20 Tujuan pendidikan IPS menurut Nursid Sumaatmadja. 2006 adalah
“membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya
serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para
siswa, yaitu : 1 pengetahuan dan pemahaman, 2 sikap hidup belajar, 3 nilai-nilai sosial dan sikap, 4 keterampilan Oemar hamalik. 1992 : 40-41.
Dengan bertolak dari uraian diatas, kegiatan pembelajaran IPS membahas manusia dengan lingkungannya dari berbagai sudut ilmu sosial
pada masa lampau, sekarang, dan masa mendatang, baik pada lingkungan yang dekat maupun lingkungan yang jauh dari siswa. Menurut Jean Piagiet,
usia siswa SD 7-12 tahun ada pada stadium operasional konkrit. Oleh karena itu, guru IPS harus sungguh-sungguh memahami bidang studi IPS dan
mampu merancang pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya penggalan waktu belajar tidak terlalu panjang, peristiwa
belajar harus bervariasi, dan yang tidak kalah pentingnya sajian harus dibuat menarik bagi siswa.
G. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
1. PBM
Pembelajaran berbasis masalah, selanjutnya disingkat PBM, adalah salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi
belajar aktif kepada siswa. PBM adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap
21 metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah Ward, 2002; Stepien,
dkk.,1993. Lebih lanjut Boud dan felleti, 1997, Fogarty1997 menyatakan bahwa PBM adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan
membuat konfrontasi kepada siswa dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open ended melalui stimulus dalam belajar.
2. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah PBM
Sovie dan Hughes dalam Made Wena 2008: 91-92 menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik antara lain :
1. Belajar dimulai dengan suatu masalah.
2. Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan
dunia nyata siswa. 3.
Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu.
4. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam
membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri.
5. Menggunakan kelompok kecil.
6. Menuntut siswa untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka
pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja. Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pembelajaran
dengan model PBM dimulai oleh adanya masalah dapat dimunculkan
22 oleh siswa atau guru, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya
tentang apa yang telah mereka ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih
masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar. Masalah yang dijadikan sebagai
fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam
pada siswa seperti kerjasama, tukar pengetahuan, dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan
pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data,
membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBM dapat
memberikan pengalaman yang kaya kepada siswa. Dengan kata lain, penggunaan PBM dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa
yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari.
3. Proses pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis