16 Winkel 1984:64 mengatakan bahwa prestasi belajar adalah bukti usaha yang
dapat dicapai untuk mengetahui hasil dari usaha dalam pembelajaran perlu diukur secara langsung dengan menggunakan tes atau evaluasi untuk
mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Bukti ini berupa skor atau nilai.
Dalam Masidjo 1995 : 38-40 prestasi adalah hasil proses belajar yang khas yang dilakukan dengan secara sengaja sebagai hasil suatu pengukuran
dari hasil proses belajar yang merupakan kemampuan aktual yang diperoleh sewaktu mempelajari suatu bahan pelajaran. Proses pengukuran itu
dilaksanakan dalam suatu tes evaluasi hasil belajar. Sementara Zainal Arifin 1990:3 berpendapat bahwa prestasi adalah kemampuan, ketrampilan dan
sikap seseorang dalam menyesuaikan suatu hal.
E. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dari pelajaran yang diterima atau kemampuan menguasai pelajaran yang diberikan oleh guru
yang selalu dikaitkan dengan tes hasil belajar atau evaluasi. Gagne 1985 mengemukakan lima macam kemampuan manusia yang
merupakan hasil belajar adalah : 1.
Ketrampilan intelektual, sejumlah pengetahuan mulai dari baca, tulis, hitung sampai kepada pemikiran yang rumit. Kemampuan intelektual
tergantung kepada kapasitas intelektual kecerdasan seseorang dan pada kesempatan belajar yang tersedia.
17 2.
Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berfikir seseorang di dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah.
3. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta. Informasi
yang diperoleh sebagai hasil belajar dari perkataan orang, membaca, radio, TV, dan lain-lain.
4. Ketrampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain ketrampilan
menulis, mengetik, menggunakan jangka, dan sebagainya. 5.
Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimilki seseorang, sebagai mana dapat disimpulkan dari kecenderungan
bertingkah laku terhadap orang, barang, atau kejadian. Prestasi belajar, kita ketahui bukan saja dipengaruhi oleh kemampuan
intelektual yang bersifat kognitif, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor non kognitif seperti emosi, motivasi, kepribadian serta berbagai pengaruh
lingkungan. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh tenaga pendidikan professional, yang memiliki kompetensi dengan kemajuan yang dapat
diandalkan, berdaya guna, dan berhasil guna untuk melayani dan membantu siswa dalam proses belajar mengajar. Metode dan alat evaluasi yang
digunakan harus menentukan baik jenis perilaku maupun materi, sehingga prestasi yang diberikan oleh siswa benar-benar mencakup hasil belajar yang
harus dicapainya Winkel, 2004. 620-621. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor dari
dalam diri dan faktor dari luar diri. Faktor dari dalam diri sendiri meliputi faktor jasmani, psikologis, dan kematangan fisik atau psikis. Sedangkan
18 faktor dari luar diri meliputi faktor sosial, budaya, lingkungan fisik, dan
lingkungan spiritual dan agama Sumartana, 1986:78. Berbagai kegiatan belajar perlu dilakukan dalam rangka mengetahui apakah siswa memahami
tentang materi yang dipelajari. Selama proses belajar berlangsung, siswa membutuhkan kegiatan untuk menggali prestasinya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah bukti usaha yang dapat dicapai untuk mengetahui hasil dari aktivitas
mentalpsikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
ketrampilan, dan nilai-sikap yang diukur secara langsung dengan menggunakan tes atau evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan
pencapaian tujuan pembelajaran.
F.
Pengertian IPS
IPS adalah bidang studi yang menghormati, mempelajari, mengolah, dan membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah human
relationship hingga benar-benar dapat dipahami dan diperoleh pemecahannya. Penyajiannya harus merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai ilmu sosial
yang telah terpilih, kemudian disederhanakan sesuai dengan kepentingan sekolah. IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin
ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial social science, maupun ilmu
pendidikan Sumantri. 2001:89. IPS dapat diartikan dengan “Kajian tentang
masyarakat”.
19 Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan
dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. S.Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan
sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam
masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.
Mulyono Tj. 1980:8 memberi batasan IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya,
psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo 1996:4 bahwa IPS merupakan hasil
kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik.
Berdasarkan kurikulum 2004 untuk tingkat SD dinyatakan bahwa, Pengetahuan Sosial sebutan IPS dalam kurikulum 2004, bertujuan untuk:
1. Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah,
dan kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis. 2.
Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan social.
3. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan 4.
Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global.
20 Tujuan pendidikan IPS menurut Nursid Sumaatmadja. 2006 adalah
“membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya
serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para
siswa, yaitu : 1 pengetahuan dan pemahaman, 2 sikap hidup belajar, 3 nilai-nilai sosial dan sikap, 4 keterampilan Oemar hamalik. 1992 : 40-41.
Dengan bertolak dari uraian diatas, kegiatan pembelajaran IPS membahas manusia dengan lingkungannya dari berbagai sudut ilmu sosial
pada masa lampau, sekarang, dan masa mendatang, baik pada lingkungan yang dekat maupun lingkungan yang jauh dari siswa. Menurut Jean Piagiet,
usia siswa SD 7-12 tahun ada pada stadium operasional konkrit. Oleh karena itu, guru IPS harus sungguh-sungguh memahami bidang studi IPS dan
mampu merancang pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya penggalan waktu belajar tidak terlalu panjang, peristiwa
belajar harus bervariasi, dan yang tidak kalah pentingnya sajian harus dibuat menarik bagi siswa.
G. Model Pembelajaran Berbasis Masalah