial. Hal ini dikarenakan Ibu I memiliki pemikiran yang positif mengenai kehidupannya. “Gak ya, dan saya tidak akan merasakan itu. Saya mikir positif aja. Saya gak negatif njuk woo aku sakit gak didukung. Enggak. Saya gak seperti itu.” 704-708 d. Kesimpulan Gejala yang dialami subjek adalah munculnya benjolan pada payudara sebelah kanan bawah. Pada benjolan tersebut tidak terasa sakit. Ketika mendapatkan vonis kanker payudara, subjek terkejut, namun tidak sampai lama dan lebih merasa biasa saja karena sudah menyadari bahwa memiliki gen pembawa kanker. Selain itu, subjek memiliki pemikiran yang positif dalam menghadapi masalah. Sejak awal mendapatkan vonis, melakukan pengobatan, sampai saat ini, subjek mampu menerima keadaan dengan baik dan tidak sedih. Hal ini dikarenakan adanya ketabahan dalam menghadapi masalah dan memiliki pemikiran yang positif, sehingga menjadikan subjek menjadi pribadi yang percaya diri dan menjadi pribadi yang tangguh. Pada awalnya, tujuan hidup yang dimiliki subjek adalah ingin memiliki kesehatan supaya bisa mengabdi kepada keluarga dan bisa menyelesaikan tugas pekerjaanya. Namun, menjelang pensiun, subjek ingin ingin membuka sebuah usaha untuk mengisi waktu saat memasuki masa pensiun. Secara umum, tujuan hidup yang dimiliki subjek tidak mengalami perubahan setelah mendapat vonis kanker. Hal ini dikarenakan tidak merasakan sakit yang dimiliki dan memiliki keinginan untuk terus beraktivitas. Adanya tambahan tujuan hidup subjek dikarenakan subjek akan memasuki masa pensiun. Subjek merupakan wanita karir dengan jam kerja yang panjang dan mengikuti arisan di 2 lokasi berbeda. Hal itu membuat subjek tidak memiliki waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Namun, itu tidak menjadi masalah bagi subjek karena di rumah subjek ada anak-anak yang membantu pekerjaan rumah dan ada asisten rumah tangga. Di sela kesibukan pekerjaan, subjek masih sering menyempatkan waktu untuk rekreasi bersama suami. Ketika harus menjalani kemoterapi, subjek tetap masuk kerja walaupun hanya setengah hari. Subjek dan keluarganya selalu mendiskusikan terlebih dahulu segala hal keputusan keluarga yang akan diambil. Tetapi, dalam hal pengobatan, subjek tidak meminta pertimbangan suami karena tergantung kesiapan subjek. Subjek memiliki pendapat bahwa penderita kanker masih mampu mengembangkan diri sesuai potensi yang ada. Menurut subjek, walaupun terkena kanker, tidak perlu berlebihan dalam meratapi keadaan. Subjek merasa mampu untuk lebih berkembang karena tidak merasa bahwa dirinya sedang sakit. Akan tetapi, dalam kenyataanya belum terlalu maksimal dalam mengembangkan diri. Hal ini dikarenakan masih terikat pekerjaan kantor yang terdapat aturan yang membatasi. Selain itu, subjek memiliki hubungan yang baik dengan orang-orang di sekitarnya. Hubungan baik yang ada terwujud dari dukungan sosial yang diterima subjek. Subjek mendapatkan dukungan sosial dari suami, berupa dukungan emosional, instrumental, dan penghargaan. Bentuk dukungannya adalah merasakan penderitaan, menerima apapun keputusan pengobatan, menerima keadaan subjek, memberikan perhatian-perhatian, seperti mengantar berobat, mengingatkan untuk makan, dan mengingatkan untuk minum obat. Subjek juga menerima dukungan dari anaknya, berupa dukungan emosional, penghargaan, dan instrumental. Bentuk dukungan tersebut adalah bantuan pekerjaan sehari-hari, menerima keadaan apa adanya, dan tetap memberikan support. Dukungan sosial, juga diterima subjek dari teman kantor subjek, yaitu ketika harus menjalani kemoterapi dan tidak bisa bekerja maksimal, teman kantor subjek mampu memahami kondisi subjek. Selain itu, subjek juga menerima dukungan sosial dari tetangga subjek berupa kunjungan dari tetangga. Tidak hanya dari orang-orang terdekat, teman, ataupun tetangga, subjek juga merasakan sebuah dukungan sosial dari dokter yang menangani. Subjek merasa, sikap dan cara dokter ketika sedang berkonsultasi mempengaruhi subjek dalam mengambil keputusan untuk pengobatan. Diantara berbagai pihak yang memberikan dukungan sosial, pemberi dukungan yang menurut subjek paling berpengaruh adalah dukungan dari suami. Hal ini dikarenakan suami selalu membesarkan hati subjek. Dukungan-dukungan tersebut diterima subjek secara langsung bertemu dengan pemberi dukungan. Dukungan-dukungan tersebut tentunya memberikan pengaruh positif bagi subjek, yaitu tidak adanya beban dalam kehidupan, cepat pulih, semakin sehat, selalu berpikir positif, dan merasa tidak sendiri. Berdasarkan pengalaman, Ibu I tidak pernah memiliki pengalaman tidak mendapatkan dukungan sosial. Hal ini dikarenakan Ibu I memiliki pemikiran yang positif mengenai kehidupannya.

5. Subjek Kelima