Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi penjelasan tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan spesifikasi produk yang dikembangkan.

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan peserta didik untuk menghasilkan ilmu yang berguna bagi kehidupan. Ilmu yang hendak dihasilkan dari proses tersebut tentu bukan hanya yang bersifat teori saja, melainkan yang dapat berguna bagi peserta didik dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, diharapkan peserta didik juga memiliki sikap yang baik dalam berhubungan dengan sesama manusia. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan adanya pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan dengan mengarahkan peserta didik dalam mengenali dan mengembangkan kelebihan yang dimilikinya agar menjadi manusia yang memiliki sikap-sikap baik terhadap diri sendiri dan peduli terhadap orang lain Kemendikbud, 2013. Pendidikan karakter memiliki kekhasan yaitu selalu mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara integral. Tujuan dari pendidikan karakter tersebut diwujudkan oleh pemerintah dengan membuat suatu kurikulum yang memuat tentang pendidikan karakter. Kurikulum yang memuat tentang pendidikan karakter adalah Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 disusun dengan tujuan untuk mendidik karakter peserta didik mulai dari jenjang SD sampai SLTA Kemendikbud, 2014:3. Itu sebabnya kekhasan dari Kurikulum 2013 terdiri atas kompetensi inti sikap, yang meliputi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi inti pengetahuan dan kompetensi inti keterampilan. Kompetensi inti tersebut dirumuskan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan atau SKL. Menurut Kemendikbud 2014, kompetensi lulusan merupakan keahlian yang harus dimiliki atau dipenuhi peserta didik untuk mencapai syarat-syarat kelulusan yang mencakup sikap KI-1 dan KI-2, pengetahuan KI-3, dan keterampilan KI-4. Kompetensi itulah yang akan menjadi acuan untuk mengembangkan kurikulum dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi lulusan disusun dengan melihat hal-hal yang hendak dikembangkan dalam diri masing-masing peserta didik sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikannya dalam satuan pendidikan tertentu. Lebih jauh Kemendikbud 2014:18 mengungkapkan bahwa pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Oleh karena itu, Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Dalam pendekatan yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuwan lebih menggunakan penalaran induktif yang mengamati suatu peristiwa terlebih dahulu kemudian menarik kesimpulan. Hal ini diperkuat dengan Permendikbud No. 81A Tahun 2013 lampiran IV, yang menyatakan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah terdiri atas lima pengalaman belajar pokok 5M yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasieksperimen, mengasosiasikanmengolah informasi, dan mengkomunikasikan. Tujuan pembelajaran dapat tercapai apabila guru menerapkan 5M. Oleh karena itu, guru perlu menguasai pembelajaran inovatif supaya dapat memfasilitasi peserta didik untuk memiliki karakter-karakter yang diharapkan, dengan membuat kegiatan pembelajaran yang memuat 5M menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai 5M perlu memperhatikan tahap-tahap perkembangan anak SD sesuai dengan jenjangnya. Seperti yang diungkapkan oleh Piaget 2010, tahap perkembangan anak usia 7-12 tahun berada pada tahap operasional konkret. Operasional konkret adalah tahap pengelompokan cara kerja mengenai pemikiran anak, dimana anak telah dapat mempelajari sesuatu menggunakan benda-benda nyata atau benda-benda lain sebagai pengganti hal yang dipelajari tersebut. Oleh karena itu, agar dapat mencapai KI-1, KI-2 dan KI-3 maka proses pembelajaran perlu memperhatikan tahap perkembangan anak. Proses pembelajaran sebaiknya dibuat dengan kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong peserta didik dalam mengembangkan kemampuannya untuk berpikir konkret dan mendalam, serta mampu mengklasifikasi dan mengontrol persepsinya. Hal-hal penting terkait dengan penerapan Kurikulum 2013 di atas belum dapat terlaksana secara maksimal di sekolah dasar. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara kepada sembilan guru di delapan sekolah dasar yang berbeda, yaitu SDN Depok 1 Yogyakarta, SDN Ngenthak Mangir Bantul, SDN 2 Mojayan Klaten, SDN Caturtunggal 6 Yogyakarta, SD Mutiara Persada Yogyakarta, SDN Walitelon 2 Temanggung, SD Tumbuh, dan SD Kanisius Pugeran. Dari hasil wawancara, peneliti mendapatkan data mengenai kesulitan yang dialami oleh guru dalam menerapkan Kurikulum 2013. Data-data yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap sembilan guru adalah: 1 Sebanyak sembilan guru 100 mengalami kesulitan dalam melakukan penilaian menggunakan Kurikulum 2013. Dalam melakukan penilaian kompetensi sikap religius KI-1, kompetensi sikap sosial KI-2, dan kompetensi keterampilan KI-4 guru mengalami kesulitan karena indikator penilaian dari acuan pemerintah belum memuat deskripsi yang jelas. Kesulitan yang dialami guru pada kompetensi pengetahuan KI-3 yaitu dalam hal mengaitkan soal-soal antar mata pelajaran dan keterbatasan waktu. 2 Sembilan guru 100 mengalami kesulitan dalam penyediaan media pembelajaran. 3 Tujuh guru 78 mengalami kesulitan dalam merumuskan kegiatan pembelajaran yang mengandung 5M. Berdasarkan masalah-masalah yang ditemukan di lapangan, peneliti terdorong untuk membantu guru dalam membuat perangkat pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013. Pengembangan perangkat pembelajaran tersebut bertujuan untuk membantu guru dalam mengatasi kesulitan terkait dengan penerapan Kurikulum 2013 dalam hal melakukan penilaian, penyediaan media pembelajaran serta perumusan kegiatan pembelajaran yang memuat 5M. Oleh karena itu, peneliti hendak melakukan penelitian pengembangan dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 Kelas II dengan T ema 3 “Tugasku Sehari-hari”.

B. Batasan Masalah