Peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS melalui model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas V DI SD Kanisius Notoyudan 1.

(1)

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA

SISWA KELAS V DI SD KANISIUS NOTOYUDAN 1 YOYAKARTA

Ernawati

Universitas Sanata Dharma 2013

Latar belakang penelitian ini adalah masih banyak siswa yang memperoleh nilai rendah pada mata pelajaran IPS. Penyebabnya karena metode yang biasa diterapkan guru dalam mata pelajaran IPS adalah ceramah, tanya jawab, dan meringkas materi, sehingga siswa merasa bahwa mata pelajaran IPS membosankan, tidak menarik, banyak menghafal, dan merasa tidak relevan dengan masalah mereka. Disamping itu sebagian besar siswa masih menerapkan cara belajar individual, jarang bekerja sama, bertukar pengetahuan dengan teman sebaya, dan siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Melihat kenyataan tersebut, maka perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas V melalui implementasi pendekatan model Pembelajaran Berbasis Masalah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPS pada siswa kelas V di SD Kanisius Notoyudan I Yogyakarta pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada siklus I dan siklus II dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok dan diberi masalah. Pembelajaran dilaksanakan dalam 4 pertemuan, masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Data dikumpulkan menggunakan hasil tes evaluasi pada akhir siklus dan pengamatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPS siswa kelas V di SD Kanisius Notoyudan I Yogyakarta tahun pelajaran 2010/2011, khususnya pada materi tentang menghargai jasa dan peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Peningkatan motivasi belajar siswa terlihat dengan persentase motivasi belajar siswa pada kondisi awal 64% dan meningkat pada akhir siklus II yaitu menjadi 90%. Sedangkan peningkatan prestasi belajar siswa terlihat dari kondisi awal siswa yang mencapai KKM yaitu sebanyak 43,24%, pada akhir siklus I sebesar 72%, dan pada akhir siklus II adalah sebesar 94,4%.


(2)

IMPROVEMENT OF MOTIVATION AND LEARNING ACHIEVEMENT OF SOCIAL SUBJECT WITH PROBLEM BASED LEARNING

STUDENT GRADE V OF ELEMENTARY SCHOOL KANISIUS NOTOYUDAN I YOGYAKARTA

Ernawati

Sanata Dharma University 2013

The background of this research is still a lot of students who obtained low scores in social studies subjects. The reason is because the methods usually applied in the subjects of social studies teacher is speaking, questioning, and summarizing the material, so that students feel that the IPS subjects boring, uninteresting, a lot of memorization, and less challenging. Besides, most students are still learning how to apply individually, rarely work together, exchanging knowledge with peers, and students are less involved actively in the learning process. Seeing this fact, it is necessary remediation efforts, especially on the subjects of learning social studies to improve the quality of teaching in classes V through the implementation of Problem Based Learning model approach.

This research aimed to determine whether the use of problem based learning can improve motivation and learning echievement student of grade V Elementary School Kanisius Notoyudan I Yogyakarta for Social subject in second semester school year 2010/2011.

This research is a class act who carried on with two cycles. In the first and second cycle are done by problem based learning in dividing student into groups and problem distributed. Learning is doing in four meeting, each cycle consist of two meeting. Data collected to use instrument of written test in last cycle and observation.

Result of research which show that problem based learning method can improve motivation and learning echievement student of grade V Elementary School Kanisius Notoyudan I Yogyakarta in school year 2010/2011 in Social subject especially in material of the role of leaders in preparing for Indonesian independence fighters.

Improvement learn motivation of student can show with rate of learn motivation of student in first condition 64% and improve in the end of cycle II to be 90%. While improvement of learning echievement can show from first condition which minimal criteria complete (KKM) reach as many as 43,24%, in the end of cycle I 72%, and in the end of cycle II amounting to 94,4%.


(3)

i

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA

KELAS V DI SD KANISIUS NOTOYUDAN 1 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : ERNAWATI NIM: 081134223

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk suami dan anak saya yang selalu mendukung dan memberikan semangat.


(7)

v

HALAMAN MOTTO

Jika engkau bahagia maka semua impian akan mudah diraih ( Stefanus Rizal)

Jika melakukan suatu pekerjaan harus dilandasi dengan keiklasan dan ketulusan agar berbuah melimpah


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : ERNAWATI

NIM : 081134223

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul :

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR KANISIUS NOTOYUDAN 1 YOGYAKARTA beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan dan mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 3 Mei 2013 Yang menyatakan,


(10)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA

SISWA KELAS V DI SD KANISIUS NOTOYUDAN 1 YOYAKARTA

Ernawati

Universitas Sanata Dharma 2013

Latar belakang penelitian ini adalah masih banyak siswa yang memperoleh nilai rendah pada mata pelajaran IPS. Penyebabnya karena metode yang biasa diterapkan guru dalam mata pelajaran IPS adalah ceramah, tanya jawab, dan meringkas materi, sehingga siswa merasa bahwa mata pelajaran IPS membosankan, tidak menarik, banyak menghafal, dan merasa tidak relevan dengan masalah mereka. Disamping itu sebagian besar siswa masih menerapkan cara belajar individual, jarang bekerja sama, bertukar pengetahuan dengan teman sebaya, dan siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Melihat kenyataan tersebut, maka perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas V melalui implementasi pendekatan model Pembelajaran Berbasis Masalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPS pada siswa kelas V di SD Kanisius Notoyudan I Yogyakarta pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada siklus I dan siklus II dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok dan diberi masalah. Pembelajaran dilaksanakan dalam 4 pertemuan, masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Data dikumpulkan menggunakan hasil tes evaluasi pada akhir siklus dan pengamatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPS siswa kelas V di SD Kanisius Notoyudan I Yogyakarta tahun pelajaran 2010/2011, khususnya pada materi tentang menghargai jasa dan peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Peningkatan motivasi belajar siswa terlihat dengan persentase motivasi belajar siswa pada kondisi awal 64% dan meningkat pada akhir siklus II yaitu menjadi 90%. Sedangkan peningkatan prestasi belajar siswa terlihat dari kondisi awal siswa yang mencapai KKM yaitu sebanyak 43,24%, pada akhir siklus I sebesar 72%, dan pada akhir siklus II adalah sebesar 94,4%.


(11)

ix ABSTRACT

IMPROVEMENT OF MOTIVATION AND LEARNING ACHIEVEMENT OF SOCIAL SUBJECT WITH PROBLEM BASED LEARNING STUDENT GRADE V OF ELEMENTARY SCHOOL KANISIUS

NOTOYUDAN I YOGYAKARTA Ernawati

Sanata Dharma University 2013

The background of this research is still a lot of students who obtained low scores in social studies subjects. The reason is because the methods usually applied in the subjects of social studies teacher is speaking, questioning, and summarizing the material, so that students feel that the IPS subjects boring, uninteresting, a lot of memorization, and less challenging. Besides, most students are still learning how to apply individually, rarely work together, exchanging knowledge with peers, and students are less involved actively in the learning process. Seeing this fact, it is necessary remediation efforts, especially on the subjects of learning social studies to improve the quality of teaching in classes V through the implementation of Problem Based Learning model approach.

This research aimed to determine whether the use of problem based learning can improve motivation and learning echievement student of grade V Elementary School Kanisius Notoyudan I Yogyakarta for Social subject in second semester school year 2010/2011.

This research is a class act who carried on with two cycles. In the first and second cycle are done by problem based learning in dividing student into groups and problem distributed. Learning is doing in four meeting, each cycle consist of two meeting. Data collected to use instrument of written test in last cycle and observation.

Result of research which show that problem based learning method can improve motivation and learning echievement student of grade V Elementary School Kanisius Notoyudan I Yogyakarta in school year 2010/2011 in Social subject especially in material of the role of leaders in preparing for Indonesian independence fighters.

Improvement learn motivation of student can show with rate of learn motivation of student in first condition 64% and improve in the end of cycle II to be 90%. While improvement of learning echievement can show from first condition which minimal criteria complete (KKM) reach as many as 43,24%, in the end of cycle I 72%, and in the end of cycle II amounting to 94,4%.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kasih, karena berkat kemurahan rahmat dan kasih-Nya, skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Tugas ini dibuat terutama sebagai usaha untuk memenuhi kompetensi guru berupa kemampuan penguasaan bidang studi, memahami siswa, pembelajaran siswa dan pengembangan kepribadian.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena kebaikan, dukungan, bimbingan, dan keterlibatan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan tulus hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. G. Ari Nugrahanta, SJ.,S.S.,BST.M.A selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dan saran yang sangat berguna bagi penulis.

4. Dra. Hernawati Wiwin Widayati selaku Guru pengamat yang telah bersedia untuk membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini.


(13)

xi

5. Kepala Sekolah, Dewan Guru, beserta siswa dan siswi kelas V SD Kanisius Notoyudan 1 Yogyakarta yang telah banyak membantu terlaksananya penelitian ini.

6. Keluargaku Andreas Wakijo suami yang selalu setia mendampingi dan mendukungku, serta anakku tersayang Francisca Yuanita Sari yang selalu memberi semangat dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis hingga selesainya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak akan penulis terima dengan senang hati untuk penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya sabagai calon guru.

Yogyakarta, 3 Mei 2013 Penulis


(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... …. iii

PERSEMBAHAN…… ... …. iv

MOTTO………... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN……… xv xvi BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Batasan Pengertian ... 6

E. Tujuan ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. KAJIAN TEORI ... 9

A. Belajar ... 9

B. Motivasi ... 12

C. Motivasi Belajar……… 14

D. Prestasi ... 15

E. Prestasi Belajar……….. 16


(15)

xiii

G. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 20

H. Hubungan Mata Pelajaran IPS dengan PBM... 26

I. Kerangka Berpikir ... 27

J. Hipotesis ... 28

BAB III. METODE PENELITIAN ... 29

A. Setting Penelitian ... 29

B. Desain Penelitian ... 31

C. Rencana Tindakan ... 32

D. Instrumen Pengumpulan data ... 36

E. Indikator Keberhasilan ... 41

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Hasil Penelitian ... 47

B. Komparasi ... 78

C. Pembahasan ... 85

BAB V. PENUTUP ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA... 91

LAMPIRAN …... 93


(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Kondisi Awal Prestasi Siswa……….

Tabel 2 Peubah, Indikator, Data, Pengumpulan Data, dan Instrumennya..

3 36

Tabel 3 Indikator Keberhasilan………...………..... 41

Tabel 4 Klasifikasi Kategori Tingkatan ………...... 43

Tabel 5 Tingkat Penguasaan Kompetensi dalam PAP II... 44

Tabel 6 Pensekoran………... 44

Tabel 7 Jadwal Pelaksanaan Penelitian………... 46

Tabel 8 Keadaan Awal Motivasi Belajar Siswa.... 48

Tabel 9 Keadaan Awal Motivasi Belajar Siswa…………... 50

Tabel 10 Keadaan Awal Prestasi Belajar Siswa ... 52

Tabel 11 Keadaan Awal Prestasi Belajar Siswa………... 53

Tabel 12 Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran Siklus I... 60

Tabel 13 Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I………. ... 62

Tabel 14 Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I ... 63

Tabel 15 Analisis Data Siklus I ………... 65

Tabel 16 Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran Siklus II ... 69

Tabel 17 Prestasi Belajar Siswa pada Siklus II...……… 72

Tabel 18 Prestasi Belajar Siswa pada Siklus II……… ... 73

Tabel 19 Analisis Data Siklus II ... 75

Tabel 20 Motivasi Belajar setelah Siklus II ...…………... 76

Tabel 21 Motivasi Belajar Siswa setelah Siklus II ... 77

Tabel 22 Kenaikan Motivasi Belajar Siswa……….. 78

Tabel 23 Komparasi Motivasi Belajar Siswa ... 80 Tabel 24 Kenaikan Prestasi Belajar Siswa Pada Awal penelitian, Setelah

Siklus I, dan Siklus II...

82

Tabel 25 Komparasi Prestasi Belajar Siswa pada kondisi Awal, akhir Siklus I, dan Akhir Siklus II ... Tabel 26 Pencapaian KKM pada Kondisi Awal, Akhir Siklus I, dan Akhir Siklus II...

83


(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Gambar Alur Model Penelitian ... 31 Gambar 2 Diagram 1. Motivasi Belajar Siswa Awal... 51 Gambar 3 Diagram 2. Keadaan Awal Prestasi Belajar Siswa………… 54 Gambar 4 Diagram 3. Keterlibatan Siswa Selama Siklus I... 61 Gambar 5 Diagram 4. Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus I…………. 64 Gambar 6 Diagram 5. Keterlibatan Siswa Dalam Siklus II …………. 70 Gambar 7 Diagram 6. Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus II………... 74 Gambar 8 Diagram 7. Motivasi Belajar Siswa Pada Akhir Siklus II… 78 Gambar 9 Diagram 8. Komparasi Motivasi Belajar Siswa…………... 81 Gambar 10 Diagram 9.Komparasi Prestasi Belajar Siswa Awal, Siklus I,

dan Siklus II...


(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus……….. Lampiran 2 RPP Siklus I Pertemuan 1……….... Lampiran 3 RPP Siklus I Pertemuan 2……….... Lampiran 4 RPP Siklus II Pertemuan 1………... Lampiran 5 RPP Siklus II Pertemuan 2………... Lampiran 6 LKS Pertemuan I………... Lampiran 7 LKS Pertemuan II……….... Lampiran 8 Soal Evaluasi Siklus I……….. Lampiran 9

Lampiran 10 Lampiran 11

Soal Evaluasi Siklus II……….... Kunci Jawaban Soal Siklus I……… Kunci Jawaban Soal Siklus II……….. Lampiran 12

Lampiran 13

Lembar Jawab Siklus ………. Lembar Observasi………... Lampiran 14 Lembar Kuesioner Motivasi Belajar Siswa………… Lampiran 15 Validitas dan Reliabilitas Motivasi Belajar……….... Lampiran 16 Foto Kegiatan………. Lampiran 17 Surat Permohonan Ijin Penelitian………... Lampiran 18 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian.... Lampiran 19 Pekerjaan Siswa……….


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sekolah Dasar merupakan tahap awal dari tingkatan pendidikan yang ada di Indonesia. Ada dua macam sekolah yang ada di Indonesia yaitu sekolah negeri dan sekolah swasta. Sekolah negeri merupakan sekolah yang dikelola oleh pemerintah sendiri, sedangkan sekolah swasta adalah sekolah yang dikelola oleh suatu lembaga diluar tanggung jawab pemerintah. Banyak sekali sekolah swasta yang ada di Indonesia, khususnya di Yogyakarta ada salah satu lembaga swasta yang menangani sekolah swasta yaitu Yayasan Kanisius. Ada banyak sekali sekolah yang tergabung dalam Yayasan Kanisius. Salah satunya yaitu SD Kanisius Notoyudan I. Letak SD ini tidak jauh dari pusat kota Yogyakarta. SD Kanisius Notoyudan I terdapat di jalan Letnan Jenderal Suprapto No. 95 Yogyakarta.

Sekolah Dasar Kanisius Notoyudan I dikelola oleh kepala sekolah dan 18 guru. Terdapat enam kelas, satu laboratorium IPA, satu perpustakaan, satu laboratorium komputer dan satu ruang media. Keadaan sekolah ini sejuk karena terdapat beberapa pepohonan. Masyarakat di sekitar sekolah ini sebagian besar pekerjaannya adalah karyawan swasta dan buruh, sehingga banyak orang tua yang sibuk. Hal tersebut menyebabkan sebagian siswa SD Kanisius Notoyudan I kurang mendapat perhatian dan belum terpantau dengan baik pada saat belajar. Padahal orang tua merupakan salah satu faktor


(20)

2

yang penting dalam membimbing dan mendukung perkembangan belajar anak. Keadaan ini menyebabkan banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar sehingga hasil belajarnya pun kurang baik. Salah satu kelas yang mengalami kesulitan belajar adalah siswa kelas V. Siswa kelas V sudah dikenalkan dengan beberapa mata pelajaran, diantaranya Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, PKn, Bahasa Inggris, Pendidikan Agama, Bahasa Jawa, Teknologi Informasi dan komunikasi ( TIK ). IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang sudah diperkenalkan sejak kelas satu sekolah dasar. Banyak orang beranggapan bahwa mata pelajaran IPS itu susah dimengerti dan membosankan karena sebagian besar materi berupa hafalan. Dalam mata pelajaran ini ada materi pokok yang akan dipelajari siswa kelas V, yaitu tentang menghargai jasa dan peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Metode yang biasa diterapkan guru dalam mata pelajaran IPS adalah ceramah, tanya jawab, dan meringkas materi. Disamping itu sebagian besar siswa masih menerapkan cara belajar individual, jarang bekerja sama, bertukar pengetahuan dengan teman sebaya, dan siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Dengan pembelajaran yang masih menggunakan paradigma lama tersebut membuat siswa makin kurang kreatif dan merasa bosan.

Hal tersebut menyebabkan siswa kurang berminat belajar sehingga hasilnya kurang memuaskan dan pada materi tentang menghargai jasa dan peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia pun siswa kelas V mengalami kesulitan. Kenyataan ini terlihat pada perolehan


(21)

3

nilai ulangan yang didapat siswa rendah. Prestasi belajar awal siswa dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 1. Kondisi Awal Prestasi Belajar Siswa

No. Nama Nilai Awal Tuntas Tidak Tuntas

1 Anggi 74 V

2 Bugar 30 V

3 Andang 40 V

4 Bima 80 V

5 Bondan 50 V

6 Caca 40 V

7 Caecilia 70 V

8 Doni 65 V

9 Dian 73 V

10 Dias 65 V

11 Dinda 73 V

12 Elisa 67 V

13 Rani 70 V

14 Ardi 80 V

15 Heru 70 V

16 Herlambang 36 V

17 Muda 50 V

18 Andri 77 V

19 Ika 60 V

20 Ida 40 V

21 Glori 20 V

22 Nevada 40 V

23 Olivia 60 V

24 Okan 80 V

25 Ratih 70 V

26 Ratri 80 V

27 Santi 44 V

28 Sonia 64 V

29 Sofyan 60 V

30 Yeyen 70 V

31 Tetra 73 V

32 Titus 40 V

33 Tania 50 V

34 Vincent 74 V

35 Wina 65 V

36 Windan 50 V

37 Yohan 70 V

Jumlah 2.220 16 21

Rata-rata 60 - -


(22)

4

Dari data tabel di atas dapat dilihat dengan jelas bahwa prestasi belajar siswa pada kondisis awal yaitu sebelum mendapat pembelajaran berbasis masalah perolehan nilainya rendah yaitu di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). KKM yang ditentukan pada pelajaran IPS yaitu 70. Sekitar 56,76% dari jumlah siswa kelas V mendapat nilai di bawah KKM.. Melihat kenyataan tersebut maka perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan pembelajaran. Upaya-upaya tersebut dapat dilakukan guru melalui upaya Penelitian Tindakan kelas yang dalam pelaksanaannya terintegrasi dengan proses pembelajaran, dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas melalui implementasi pendekatan model Pembelajaran Berbasis Masalah. Sehingga para siswa dapat belajar dengan saling membantu, bekerja sama dalam memecahkan masalah sosial, persoalan-persoalan dalam kehidupan nyata yang ada di sekitar siswa dan secara khusus dapat menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan materi tentang menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Dalam rangka itulah Penelitian Tindakan Kelas ini difokuskan pada peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS melalui model pembelajaran berbasis masalah.

B. Pembatasan Masalah

Karena keterbatasan waktu dan luasnya materi maka peneliti membatasi materi dan model pembelajaran yang akan digunakan untuk penelitian.


(23)

5

Dalam penelitian ini peneliti hanya membatasi masalah pada :

1. Menghargai jasa dan peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

2. Mendiskripsikan motivasi belajar siswa melalui Pembelajaran Berbasis Masalah ( PBM).

3. Mendiskripsikan prestasi belajar siswa melalui Pembelajaran Berbasis Masalah ( PBM).

C. Rumusan Masalah

Masalah-masalah penelitian ini secara spesifik dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya meningkatkan motivasi dan prestasi belajar dengan model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas V SD Kanisius Notoyudan I Yogyakarta?

2. Apakah model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi belajar IPS pada siswa kelas V di SD Kanisius Notoyudan I Yogyakarta?

3. Apakah model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas V di SD Kanisius Notoyudan I Yogyakarta?


(24)

6 D. Batasan Pengertian

Agar tidak mengalami penafsiran yang berbeda maka penulis memberi batasan pengertian sebagai berikut:

1. Motivasi adalah suatu kondisi atau status internal (kadang-kadang diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau hasrat) yang mengarahkan perilaku seseorang untuk aktif bertindak dalam rangka mencapai suatu tujuan (Huitt, W. ,2001)

2. Belajar adalah suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan.

3. Motivasi belajar adalah keinginan siswa untuk mengambil bagian di dalam proses pembelajaran (Linda S. Lumsden:1994).

4. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne (1985:40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan.

5. Prestasi belajar adalah bukti usaha yang dapat dicapai untuk mengetahui hasil dari aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai-sikap yang diukur secara langsung dengan menggunakan tes atau evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.


(25)

7

6. IPS adalah bidang studi yang menghormati, mempelajari, mengolah, dan membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah hubungan manusia hingga benar-benar dapat dipahami dan diperoleh pemecahannya. Penyajiannya harus merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai ilmu sosial yang telah terpilih, kemudian disederhanakan sesuai dengan kepentingan sekolah.

7. Model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah (Ward, 2002; Stepien, dkk.,1993).

E. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS pada siswa kelas V SD Kanisius Notoyudan I Yogayakarta.

2. Untuk meningkatkan motivasi belajar IPS pada siswa kelas V di SD kanisius Notoyudan I Yogyakarta.

3. Untuk meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas V di SD Kanisius Notoyudan I Yogyakarta melalui model pembelajaran berbasis masalah semester genap tahun ajaran 2010/2011.


(26)

8 F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa

yang dimiliki siswa mengalami perubahan atau peningkatan motivasi Siswa menjadi lebih mudah dalam mempelajari materi ini dan terbantu untuk menemukan cara-cara yang lebih efektif dalam menyelesaikan masalah, sehingga kemampuan dan prestasi belajar siswa

2. Bagi penulis

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan penulis menemukan cara-cara yang efektif untuk mengatasi kesulitan tersebut sehingga dengan demikian dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

3. Bagi guru

Guru dapat memperoleh salah satu contoh model pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran yang lain.

4 Bagi sekolah

Laporan penelitian dapat menambah satu bacaan yang ada dalam perpustakaan sekolah, yang dapat dimanfaatkan untuk teman-teman guru. 5. Bagi Universitas

Sebagai pedoman bagi mahasiswa terutama PGSD pada saat melaksanakan praktik pembelajaran/pemantapan kemampuan mengajar khususnya pada saat melaksanakan pembelajaran IPS.


(27)

9 BAB II KAJIAN TEORI A. Belajar

Belajar menurut pandangan masyarakat adalah usaha mencari, menambah, dan mengumpulkan pengetahuan di sekolah. Dalam Cronbach mendefinisikan “Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman”. Belajar adalah sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman (Sumantri, 2001:13). Winkel berpendapat bahwa belajar merupakan aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relative konstan dan berbekas (Winkel, 1996). Perubahan yang telah terjadi akan memberi bekal kepada seorang anak untuk menghadapi lingkungan yang ada di sekitarnya.

Pengertian belajar menurut Leter D. Crow dan Alice Crow (1984) bahwa belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan dan sikap. Menurut Usman dan Lilis (1993:5) menjelaskan pengertian sebagai berikut : suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia. Perubahan tingkah laku ini bukan disebabkan oleh pertumbuhan yang bersifat fisiologis atau proses kematangan perubahan yang terjadi karena belajar dapat berupa perubahan-perubahan dalam kebiasaan kecakapan-kecakapan atau dalam tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.


(28)

10

Sedangkan menurut Hilgard (2005) belajar lebih menekankan pada mengorganisasikan perubahan dalam merespon suatu situasi. Menurut Hilgard dalam Wens Tanlain (2007:6), belajar (learning) dapat diartikan sebagai suatu proses yang di dalamnya terbentuk tingkah laku atau terjadi perubahan tingkah laku melalui praktek atau latihan. Jadi dapat disimpulkan belajar adalah suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan.

1. Jenis-jenis Belajar

Menurut Robert M Gagne (dalam Wina Sanjaya (2008:1.9)), belajar dibedakan menjadi delapan jenis. Kedelapan jenis tersebut bertingkat. Setiap jenis belajar merupakan prasyarat bagi jenis belajar di atasnya. Kedelapan jenis belajar tersebut adalah :

a. Belajar isyarat

Belajar melalui isyarat adalah melakukan atau tidak melakukan sesuatu karena adanya tanda atau isyarat. Misalnya berhenti mengendarai sepeda motor di perempatan jalan pada saat tanda lampu merah menyala. Bentuk belajar semacam ini biasanya bersifat tidak disadari, dalam arti respon diberikan secara tidak sadar.


(29)

11 b. Belajar stimulus - respon

Belajar stimulus - respon terjadi pada diri individu karena ada rangsangan dari luar. Misalnya membalas mencubit bila baru saja dicubit.

c. Belajar rangkaian

Belajar rangkaian terjadi melalui perpaduan berbagai proses stimulus - respon yang telah dipelajari sebelumnya sehingga melahirkan perilaku yang segera atau spontan seperti konsep panas - dingin, bapak - ibu. d. Belajar Asosiasi verbal

Belajar asosiasi verbal terjadi bila individu telah mengetahui sebutan bentuk dan dapat menangkap makna yang bersifat verbal. Misalnya kereta api itu berbentuk seperti ular.

e. Belajar diskriminasi

Belajar diskriminasi terjadi bila individu berhadapan dengan benda, suasana, atau pengalaman yang luas dan mencoba membeda-bedakan hal-hal yang jumlahnya banyak tersebut. Seperti membedakan berbagai bentuk wajah, binatang, tumbuhan, dsb.

f. Belajar konsep

Belajar konsep terjadi bila individu menghadapi berbagai fakta atau data yang kemudian ditafsirkan ke dalam suatu pengertian atau makna yang abstrak. Kemampuan membentuk konsep ini terjadi bila orang dapat melakukan diskriminasi. Contoh belajar konsep adalah binatang, tumbuhan, dan manusia termasuk makhluk hidup.


(30)

12 g. Belajar aturan

Belajar aturan terjadi bila individu menggunakan beberapa rangkaian peristiwa atau perangkat data yang terdahulu atau yang diberikan sebelumnya dan menerapkannya atau menarik kesimpulan dari data tersebut menjadi suatu aturan. Misalnya benda memuai bila dipanaskan, harga dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan.

h. Belajar pemecahan masalah

Belajar pemecahan masalah terjadi bila individu menggunakan berbagai konsep atau prinsip untuk menjawab pertanyaan. Misalnya mengapa harga bahan bakar minyak naik ? proses pemecahan masalah selalu berkaitan. Kesanggupan memecahkan masalah memperbesar kemampuan individu untuk memecahkan masalah – masalah yang lain.

B. MOTIVASI

Nasution Somantri(1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.” Sedangkan Sardiman (1996:77) mengatakan bahwa “motivasi adalah menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.” Motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan. WS Winkel (1986:71) motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif, motif menjadi aktif pada saat tertentu, bahkan kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau dihayati.


(31)

13

Menurut M. Ngalim Purwanto (1998:71) mengemukakan bahwa motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia menjadi tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mecapai hasil atau tujuan tertentu. Menurut MC. Donald, yang dikutip oleh Sardiman A.M (1996:73) motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan.

Thursan Hakim (2004 : 26) mengemukakan pengertian motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Pengertian motivasi yang lebih lengkap menurut Sudarwan Danim (2004 : 2) motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya.

Motivasi adalah suatu kondisi atau status internal (kadang-kadang diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau hasrat) yang mengarahkan perilaku seseorang untuk aktif bertindak dalam rangka mencapai suatu tujuan. Tiga unsur penting tentang pengertian motivasi menurut Huitt, yaitu:

1. Kondisi atau status internal itu mengaktifkan dan memberi arah pada perilaku seseorang.

2. Keinginan yang memberi tenaga dan mengarahkan perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan.


(32)

14

3. Tingkat kebutuhan dan keinginan akan berpengaruh terhadap intensitas perilaku seseorang.

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli bahwa motivasi adalah suatu perubahan yang terdapat pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang sendiri untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan suatu kegiatan. Faktor instrinsik berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan, atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan. Sedangkan faktor ekstrinsik dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber misalnya pengaruh pimpinan, kolega atau faktor-faktor lain yang kompleks.

C. Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah keinginan siswa untuk mengambil bagian di dalam proses pembelajaran. Siswa pada dasarnya termotivasi untuk melakukan suatu aktivitas untuk dirinya sendiri karena ingin mendapatkan kesenangan dari pelajaran, atau merasa kebutuhannya terpenuhi. Ada juga Siswa yang termotivasi melaksanakan belajar dalam rangka memperoleh penghargaan atau menghindari hukuman dari luar dirinya sendiri, seperti: nilai, tanda penghargaan, atau pujian guru (Marx Lepper: 1988). Menurut


(33)

15

Hermine Marshall istilah motivasi belajar mempunyai arti yang sedikit berbeda. Hermine Marshall menggambarkan bahwa motivasi belajar adalah kebermaknaan, nilai, dan keuntungan-keuntungan kegiatan belajar belajar tersebut cukup menarik bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar.

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar, sehingga siswa yang bermotivasi kuat memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan belajar. Berkaitan dengan proses belajar siswa, motivasi belajar sangatlah diperlukan. Diyakini bahwa hasil belajar akan meningkat kalau siswa mempunyai motivasi belajar yang kuat.

Manfaat motivasi belajar menurut Sardiman, dibagi menjadi tiga, yaitu : a. Mendorong manusia untuk berbuat

b. Menentukan arah perbuatan c. Menyeleksi perbuatan

D. Prestasi

Pengertian prestasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1976), prestasi adalah hasil yang telah dicapai atau dilakukan, dikerjakan. Prestasi belajar dapat diartikan keberhasilan yang telah dicapai atau dilakukan dan penguasaan pengetahuan siswa dalam hal pencapaian materi pelajaran.


(34)

16

Winkel (1984:64) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah bukti usaha yang dapat dicapai untuk mengetahui hasil dari usaha dalam pembelajaran perlu diukur secara langsung dengan menggunakan tes atau evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Bukti ini berupa skor atau nilai.

Dalam Masidjo (1995 : 38-40) prestasi adalah hasil proses belajar yang khas yang dilakukan dengan secara sengaja sebagai hasil suatu pengukuran dari hasil proses belajar yang merupakan kemampuan aktual yang diperoleh sewaktu mempelajari suatu bahan pelajaran. Proses pengukuran itu dilaksanakan dalam suatu tes evaluasi hasil belajar. Sementara Zainal Arifin (1990:3) berpendapat bahwa prestasi adalah kemampuan, ketrampilan dan sikap seseorang dalam menyesuaikan suatu hal.

E. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dari pelajaran yang diterima atau kemampuan menguasai pelajaran yang diberikan oleh guru yang selalu dikaitkan dengan tes hasil belajar atau evaluasi.

Gagne (1985) mengemukakan lima macam kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar adalah :

1. Ketrampilan intelektual, sejumlah pengetahuan mulai dari baca, tulis, hitung sampai kepada pemikiran yang rumit. Kemampuan intelektual tergantung kepada kapasitas intelektual kecerdasan seseorang dan pada kesempatan belajar yang tersedia.


(35)

17

2. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berfikir seseorang di dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah.

3. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta. Informasi yang diperoleh sebagai hasil belajar dari perkataan orang, membaca, radio, TV, dan lain-lain.

4. Ketrampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain ketrampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka, dan sebagainya.

5. Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimilki seseorang, sebagai mana dapat disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku terhadap orang, barang, atau kejadian.

Prestasi belajar, kita ketahui bukan saja dipengaruhi oleh kemampuan intelektual yang bersifat kognitif, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor non kognitif seperti emosi, motivasi, kepribadian serta berbagai pengaruh lingkungan. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh tenaga pendidikan professional, yang memiliki kompetensi dengan kemajuan yang dapat diandalkan, berdaya guna, dan berhasil guna untuk melayani dan membantu siswa dalam proses belajar mengajar. Metode dan alat evaluasi yang digunakan harus menentukan baik jenis perilaku maupun materi, sehingga prestasi yang diberikan oleh siswa benar-benar mencakup hasil belajar yang harus dicapainya (Winkel, 2004. 620-621).

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor dari dalam diri dan faktor dari luar diri. Faktor dari dalam diri sendiri meliputi faktor jasmani, psikologis, dan kematangan fisik atau psikis. Sedangkan


(36)

18

faktor dari luar diri meliputi faktor sosial, budaya, lingkungan fisik, dan lingkungan spiritual dan agama (Sumartana, 1986:78). Berbagai kegiatan belajar perlu dilakukan dalam rangka mengetahui apakah siswa memahami tentang materi yang dipelajari. Selama proses belajar berlangsung, siswa membutuhkan kegiatan untuk menggali prestasinya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah bukti usaha yang dapat dicapai untuk mengetahui hasil dari aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai-sikap yang diukur secara langsung dengan menggunakan tes atau evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.

F. Pengertian IPS

IPS adalah bidang studi yang menghormati, mempelajari, mengolah, dan membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah human relationship hingga benar-benar dapat dipahami dan diperoleh pemecahannya. Penyajiannya harus merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai ilmu sosial yang telah terpilih, kemudian disederhanakan sesuai dengan kepentingan sekolah. IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan (Sumantri. 2001:89). IPS dapat diartikan dengan “Kajian tentang


(37)

19

Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. S.Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.

Mulyono Tj. (1980:8) memberi batasan IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik.

Berdasarkan kurikulum 2004 untuk tingkat SD dinyatakan bahwa, Pengetahuan Sosial (sebutan IPS dalam kurikulum 2004), bertujuan untuk: 1. Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah,

dan kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis.

2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan social.

3. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan

4. Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global.


(38)

20

Tujuan pendidikan IPS menurut (Nursid Sumaatmadja. 2006) adalah

“membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki

pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya

serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik

merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu : (1) pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4) keterampilan (Oemar hamalik. 1992 : 40-41).

Dengan bertolak dari uraian diatas, kegiatan pembelajaran IPS membahas manusia dengan lingkungannya dari berbagai sudut ilmu sosial pada masa lampau, sekarang, dan masa mendatang, baik pada lingkungan yang dekat maupun lingkungan yang jauh dari siswa. Menurut Jean Piagiet, usia siswa SD (7-12 tahun) ada pada stadium operasional konkrit. Oleh karena itu, guru IPS harus sungguh-sungguh memahami bidang studi IPS dan mampu merancang pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya penggalan waktu belajar tidak terlalu panjang, peristiwa belajar harus bervariasi, dan yang tidak kalah pentingnya sajian harus dibuat menarik bagi siswa.

G. Model Pembelajaran Berbasis Masalah 1. PBM

Pembelajaran berbasis masalah, selanjutnya disingkat PBM, adalah salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBM adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap


(39)

21

metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah (Ward, 2002; Stepien, dkk.,1993). Lebih lanjut Boud dan felleti, (1997), Fogarty(1997) menyatakan bahwa PBM adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada siswa dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open ended melalui stimulus dalam belajar. 2. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Sovie dan Hughes dalam Made Wena (2008: 91-92) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik antara lain : 1. Belajar dimulai dengan suatu masalah.

2. Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa.

3. Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu.

4. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri.

5. Menggunakan kelompok kecil.

6. Menuntut siswa untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja.

Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model PBM dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan


(40)

22

oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang telah mereka ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar. Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama, tukar pengetahuan, dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBM dapat memberikan pengalaman yang kaya kepada siswa. Dengan kata lain, penggunaan PBM dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari.

3. Proses pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Arens(Triyanto, 2009:97) dalam pembelajaran berbasis masalah terdiri dari lima langkah kegiatan yaitu:


(41)

23

Pada kegiatan ini diharapkan guru mampu menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, dan memotivasi siswa agar terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah. b. Mengorganisir siswa dalam belajar

Guru membagi siswa dalam kelompok, dan membantu siswa mendefinisikan serta mengorganisir tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.

c. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru dapat mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mengadakan penjelasan serta pemecahan masalah.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru dapat membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dalam membantu mereka membagi tugas dengan temannya.

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru dapat membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang digunakan.

4. Hasil Belajar dengan PBM

Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar yang diperoleh siswa yang diajar dengan PBM yaitu:

a. Menemukan masalah dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah.


(42)

24

b. Belajar model peraturan orang dewasa c. Ketrampilan belajar mandiri

5. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) a. Kelebihan

Menurut Wina Sanjaya ( 2006: 218-219) kelebihan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

1) Pemecahan masalah merupakan tehnik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pembelajaran.

2) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa.

3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

5) Pemecahan masalah dapat membatu siswa mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.

6) Melalui pemecahan masalah bisa mempertimbangkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan


(43)

25

cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku.

7) Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.

8) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

9) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

10) Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

b. Kelemahan

Menurut Tiyanto (2009:96) dan Wina Sanjaya (2006:219) kelemahan dalam Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah : 1) Sulitnya mencari masalah yang relevan.

2) Memerlukan waktu banyak untuk penyelidikan.

3) Ketika siswa tidak memliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka malas untuk mencoba.


(44)

26 6. Penilaian dalam PBM

Penilaian dalam PBM menyangkut penilaian proses dan hasil. Adapun penilaian yang dilakukan meliputi:

a. Keaktifan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran.

Keaktifan dan partisipasi siswa dapat dinilai melalui pengamatan pada saat kegiatan pembelajaran.

b. Presentasi dan hasil laporan

Presentasi yang dimaksud adalah hasil dari evaluasi yang telah dikerjakan oleh siswa secara individu. Laporan yang dimaksud adalah hasil kerja siswa yang berupa tugas yang dilakukan secara berkelompok.

c. Tes hasil belajar

Tes hasil belajar dilakukan diakhir siklus. Tes tersebut berisi soal yang mencakup materi yang telah diajarkan sebelumnya.

H. HUBUNGAN MATA PELAJARAN IPS DENGAN PBM

IPS merupakan pelajaran yang dekat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Materi yang dipelajari dalam IPS sebagian besar merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar siswa, bahkan masalah-masalah yang dipelajari dalam IPS merupakan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat dalam kehidupna sehari-hari.

Materi-materi yang dipelajari siswa akan lebih baik apabila disampaikan oleh guru dengan model pembelajaran yang tepat. PBM adalah model


(45)

27

pembelajaran yang mengutamakan pada penyajian masalah kepada siswa. Model penyajian masalah sangat cocok digunakan dalam mata pelajaran IPS karena IPS juga membahas masalah-masalah yang dihadapi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran berbasis masalah akan tepat apabila digunakan dalam menyampaikan mata pelajaran IPS anak akan merasakan bahwa pembelajaran IPS tidak hanya sekedar ,menghafal akan tetapi juga berpikir untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan belajar untuk bersosialisasi dengan satu kelompok.

I. KERANGKA BERPIKIR

Siswa melakukan proses kegiatan belajar dalam suatu mata pelajaran yaitu IPS. Penguasaan mata pelajaran ditunjukkan siswa melalui nilai dan prestasi sebagai tolok ukur dalam keberhasilan siswa pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada materi menghargai jasa dan peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa kelas V semester 2 SD Kanisius Notoyudan I tahun 2010/2011.

Dalam kegiatan siswa pada mata pelajaran IPS seharusnya dirancang sedemikian rupa agar pembelajaran IPS menjadi lebih menarik terutama model pembelajaran yang dipilih adalah model pembelajaran berbasis masalah, sehingga diharapkan dengan model pembelajaran ini dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPS siswa kelas V semester 2 SD


(46)

28

Kanisius Notoyudan I tahun 2010/2011 khusus pada pembelajaran IPS tentang materi menghargai jasa dan peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Semakin meningkat motivasi belajar siswa maka semakin meningkat pula prestasi belajar siswa.

J. HIPOTESIS

Hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan motivasi belajar IPS siswa kelas V SD Kanisius Notoyudan I.

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Notoyudan I


(47)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian 1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011 di SD Kanisius Notoyudan I yang berada di jalan Letnan Jenderal Suprapto 95 Kelurahan Pringgokusuman, Kecamatan Gedongtengen, Kota Yogyakarta. Sekolah ini berada di tengah kota. Secara umum sekolah ini sudah mempunyai fasilitas dan media pembelajaran yang cukup baik. Hal terlihat dari laboratorium komputer, laboratorium IPA dan ruang media yang dimiliki sekolah ini. Selain itu banyak terdapat media pembelajaran yang dapat memudahkan guru dalam proses pembelajaran. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa melalui pembelajaran berbasis masalah. 2. Subyek Penelitian

Penelitian ini menggunakan subyek penelitian siswa kelas V SD Kanisius Notoyudan I semester genap tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 36 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Siswa kelas V mempunyai kemampuan yang kurang dalam motivasi dan prestasi belajar yang berkaitan dengan pelajaran IPS. Hal ini diketahui dari nilai rata-rata ulangan masih di bawah KKM.


(48)

30 3. Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui seberapa jauh hasil belajar siswa SD Kanisius Notoyudan I tahun pelajaran 2010/2011 dalam peningkatan motivasi dan prestasi belajar dengan model pembelajaran berbasis masalah dilihat dari indikator nilai rata-rata ulangan.

4. Waktu Penelitian

Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas ini adalah 5 bulan yaitu pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2011. 5. Sasaran yang Ingin Dicapai

Dalam Penelitian ini peneliti ingin mengetahui peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa melalui model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) pada mata pelajaran IPS kelas V semester genap SD Kanisius Notoyudan I tahun pelajaran 2010/2011.


(49)

31 B. Desain Penelitian

Gambar 1. Gambar Alur Model penelitian

Sumber Arikunto (2007: 16) Siklus II

Pengamatan Perencanaan Refleksi

Refleksi Pelaksanaan

Pelaksanaan

Sebagai bahan refleksi untuk siklus berikutnya

Pengamatan

Siklus I Perencanaan


(50)

32 C. Rencana Tindakan

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas didefinisikan sebagai penelitian memerlukan tindakan untuk menanggulangi masalah dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan dalam kawasan kelas atau sekolah tujuannya adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran (Kasihani Kasbolah, 2001:11).

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghargai peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) bagi siswa SD Kanisius Notoyudan I Yogyakarta dengan memberi tindakan-tindakan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Dalam penelitian ini peneliti akan mengambil dua siklus dengan rencana sebagai berikut:

1. Persiapan

a. Melakukan observasi pada siswa kelas V untuk mengetahui kemampuan siswa .

b. Identifikasi masalah c. Perumusan masalah.

d. Penyusunan rencana penelitian dan siklus-siklus. e. Penyusunan silabus dan RPP.


(51)

33

g. Membuat soal untuk siklus I dan siklus II.

h. Membuat instrumen penelitian yaitu format observasi dan format evaluasi.

2. Rencana tindakan setiap siklus Siklus Pertama:

a. Rencana Tindakan

1) Mengidentifikasi masalah dan menetapkan alternatif pemecahan masalah.

2) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam PBM. 3) Menentukan materi pokok pembelajaran.

4) Mengembangkan skenario pembelajaran. 5) Menyiapkan sumber dan media pembelajaran. 6) Mengembangkan format penilaian.

7) Menyiapkan media. b. Pelaksanaan Tindakan

1) Mengorganisasikan siswa di kelas.

2) Kelas V yang terdiri dari 36 siswa dibagi ke dalam enam kelompok, jadi masing-masing kelompok terdiri dari enam siswa.

3) Guru membagi gambar yang berhubungan dengan peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. 4) Guru membagikan LKS dan masing-masing kelompok


(52)

34

5) Siswa berdiskusi tentang peranan tokoh pejuang yang berkaitan dengan menghargai jasa dan peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia

6) Siswa dan guru membahas hasil kerja kelompok dalam diskusi kelas.

7) Guru memberikan soal evaluasi secara individu tentang peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. c. Observasi

Observasi dilakukan terhadap siswa dan guru pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan alat yang digunakan adalah lembar observasi.

d. Refleksi

1) Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi hasil observasi tindakan I. 2) Hasil refleksi digunakan untuk menentukan dan memperbaiki

pelaksanaan tindakan pada siklus II. Siklus kedua:

a. Rencana Tindakan

Identifikasi masalah dan mencari alternatif pemecahannya berdasarkan hasil evaluasi pada siklus ke-1.

b. Pelaksanaan Tindakan


(53)

35

2) Membagi siswa kelas V yang terdiri dari 36 siswa dibagi ke dalam 12 kelompok, jadi masing-masing kelompok terdiri dari tiga siswa.

3) Siswa melihat film yang ditayangkan.

4) Guru membagi LKS kepada siswa, setiap siswa menganalisis masalah yang muncul dalam film.

5) Siswa saling bertukar pikiran tentang cara menyelesaikan masalah yang ada dalam film berkaitan dengan peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

6) Siswa dan guru membahas bersama hasil pekerjaan siswa dalam diskusi kelas.

7) Kemudian siswa dan guru membahas secara bersama-sama hasil diskusi siswa.

8) Siswa mengerjakan soal evaluasi tentang peranan tokoh pejuang yang dikerjakan secara individu.

c. Observasi

Observasi dilakukan terhadap siswa dan guru pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan alat yang digunakan adalah lembar observasi.

d. Refleksi

1) Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi hasil observasi tindakan II.


(54)

36

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Masing-masing siklus dikenai materi dan tindakan yang berbeda. Pada siklus I materinya tentang soal yang berkaitan dengan menghargai jasa dan peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Sedangkan pada siklus II materinya tentang soal yang berkaitan dengan menghargai jasa dan peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

D. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam Supratiknya (2008:1), data adalah nilai-nilai variabel yang diperoleh dari hasil pengukuran suatu teknik pengumpulan data. Data dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber aslinya. Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui perantara. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yaitu diperoleh dari perantara yaitu guru kelas dengan nilai dari hasil ulangan.

1. Pengumpulan Data

Tabel 2. Peubah, Indikator, Data, Pengumpulan Data, dan Instrumennya

Peubah Indikator Data Pengumpulan Instrumen

Motivasi belajar Peningkatan motivasi belajar siswa Pengamatan dan isian kuesioner

Non tes Lembar kuesioner dengan pilihan setuju, sangat setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Prestasi belajar Peningkatan prestasi belajar Skor nilai tes


(55)

37 2. Instrumen Penelitian

a. Instrumen Motivasi Belajar

Alat penilaian motivasi belajar siswa dalam penelitian ini menggunakan teknik non-tes. Tehnik non-tes berarti melaksanakan penilain dengan tidak mengunakan tes. Tehnik penilaian ini berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok.

Alat penilaian non-test, biasanya menyertai dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Penilaian non-test meliputi observasi (baik dengan cara langsung, tak langsung, maupun partisipasi), wawancara (terstruktur atau bebas), angket (tertutup atau terbuka), sosiometri, checklist, concept map, portofolio, dan pertanyaan-pertanyaan. Namun dalam penelitian ini peneliti lebih terfokus menggunakan kuesioner motivasi belajar siswa. dan observasi secara langsung pada saat kegiatan belajar mengajar

Pada dasarnya kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Tujuan penggunaan kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.

Kuesioner sebagai alat penilaian non-tes dapat dilaksanakan secara langsung maupun secara tidak langsung. Dilaksanakan


(56)

38

secara langsung apabila kuesioner itu diberikan kepada anak yang dinilai atau dimintai keterangan sedangkan dilaksanakan secara tidak langsung apabila kuesioner diberikan kepada orang untuk dimintai keterangan tentang keadaan orang lain. Bila ditinjau dari segi cara menjawab maka kuesioner terbagi menjadi kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner tertutup adalah daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab

hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada jawaban yang ia anggap sesuai. Sedangkan kuesioner terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan pendapatnya secara terperinci sesuai dengan apa yang ia ketahui. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner secara langsung dan tertutup.

Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Observasi dapat dilakukan pada berbagi tempat misalnya kelas pada waktu pelajaran, di halaman sekolah pada waktu bermain, di lapangan pada waktu siswa olah raga, upacara dan lain-lain.


(57)

39 b. Instrumen Prestasi Belajar

Dalam penilaian hasil seorang guru menggunakan alat ukur yang disebut tes. Alat ukur tersebut dibedakan atas dua jenis yaitu tes dan non tes. Berdasarkan masalah penelitian, jenis penelitian yang dilakukan peneliti merupakan merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Jenis tes yang dilakukan peneliti yaitu tes prestasi belajar. Bentuk instrumen yang digunakan yaitu tes pilihan ganda dan tes uraian (essay test)

Dalam Masidjo (1995: 38), Tes adalah suatu alat pengukur yang berupa serangkaian pertanyaan yang harus dijawab secara sengaja dalam suatu yang distandarisasikan dan yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar individu atau kelompok. Tes uraian (essay test) adalah suatu tes yang member kesempatan kepada siswa untuk mengorganisasikan jawabannya secara bebas sesuai dengan kemampuannya dengan bahasanya sendiri atas sejumlah item yang relatif kecil dan tuntutan jawaban yang benar relevan, lengkap, berstruktur, jelas. Sedangkan semi objektif atau semi karangan adalah tes yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menghasilkan jawabannya sendiri secara singkat sesuai dengan kemampuan dan bahasanya sendiri atas sejumlah item yang relative agak besar sehingga jawaban dapat benar atau salah atau agak benar atau agak salah.


(58)

40

Jenis instrumen yang digunakan antara lain:

1) Silabus berfungsi sebagai panduan untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) digunakan sebagai pedoman atau panduan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.

3) Lembar Kerja Siswa (LKS) berfungsi sebagai tempat bagi siswa untuk mengerjakan soal/tugas yang diberikan.

4) Lembar observasi digunakan untuk pengamatan aktivitas siswa pada saat kegiatan pemebelajaran.

5) Tes/evaluasi digunakan sebagai alat untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa.

6) Produk digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap pengetahuan yang diperoleh siswa.

c. Validitas Instrumen

Penelitian ini akan menggunakan validitas isi supaya instrumen yang akan digunakan dapat tepat sesuai dengan apa yang akan diukur. Dalam validitas isi, semua instrumen akan diuji menurut standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikatornya. Dalam validitas isi, semua instrumen akan dikonsultasikan dengan orang yang berkompeten di bidang itu. Dalam hal ini adalah guru kelas dan dosen pembimbing. Sehingga instrumen yang akan digunakan dapat tepat sesuai dengan apa yang akan diukur.


(59)

41 3. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan pengolahan data dengan menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang sesuai dengan pendekatan penelitian. Analisis ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif, adapun alat analisis yang digunakan adalah analisis persentase, yaitu data-data yang diperoleh di bawa ke dalam bentuk persentase sehingga mempermudah membacanya (Kountur, 2004:169).

Dalam penelitian kualitatif sering kali dikuantifikasikan (dalam bentuk persentase) atau diangkakan sekedar untuk mempermudah dalam penggabungan dua atau lebih dari dua variabel (Arikunto,1998 : 246 ).

E. Indikator keberhasilan

Tabel 3. Indikator Keberhasilan

NO Indikator Kondisi

Awal

Kondisi akhir siklus (yang diharapkan)

I II

1 Motivasi 64% - 75%

2 Jumlah siswa yang telah memenuhi target KKM

43,24% 70% 90% 3 Nilai rata-rata 60 68 76


(60)

42

1. Langkah - langkah analisis data untuk motivasi belajar adalah : a. Pemberian skor

Dalam penelitian ini kuesioner berisi empat tingkatan jawaban mengenai tingkat kesetujuan responden terhadap pertanyaan yang dikemukakan.

Jawaban

 Sangat setuju diberi skor 4  Setuju diberi skor 3  Tidak setuju diberi skor 2  Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Menentukan indeks persentase

Selanjutnya dalam menentukan indeks persentase dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Persentase (%) = X 100 Keterangan :

n : nilai yang diperoleh

N : jumlah seluruh nilai atau nilai total ( skor ideal )

c. Pedoman pengkategorisasian untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah :

 Kategori I = sangat tinggi  Kategori II = tinggi  Kategori III = rendah


(61)

43

Dari langkah tersebut, dapat dibuat tabel klasifikasi kategori tingkatan dalam bentuk persentase sesuai dengan PAP II sebagai berikut :

d. Tabel Klasifikasi Kategori Tingkatan sebagai berikut : Tabel 4. Klasifikasi Kategori Tingkatan

No Skor Nilai Motivasi Belajar Persentase ( % ) Kategori 1 75– 92 81 % - 100 % sangat tinggi

2 66 – 74 66 % - 80 % tinggi

3 56– 66 56 % - 65 % cukup

4 46– 55 46 % - 55 % rendah

5 Di bawah 46 % Di bawah 46 % sangat rendah

2. Langkah-langkah analisis data untuk prestasi belajar a. Pedoman Pengkategorian Analisis Hasil belajar

Untuk mengetahui prestasi belajar siswa digunakan pedoman Penilaian Acuan Patokan (PAP) II yaitu nilai tertinggi dari prestasi belajar siswa adalah 100 dan nilai terendah adalah 0. Maka dengan menggunakan PAP II skor yang menjadi batas untuk masing-masing kategori adalah sebagai berikut :

 Sangat tinggi = 81% x 100 = 81

 Tinggi = 66% x 100 = 66

 Cukup = 56% x 100 = 56


(62)

44

 Rendah = 46% x 100 = 46

 Sangat rendah = dibawah 46% =  46

Tingkat penguasaan kompetensi dalam PAP II diperhitungkan menurut tabel berikut :

Tabel 5. Tingkat Penguasaan Kompetensi dalam PAP II

No Persentase Kriteria

1 81 % - 100 % Sangat Tinggi

2 66 % - 80 % Tinggi

3 56 % - 65 % Cukup

4 46 % - 55 % Rendah

5 Di bawah 46 % Sangat Rendah

b. Analisis penilaian hasil belajar 1) Pensekoran

Tabel 6. Pensekoran Tipe soal Jumlah

soal

Skor maksimal

setiap nomor Skor maksimal setiap tipe (X)

Pilihan ganda 20 1 20

Isian singkat 10 2 20

Uraian 5 4 20


(63)

45 Kriteria pensekoran :

* Pilihan ganda :

1. Jawaban bersifat mutlak sehingga hanya 1 (satu) jawaban yang benar

2. Jika jawaban benar maka diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0 3. Jika semua jawaban benar maka skor maksimal 20

* Isian singkat :

1. Jawaban bersifat mutlak sehingga hanya 1 (satu) jawaban yang benar

2. Jika jawaban benar maka diberi skor 2 dan jika salah diberi skor 0 3. Jika semua jawaban benar maka skor maksimal 20

* Uraian :

1. Jika jawaban benar dan tepat maka diberi skor 4

2. Jika jawaban benar tetapi kurang tepat maka diberi skor 3 3. Jika kurang benar atau salah maka diberi skor 2

2) Penilaian

Peningkatan prestasi belajar dinyatakan dalam nilai rata-rata yang diperoleh melalui langkah-langkah berikut :

* Menentukan nilai setiap siswa :

N =

6

X

x 10 Keterangan :

N : Nilai yang diperoleh setiap siswa


(64)

46 6 : Bilangan tetap 10 : Bilangan tetap

* Menentukan nilai rata – rata kelas :

N = n

N

Keterangan :

N : Nilai rata – rata kelas

N : Jumlah nilai kelas

n : Jumlah siswa

3) Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tabel 7. Jadwal Pelaksanaan Penelitian No Jenis Kegiatan

Bulan

Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt 1 Penyususnan

proposal X 2 Evaluasi

proposal X

3 Pembuatan

instrumen X

4 Pelaksanaan

penelitian X X X

5 Pelaporan hasil


(65)

47 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Kondisi Awal

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SD Kanisius Notoyudan I Yogyakarta. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas, motivasi, dan prestasi belajar siswa belum stabil. Kadang siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti pembelajaran tertentu, sehingga prestasinya pun ikut baik. Akan tetapi, siswa sering pula tidak memiliki / kurang motivasi yang baik untuk mengikuti pembelajaran, sehingga prestasi belajarnya juga kurang memuaskan. Hal tersebut diakui oleh guru kelas karena siswa terkadang merasa bosan dan tidak tertarik dengan metode ceramah yang digunakan oleh guru.

Guru biasanya mengajar dengan metode ceramah, tanya jawab, dan meringkas materi. Selain itu, guru hanya menggunakan media seadanya yang disediakan oleh sekolah. Hal tersebut dikarenakan guru belum begitu paham dengan pembelajaran inovatif. Penggunaan media yang sederhana membuat siswa bosan. Media gambar yang biasa digunakan pun hanya media gambar yang ada di buku. Belum pernah secara khusus guru menyiapkan gambar-gambar untuk menunjang pembelajaran yang sebenarnya akan lebih baik jika menggunakan media video.


(66)

48

Suasana yang monoton di kelas seakan membuat siswa kurang berkembang. Setiap hari siswa hanya mendengarkan apa yang dikatakan guru lalu mengerjakan tugas secara individu. Siswa jarang bekerja sama dalam kelompok dan bertukar pengetahuan dengan teman sebaya. Apabila kerja kelompok pun diserahkan kepada siswa yang pandai.

Siswa jarang memperoleh kesempatan menampilkan kemampuannya di depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Akibatnya, siswa seakan kurang memiliki rasa percaya diri yang baik. Biasanya siswa sering melempar tugas bila diminta membacakan laporan hasil diskusi kelompok kepada teman lain.

a. Motivasi Awal

Motivasi belajar siswa sebenarnya sudah cukup baik, akan tetapi perlu ditambah lagi upaya-upaya yang harus dilakukan oleh guru agar motivasi yang ada di dalam diri siswa dapat berkembang dengan lebih baik lagi. Motivasi siswa dapat dilihat seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 8. Keadaan Awal Motivasi Belajar Siswa No. Nama Siswa Skor

Motivasi

Persentase

( % ) Kriteria

1 Josua 67 73 Tinggi

2 Aji 50 54 Rendah

3 Andi 43 47 Rendah

4 Sekar 77 83 Sangat Tinggi

5 Agatha 40 43 Sangat Rendah

6 Anggit 43 47 Rendah

7 Aldi 67 73 Tinggi


(67)

49

9 Dian 70 76 Tinggi

10 Chelcea 63 68 Tinggi

11 Dinda 70 76 Tinggi

12 Vina 65 71 Tinggi

13 Evan 78 85 Sangat Tinggi

14 Ratih 67 73 Tinggi

15 Dina 67 73 Tinggi

16 Willy 40 43 Sangat Rendah

17 Geri 55 60 Cukup

18 Abraham 78 85 Sangat Tinggi

19 Hari 50 54 Rendah

20 Idro 40 43 Sangat Rendah

21 Josha 40 43 Sangat Rendah

22 Luny 40 43 Sangat Rendah

23 Melinda 60 65 Cukup

24 Niken 78 85 Sangat Tinggi

25 Ricy 67 73 Tinggi

26 Ruth 80 87 Sangat Tinggi

27 Rori 40 43 Sangat Rendah

28 Tiwi 60 65 Cukup

29 Wawan 40 43 Sangat Rendah

30 Nadia 67 73 Tinggi

31 Okan 70 76 Tinggi

32 Veri 60 65 Cukup

33 Vina 50 54 Rendah

34 Yona 72 78 Tinggi

35 Grace 60 65 Cukup

36 Mita 50 54 Rendah

Jumlah 2.124 2.304 -

Rata-rata 59 - Cukup


(68)

50

Jumlah keseluruhan siswa ada 36. Skor motivasi awal yang diperoleh kurang baik. Skor tertinggi adalah 80 dan skor terendah adalah 40. Keadaan ini adalah keadaan awal ketika guru belum menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

Berdasarkan tabel 1., maka kriteria motivasi siswa dengan menggunakan PAP II dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 9. Keadaan Awal Motivasi Belajar Siswa

No Skor Motivasi

Belajar Siswa Frekuensi

Persentase

( % ) Kriteria Keterangan

1 81 % - 100 % 5 13,9 Sangat tinggi

Rata-rata skor motivasi belajar

siswa = 59 dan persentase =

64%

2 66 % - 80 % 12 33,3 Tinggi

3 56 % - 65 % 6 16,7 Cukup

4 46 % - 55 % 6 16,7 Rendah

5 Di bawah 46 % 7 19,4 Sangat rendah

Jumlah 36 100

Dari tabel motivasi awal di atas dapat dilihat bahwa motivasi siswa belum merata. Siswa yang memiliki motivasi sangat tinggi 13,9% atau berjumlah 5 siswa, sedangkan siswa yang memiliki motivasi tinggi ada 33,3% atau berjumlah 12 siswa. Keadaan tersebut sebenarnya sudah cukup baik tetapi masih ada siswa yang memiliki motivasi dalam kriteria cukup yaitu ada 16,7% atau 6 siswa dan kriteria rendah 16,7% atau 6 siswa serta ada 19,4% atau 7 siswa dengan kriteria sangat rendah. Supaya dapat dilihat dengan jelas, dari tabel 2 dapat dibuat diagram motivasi belajar sebagai berikut :


(69)

51

Diagram 1. Motivasi Belajar Siswa Pada Keadaan Awal

Data di atas menunjukkan bahwa harus dilakukan upaya agar motivasi belajar siswa dapat meningkat menjadi lebih baik. Hal itu akan tercapai apabila guru mengupayakan untuk membuat siswa merasa senang dan tertarik dengan materi yang diajarkan.

b. Prestasi Awal

Penelitian ini mengambil data awal prestasi belajar siswa dari hasil ulangan kelas V pada tahun sebelumnya yang sekarang sudah kelas VI. Adapun data awal prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut :

motivasi belajar sangat tinggi;

13,90%

motivasi belajar tinggi; 33.30%

motivasi belajar cukup; 16.70% motivasi belajar

rendah; 16.70%

motivasi belajar sangat rendah;


(70)

52

Tabel 10. Keadaan Awal Prestasi Belajar Siswa

No. Nama Nilai Awal Tuntas Tidak Tuntas

1 Anggi 74 V

2 Bugar 30 V

3 Andang 40 V

4 Bima 80 V

5 Bondan 50 V

6 Caca 40 V

7 Caecilia 70 V

8 Doni 65 V

9 Dian 73 V

10 Dias 65 V

11 Dinda 73 V

12 Elisa 67 V

13 Rani 70 V

14 Ardi 80 V

15 Heru 70 V

16 Herlambang 36 V

17 Muda 50 V

18 Andri 77 V

19 Ika 60 V

20 Ida 40 V

21 Glori 20 V

22 Nevada 40 V

23 Olivia 60 V

24 Okan 80 V

25 Ratih 70 V

26 Ratri 80 V

27 Santi 44 V

28 Sonia 64 V

29 Sofyan 60 V

30 Yeyen 70 V

31 Tetra 73 V

32 Titus 40 V

33 Tania 50 V

34 Vincent 74 V

35 Wina 65 V

36 Windan 50 V

37 Yohan 70 V

Jumlah 2.220 16 21

Rata-rata 60 - -

Persentase - 43,24% 56,76%

Jumlah siswa secara keseluruhan adalah 37 siswa. Nilai tertinggi pada prestasi awal adalah 80. Akan tetapi nilai terendah siswa pada prestasi awal ini sangat jauh dari KKM yaitu 20. Rata-rata nilai prestasi belajar siswa adalah 60.


(71)

53

Berdasarkan tabel kondisi awal prestasi belajar siswa tersebut, secara ringkas dapat dikelompokkan dalam tabel berikut :

Tabel 11. Keadaan Awal Prestasi Belajar Siswa No Nilai Prestasi

Belajar Siswa Frekuensi

Persentase

( % ) Kriteria Ket

1 81 – 100 - - Sangat tinggi

Rata-rata prestasi

belajar siswa=60

dan persentase

= 43,24%

2 66 – 80 17 45,95 Tinggi

3 56 – 65 7 18,92 Cukup

4 46 – 55 4 10,81 Rendah

5 Di bawah 46% 9 24,32 Sangat rendah

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui tentang keadaan awal prestasi belajar siswa. Dalam tabel tersebut tidak ada siswa yang memperoleh nilai prestasi belajarnya sangat tinggi. Siswa yang prestasi belajarnya tinggi ada 17 siswa atau 45,95%. Siswa yang prestasi belajarnya cukup ada 7 siswa atau 18,92%. Sedangkan yang prestasi belajarnya rendah sebanyak 4 siswa atau 10,81% dan siswa yang prestasi belajarnya sangat rendah ada 9 siswa atau 24,32%.

Keadaan tersebut dapat dikatakan belum cukup menyenangkan tetapi cukup memprihatinkan karena masih ada 21 siswa yang nilainya di bawah KKM atau 56,76 % yang belum tuntas dan baru ada 16 siswa atau 43,24% siswa yang sudah tuntas. Supaya lebih jelas, dari data tersebut dapat dibuat diagram keadaan awal prestasi belajar siswa sebagai berikut:


(1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS melalui model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas V di Sekolah Dasar Kanisius Wirobrajan I.

0 1 158

Peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS melalui model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas V DI SD Kanisius Notoyudan 1

0 0 178

Peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS melalui model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas V di Sekolah Dasar Kanisius Wirobrajan I

0 0 156

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LUAR KELAS SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 PASIR KULON

1 1 14

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD NEGERI 3 ARCAWINANGUN

0 0 13

Peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS melalui model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas IV di Sekolah Dasar Kanisius Condongcatur semester genap tahun ajaran 2010/2011 - USD Repository

0 0 168

Peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS melalui model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas IV di Sekolah Dasar Kanisius Demangan Baru semester genap tahun ajaran 2010/2011 - USD Repository

0 0 172

Peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS pada materi tokoh-tokoh kemerdekaan Indonesia dan menghargai jasa tokoh kemerdekaan melalui model pembelajaran berbasis masalah : studi kasus pada siswa kelas V di SD Kanisius Condongcatur semester genap tahun

0 2 214

Peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS melalui model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas IV SD Kanisius Minggir semester genap tahun ajaran 2010/2011 - USD Repository

0 0 203

Peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS melalui model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri Plaosan 1 - USD Repository

0 2 221