selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman. Perubahan dan pengembangan
kurikulum harus memiliki tujuan yang jelas sesuai dengan kebutuhan zaman, jadi tidak asal berubah saja sehingga memang benar-benar dapat
memberikan manfaat
bagi dunia
pendidikan. Perubahan
dan perkembangan kurikulum juga dipengaruhi oleh kesenjangan kurikulum
sebelumnya KTSP dengan kurikulum saat ini Kurikulum 2013. Berikut adalah tabel yang menunjukkan kesenjangan-kesenjangan yang
ada pada Kurikulum KTSP dengan kondisi ideal, yaitu:
Tabel 2.1 Identifikasi Kesenjangan Kurikulum Mulyasa, 2013:61-63
KONDISI SEBELUMNYA KONDISI IDEAL
A. KOMPETENSI LULUSAN
1. Belum
sepenuhnya menekankan
pendidikan karakter
1. Berkarakter mulia
2. Belum
menghasilkan keterampilan
sesuai kebutuhan
2. Keterampilan yang relevan
3. Pengetahuan-pengetahuan
lepas 3.
Pengetahuan-pengetahuan terkait
B. MATERI PEMBELAJARAN
1. Belum
relevan dengan
kompetensi yang
dibutuhkan 1.
Relevan dengan materi yang dibutuhkan
2. Beban belajar terlalu berat
2. Materi esensial
3. Terlalu
luas, kurang 3.
Sesuai dengan
tingkat
KONDISI SEBELUMNYA KONDISI IDEAL
mendalam perkembangan anak
C. PROSES PEMBELAJARAN
1. Berpusat pada guru
1. Berpusat pada peserta didik
2. Proses
pembelajaran berorientasi pada buku teks
2. Sifat
pembelajaran kontekstual
3. Buku teks hanya memuat
materi bahasan 3.
Buku teks memuat materi dan proses pembelajaran,
sistem penilaian
serta kompetensi yang diharapkan
D. PENILAIAN
1. Menekankan aspek kognitif 1.
Menekankan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
secara proposional 2.
Tes menjadi cara penilaian yang dominan
2. Penilaian tes pada portofolio
saling melengkapi
E. PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
1. Memenuhi
kompetensi profesi saja
1. Memenuhi
kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan
personal 2.
Fokus pada ukuran kinerja PTK
2. Motivasi mengajar
F. PENGELOLAAN KURIKULUM
1. Satuan
pendidikan mempunyai
pembebasan dalam
pengelolaan kurikulum
1. Pemerintah pusat dan daerah
memiliki kendali kualitas dalam
pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan
pendidikan 2.
Masih terdapat
kecenderungan satuan
2. Satuan pendidikan mampu
menyusun kurikulum dengan
KONDISI SEBELUMNYA KONDISI IDEAL
pendidikan menyusun
kurikulum tanpa
mempertimbangkan kondisi satuan
pendidikan, kebutuhan peserta didik,
dan potensi daerah mempertimbangkan kondisi
satuan pendidikan,
kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah
3. Pemerintah
hanya menyiapkan sampai standar
isi mata pelajaran 3.
Pemerintah menyiapkan
semua komponen kurikulum sampai
buku teks
dan pedoman
Dengan adanya
kesenjangan-kesenjangan kurikulum
dan tantangan zaman, maka perlu dilakukan pengembangan kurikulum untuk
menghadapi berbagai masalah dan tantangan zaman yang semakin rumit dan beranekaragam. Tantangan-tantangan masa depan itu antara lain
berkaitan dengan globalisasi dan pasar bebas, masalah lingkungan hidup, pesatnya kemajuan teknologi informasi, dll. Oleh karena itu, untuk
menghadapi berbagai tantangan yang ada, kurikulum harus mampu membekali siswa dengan berbagai kompetensi. Kompetensi yang
diperlukan di masa depan sesuai dengan perkembangan global yaitu: kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis,
kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab, kemampuan
mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal, memiliki minat
luas dalam kehidupan, memiliki kesiapan untuk bekerja, memiliki kecerdasan sesuai bakatminatnya, dan memiliki rasa tanggung jawab
terhadap lingkungan Mulyasa, 2013:64. Sejalan dengan hal tersebut, Majid 2014:27 mengatakan bahwa
pengembangan Kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan capaian pendidikan. Kurikulum 2013 dikembangkan
berdasarkan empat landasan, yaitu landasan yuridis, filosofis, empiris dan teoretis. Landasan yuridis merupakan ketentuan hukum yang dijadikan
dasar untuk mengembangkan kurikulum sehingga tercipta sebuah kurikulum baru. Landasan filosofis adalah ketentuan yang digunakan
dalam membuat kurikulum berdasarkan karakteristik siswa yang hendak dicapai dengan kurikulum tersebut. Landasan empiris merupakan
landasan yang mengarahkan siswa untuk menghadapi hal-hal yang terjadi di kehidupan nyata dalam rangka membangun negaranya. Landasan
teoretis adalah teori-teori yang digunakan sebagai landasan dalam mengembangkan kurikulum.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dikembangkan untuk
meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan sikap, keterampilan dan pengetahuan sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa sendiri.
Kurikulum 2013 merupakan hasil pengembangan dari kurikulum sebelumnya, yang memiliki tujuan agar dapat menyesuaikan diri dengan
perkembangan zaman. Pengembangan kurikulum tersebut menggunakan
empat landasan yang meliputi landasan yuridis, filosofis, empiris dan teoretis.
a. Pendekatan Tematik Integratif
Pendekatan tematik integratif merupakan pendekatan yang digunakan pada Kurikulum 2013 untuk melaksanakan proses
pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar SD. Hal ini juga diungkapkan oleh Majid 2014:85 bahwa pembelajaran tematik
merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran
maupun antar mata pelajaran. Dari pemaduan ini siswa diharapkan
akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa.
Trianto 2011:154 berpendapat bahwa pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang memadukan beberapa materi
pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran. Sejalan dengan Majid
dan Trianto, Mulyasa 2013:170 mengatakan bahwa pembelajaran berbasis tematik integratif merupakan proses belajar yang didasarkan
pada tema tertentu untuk kemudian dikombinasikan dengan mata pelajaran lainnya.
1 Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, Majid 2014:89 menyebutkan bahwa pembelajaran tematik
memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: a
Berpusat pada siswa Salah satu karakteristik pembelajaran tematik adalah
berpusat pada siswa. Dalam model pembelajaran ini, siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru
berperan sebagai fasilitator. b
Memberikan pengalaman langsung Dalam
mempelajari sebuah
materi, siswa
berhadapan langsung dengan sesuatu yang nyata, sehingga siswa memperoleh pengalaman secara langsung.
c Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Mata pelajaran dalam pembelajaran tematik saling dikaitkan satu sama lain menjadi satu tema. Oleh karena itu,
antara mata pelajaran satu dengan yang lain tidak begitu jelas pemisahannya.
d Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik mempelajari konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran yang dipelajari dalam suatu
proses pembelajaran. Konsep tersebut kemudian dipelajari dalam satu proses pembelajaran secara utuh dan bulat.
e Bersifat fleksibel
Maksud dari fleksibel di sini adalah materi yang dipelajari dalam proses pembelajaran tematik dapat
dipelajari secara luwes. Guru bisa mengaitkan materi dari satu mata pelajaran ke mata pelajaran yang lain atau bisa
juga mengaitkan materi dengan kehidupan nyata dan lingkungan sekitar.
f Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
menyenangkan Dalam
proses pembelajaran
tematik, materi
dipelajari dengan menggunakan permainan sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan.
2 Kelebihan Pembelajaran Tematik
Selain memiliki karakteristik, pembelajaran tematik juga memiliki beberapa kelebihan. Seperti yang diungkapkan oleh
Hosnan 2014:365 bahwa kelebihan pembelajaran tematik meliputi:
a Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan
tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.
b Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan
pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.
c Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi
siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama dan membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa.
d Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai
dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya.
e Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerja
sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
3 Keterbatasan Pembelajaran Tematik
Puskur, Balitbang Diknas dalam Majid, 2014:93-94 mengidentifikasi beberapa aspek keterbatasan pembelajaran
tematik sebagai berikut: a
Aspek guru Dalam penerapan pembelajaran tematik, guru
dituntut untuk memiliki wawasan yang luas, kreatif, percaya diri, memiliki keterampilan metodologis serta dapat
mengembangkan materi, sedangkan tidak semua guru memiliki keterampilan itu.
b Aspek peserta didik
Pembelajaran tematik menuntut siswa untuk dapat aktif dalam proses pembelajaran. Siswa diharapkan
memiliki kemampuan untuk menganalisis, menghubungkan,
serta menemukan dan menggali sebuah informasi. Akan tetapi, tidak semua peserta didik memiliki kemampuan-
kemampuan tersebut. Jika kondisi tersebut tidak dapat tercapai, maka pembelajaran tematik akan sulit untuk
diterapkan. c
Aspek sarana dan sumber pembelajaran Bahan bacaan atau sumber informasi yang banyak
sangat diperlukan dalam proses pembelajaran tematik guna menunjang proses pembelajaran. Jika kondisi tersebut tidak
terpenuhi, maka pembelajaran tematik juga sulit untuk diterapkan.
d Aspek kurikulum
Kurikulum dalam pembelajaran tematik berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman siswa. Oleh karena
itu, guru
perlu memiliki
kewenangan dalam
mengembangkan materi, metode serta penilaian peserta didik.
e Aspek penilaian
Dalam proses penilaian guru dituntut untuk mampu melakukan penilaian dan pengukuran secara menyeluruh
karena penilaian berpedoman pada keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian yang terkait.
Selain itu, guru juga dituntut untuk berkoordinasi dengan
guru lain jika materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
4 Manfaat Pembelajaran Tematik
Hosnan 2014:365-366 juga mengatakan bahwa dengan pelaksanaan pembelajaran yang memanfaatkan tema ini, akan
diperoleh beberapa manfaat, yaitu: a
Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan,
karena tumpang tindih materi dapat dikurangi, bahkan dihilangkan.
b Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna
sebab isimateri pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir.
c Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat
pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah- pecah.
d Dengan adanya pemanduan antarmata pelajaran, maka
penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat. Berdasarkan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa
pendekatan tematik integratif adalah pendekatan yang digunakan dalam suatu proses pembelajaran dengan menggabungkan beberapa
mata pelajaran yang saling berkaitan menjadi suatu tema tertentu dengan tujuan agar siswa mampu mendapatkan pengetahuan secara
utuh. Siswa diharapkan memperoleh pengetahuan secara utuh agar hal yang dipelajari menjadi lebih bermakna. Dalam pembelajaran
tematik ini, siswa belajar secara aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. Selain itu, materi dalam pembelajaran tematik
diajarkan sambil bermain sehingga proses pembelajaran menjadi menyenangkan.
b. Pendekatan Saintifik
Selain berpendapat tentang pembelajaran tematik, Hosnan 2014:34 juga berpendapat bahwa implementasi Kurikulum 2013
dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa
agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati untuk mengidentifikasi
atau menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik
dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal dan memahami berbagai materi menggunakan
pendekatan ilmiah, dimana informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi dari guru saja.
1 Karakteristik
Pembelajaran dengan
Menggunakan Pendekatan Saintifik
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik memiliki karakteristik seperti yang diungkapkan dalam Hosnan
2014:36 sebagai berikut: a
Berpusat pada siswa Dalam penerapan pendekatan saintifik, siswa
berperan aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator.
b Melibatkan
keterampilan proses
sains dalam
mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip. Pada saat mempelajari materi, siswa dituntut untuk
terlibat secara langsung dalam membangun pengetahuannya sendiri, melalui langkah-langkah yang sering dilakukan oleh
para ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Langkah- langkah tersebut meliputi: mengamati, menanya, mencoba,
menalar dan mengkomunikasikan. c
Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan
berpikir tingkat tinggi siswa. Proses pembelajaran yang digunakan dalam
pendekatan ilmiah menggunakan proses-proses berpikir
tingkat tinggi
sehingga dapat
membantu siswa
mengembangkan kemampuan inteleknya. d
Dapat mengembangkan karakteristik siswa Dalam
proses pembelajaran
menggunakan pendekatan saintifik, siswa dapat berkembang sesuai
dengan karakteristiknya karena siswa dituntut aktif membangun konsepnya sendiri melalui tahap-tahap 5M
mengamati, menanya,
mencoba, menalar
dan mengkomunikasikan.
Selain itu,
bentuk-bentuk pembelajaran yang dilakukan juga disesuaikan dengan
karakteristik siswa.
2 Langkah-langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan
Saintifik
Lebih lanjut, Hosnan 2014:38-39 menjelaskan bahwa pendekatan ilmiah mempunyai kriteria proses pembelajaran
sebagai berikut: a
Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu;
bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
b Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-
siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran
subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
c Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis,
analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, serta mengaplikasikan materi
pembelajaran. d
Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan
satu sama lain dari materi pembelajaran. e
Mendorong dan menginspirasi siswa agar mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola
berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.
f Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan. g
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
Selain itu, proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu
attitudesikap, knowledgepengetahuan,
dan skillketerampilan disingkat KSA= Knowledge, Skill, dan
Attitude. a
Ranah sikap menggamit transformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa”.
b Ranah keterampilan menggamit transformasi subtansi atau
materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. c
Ranah pengetahuan menggamit transformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa”.
d Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik soft skills dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan
untuk hidup secara layak hard skills dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. e
Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Bentuk kegiatan pembelajaran melalui pendekatan
saintifik dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.2 Kegiatan Pembelajaran dalam Pendekatan Saintifik Hosnan, 2014:39
Kegiatan Aktivitas Belajar
Mengamati observing
Melihat, mengamati,
membaca, mendengar, menyimak tanpa dan
dengan alat. Menanya
questioning Mengajukan pertanyaan dari yang
faktual sampai ke yang bersifat hipotesis; diawali dengan bimbingan
guru sampai dengan mandiri menjadi
Kegiatan Aktivitas Belajar
suatu kebiasaan. Pengumpulan data
experimenting Menentukan data yang diperlukan dari
pertanyaan yang diajukan, menentukan sumber data benda, dokumen, buku,
eksperimen, mengumpulkan data. Mengasosiasi
associating Menganalisis
data dalam
bentuk membuat
kategori, menentukan
hubungan datakategori,
menyimpulkan dari hasil analisis data; dimulai
dari unstructured-uni
structure-multistructure-complicated structure.
Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, diagram,
bagan, gambar atau media lainnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan saintifik adalah pendekatan dalam proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa dengan bentuk kegiatan yang memuat 5M, yaitu mengamati, menanya, mencoba,
menalar dan mengkomunikasikan. Pendekatan saintifik memiliki ciri-ciri yaitu: 1 berpusat pada siswa, dimana siswa berperan aktif
dalam kegiatan pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator, 2 dalam membangun suatu konsep atau pemahaman siswa, melibatkan
keterampilan proses sains yang meliputi langkah mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan, 3 proses
pembelajaran membantu perkembangan kemampuan berpikir siswa dengan melibatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, 4
mengembangkan karakteristik yang dimiliki oleh siswa karena langkah dan bentuk pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik
siswa.
c. Penilaian Otentik
Salah satu penekanan dalam Kurikulum 2013 adalah penilaian otentik authentic assessment. Kunandar 2014:35
menjelaskan bahwa penilaian otentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik
proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar
Kompetensi SK atau Kompetensi Inti KI dan Kompetensi Dasar KD. Penilaian otentik mengacu pada Penilaian Acuan Patokan
PAP, yaitu pencapaian hasil belajar yang didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal maksimal sehingga
pencapaian kompetensi siswa tidak berdasarkan perbandingan dengan siswa lainnya melainkan dengan standar atau kriteria
tertentu, yaitu Kriteria Ketuntasan Minimal KKM. Sejalan dengan pendapat di atas, Pusat Kurikulum dalam
Majid, 2014:236 mengungkapkan bahwa penilaian otentik authentic assesment adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan,
dan penggunaan informasi tentang proses dan hasil belajar siswa
dengan menerapkan
prinsip-prinsip penilaian,
pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai
akuntabilitas publik. Pengertian mengenai penilaian otentik juga diungkapkan oleh Nurgiyantoro 2011:23 yang menyatakan bahwa
penilaian otentik menekankan kemampuan peserta didik untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan
bermakna. Kegiatan penilaian tidak sekedar menanyakan atau menyadap pengetahuan yang telah diketahui pembelajar, melainkan
berkinerja secara nyata dari pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai. Kemendikbud 2014:36-37 mengelompokkan jenis-
jenis penilaian otentik menjadi beberapa penilaian. Penilaian tersebut, dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1 Penilaian Sikap
Penilaian sikap memuat dua penilaian yaitu KI-1 sikap spiritual dan KI-2 sikap sosial. Contoh muatan pada KI-1
antara lain: ketaatan beribadah, berperilaku syukur, berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, serta toleransi dalam
beribadah. Contoh muatan KI-2 meliputi: disiplin, tanggung jawab, percaya diri, dll.
Kemendikbud 2014:36-37 menyatakan ada empat macam teknik dan instrumen yang digunakan dalam penilaian
sikap, yaitu: observasi, penilaian diri, penilaian antar teman dan
jurnal catatan guru. Namun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik, yaitu:
a Observasi
Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kemendikbud 2014:36, observasi merupakan teknik penilaian yang
dilakukan menggunakan format observasi tertentu, yang berisi indikator-indikator penilaian. Teknik penilaian
dilakukan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung.
b Penilaian diri
Penilaian diri adalah teknik penilaian yang meminta siswa untuk merenungkan sikap yang dimilikinya terkait
dengan kompetensi yang hendak dicapai Kemendikbud, 2014:36.
2 Penilaian Pengetahuan
Berdasarkan Kemendikbud
2014:37, penilaian
pengetahuan dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: a
Tes tertulis Tes tertulis terdiri dari memilih dan mensuplai
jawaban dan uraian. Memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda,
pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-
akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.
b Tes lisan
Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru secara ucap sehingga menimbulkan
jawaban dari siswa secara ucap juga. c
Penugasan Penugasan merupakan teknik penilaian yang
dilakukan oleh guru dengan memberikan tugas rumah kepada siswa baik secara individu maupun kelompok sesuai
dengan karakteristik tugas yang diberikan.
3 Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan, dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu penilaian kinerja, proyek dan portofolio. Teknik yang
digunakan untuk menilai keterampilan siswa dalam penelitian ini adalah teknik penilaian kinerja. Kemendikbud 2014:37
mengemukakan bahwa penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta siswa untuk melakukan suatu tugas pada situasi
sesungguhnya dengan
menerapkan pengetahuan
dan keterampilan yang dibutuhkan. Misalnya tugas memainkan alat
musik, menggunakan mikroskop, dll. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan terhadap
kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik tentang proses dan hasil belajarnya berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditentukan.
Dari hasil
belajar tersebut,
kemudian siswa
mampu mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan
bermakna. Penilaian otentik dibagi menjadi tiga, yaitu penilaian sikap spiritual dan sosial, pengetahuan dan keterampilan.
d. Pendidikan Karakter
Raka, dkk. 2011:36 berpendapat bahwa secara umum
karakter dikaitkan dengan sifat khas atau istimewa, atau kekuatan moral, atau pola tingkah laku seseorang. Seseorang yang memiliki
karakter baik, berarti memiliki sikap yang baik pula. Berkarakter baik berarti mengetahui yang baik, mencintai kebaikan, dan
melakukan yang baik. Hal serupa juga diungkapkan oleh Kemdiknas dalam
Wibowo, 2013 bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter luhur pada siswa
sehingga mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata. Sejalan dengan Raka, dkk. dan Wibowo, Ramli dalam
Fathurrohman, dkk., 2013:15 mengungkapkan bahwa pendidikan karakter memiliki makna yang sama dengan pendidikan moral dan
pendidikan akhlak. Tujuan dari pendidikan karakter itu sendiri adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia, warga
masyarakat, dan warga negara yang baik sesuai dengan nilai-nilai
sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh karakter masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter di
Indonesia adalah pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari karakter bangsa Indonesia sendiri.
Zubaedi dalam Kurniawan, 2013 berpendapat bahwa
pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yang
bertujuan mengembangkan watak dan kebiasaan siswa dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan yang ada dalam masyarakat
sebagai pedoman moral dalam hidupnya melalui sikap kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerja sama yang menekankan ranah
afektif perasaansikap tanpa meninggalkan ranah kognitif berpikir rasional, dan ranah skill keterampilan, terampil mengolah data,
mengemukakan pendapat, dan kerja sama. Pada proses pendidikan karakter ada beberapa nilai yang
dikembangkan dengan tujuan dapat dimiliki oleh peserta didik. Dalam penelitian ini, nilai karakter yang dikembangkan ada tiga,
yaitu sikap disiplin, percaya diri dan tanggung jawab. Berikut adalah penjelasan mengenai nilai karakter yang dikembangkan dalam
penelitian ini.
1 Disiplin
Raka, dkk. 2011:113 mengatakan bahwa orang berkarakter adalah orang yang mempunyai disiplin diri tinggi
karena mereka adalah orang-orang yang melakukan kebaikan
atas kesadaran dan kemauan sendiri, bukan karena disuruh atau diawasi orang lain.
Menurut Sjarif dalam Hidayatullah, 2010:45, disiplin pada hakikatnya adalah suatu ketaatan yang sungguh-sungguh
didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas kewajiban serta berperilaku sebagaimana mestinya menurut aturan-aturan
atau tata kelakuan yang seharusnya berlaku di dalam suatu lingkungan tertentu. Dalam penerapannya merupakan perbuatan
atau tingkah laku yang nyata dimana perbuatan tingkah laku tersebut sesuai dengan aturan-aturan atau tata kelakuan yang
semestinya.
Tabel 2.3 Butir dan Definisi Pendidikan Karakter Disiplin Hidayatullah, 2010:82
Butir Definisi
Disiplin a
Peraturan-peraturan atau tata tertib di sekolah,
ketentaraan, dsb.
yang ditetapkan untuk melatih seseorang
supaya berkelakuan baik. b
Ketaatan atau
kepatuhan pada
peraturan-peraturan, tata tertib, dsb. yang telah ditetapkan.
Fathurrohman, dkk. 2013:125 mengatakan bahwa disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib
dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Deskripsi perilaku disiplin dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 2.4 Deskripsi Perilaku Disiplin Fathurrohman, dkk., 2013:128
Nilai Deskripsi perilaku
Berdisiplin a
Biasa mengerjakan sesuatu secara tertib; memanfaatkan waktu untuk
melakukan kegiatan positif; belajar secara teratur dan selalu mengerjakan
sesuatu dengan penuh tanggung jawab. b
Selalu belajar dan bekerja keras; selalu melakukan pekerjaan dengan rasa
penuh tanggung jawab dan teratur; selalu mengetahui segala peraturan dan
mematuhi tata tertib dalam lingkungan pergaulan
sosial; biasa
menjaga ketertiban umum dan tata pergaulan
secara bertanggung jawab; selalu mematuhi norma-norma yang berlaku
di sekolah,
lingkungan keluarga
maupun masyarakat untuk menjaga keutuhan hubungan sosial.
c Selalu menghargai waktu; selalu aktif
melakukan kegiatan-kegiatan positif; biasa bekerja secara tuntas dan
bertanggung jawab; biasa mematuhi tata tertib; menjaga ketertiban umum
dan lingkungan keluarga; biasa bekerja keras dan penuh rasa tanggung jawab;
selalu menghindari
sikap untuk
mengabaikan aturan. d
Sering membantu pekerjaan orang tua di rumah, guru, teman, dan lainnya;
Nilai Deskripsi perilaku
berupaya belajar mandiri dan belajar kelompok; dan biasa mengerjakan
tugas-tugas rumah dan sekolah.
Selain itu, terdapat juga beberapa indikator dari sikap disiplin, seperti yang dijelaskan oleh Kurniasih Sani
2014:68. Berikut adalah tabel indikator dari perilaku disiplin.
Tabel 2.5 Indikator Sikap Disiplin Kurniasih Sani, 2014:68
Sikap Indikator
Disiplin Datang tepat waktu
Patuh pada tata tertib atau aturan bersamasekolah.
Mengerjakanmengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Mengikuti kaidah berbahasa tulis yang baik dan benar.
2 Tanggung Jawab
Fathurrohman, dkk. 2013:20 mengatakan bahwa tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan alam,
sosial dan budaya, negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Tidak jauh berbeda dengan pendapat Fathurrohman, dkk., Raka, dkk.
2011:111 mengatakan bahwa orang yang bertanggung jawab
membangun masa depan yang lebih baik dengan bertumpu pada kekuatan sendiri, tidak dengan menadahkan tangan kepada
orang lain. Sejalan dengan pendapat Fathurrohman, dkk. dan Raka, dkk., Hidayahtullah 2010:87 mendefinisikan tanggung
jawab dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 2.6 Butir dan Definisi Pendidikan Karakter Tanggung Jawab Hidayatullah, 2010:87
Butir Definisi
Tanggung jawab
a Memahami dan melakukan apa yang
sepatutnya dilakukan. b
Kondisi yang mana menjadi tolak ukur terhadap seseorang, tugas, jabatan, atau
hutang. c
Kemampuan untuk
mengambil keputusan yang rasional dan bermoral.
d Kemampuan untuk dipercaya.
Dari definisi tersebut, sikap tanggung jawab dapat dibuat menjadi beberapa indikator. Berikut merupakan tabel indikator
dari sikap tanggung jawab.
Tabel 2.7 Indikator Sikap Tanggung Jawab Kurniasih Sani, 2014:69
Sikap Indikator
Tanggung Jawab
Melaksanakan tugas individu dengan baik Menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan Tidak menyalahkanmenuduh orang lain
Sikap Indikator
tanpa bukti yang akurat Mengembalikan barang yang dipinjam
Mengakui dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan
Menepati janji Tidak menyalahkan orang lain untuk
kesalahan tindakan kita sendiri Melaksanakan apa yang pernah dikatakan
tanpa disuruhdiminta
3 Percaya diri
Percaya diri, menurut Fathurrohman, dkk. 2013:125, adalah sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap
pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya. Deskripsi mengenai sikap percaya diri dapat dilihat dari tabel
berikut ini.
Tabel 2.8 Deskripsi Perilaku Percaya Diri Fathurrohman, 2013:139
Nilai Deskripsi Perilaku
Rasa percaya diri
a Sering
menunjukkan sifat
dan berperilaku
mantap dalam
melaksanakan pekerjaan sehari-hari dan tidak mudah terpengaruh ucapan dan
perbuatan orang lain. b
Terbiasa bersikap dan berperilaku mantap dalam melaksanakan tugas
sehari-hari; tidak mudah terpengaruh
Nilai Deskripsi Perilaku
oleh ucapan maupun perbuatan orang lain; dan mempunyai kemantapan
dalam berpikir, bersikap dan bertindak. c
Selalu bersikap dan berperilaku atas dasar
keselarasan dengan
keseimbangan antara
kemampuan dengan apa yang akan dicapai sehingga
menumbuhkan keyakinan
akan tercapai, tidak mudah terpengaruh oleh
ucapan maupun perbuatan orang lain; selalu menghindari rendah diri; dan
selalu menghindari ketergantungan diri.
Sikap percaya diri juga memiliki beberapa indikator. Berikut adalah tabel indikator dari sikap percaya diri.
Tabel 2.9 Indikator Sikap Percaya Diri Kurniasih Sani, 2014:72
Sikap Indikator
Percaya Diri Berpendapat atau melakukan kegiatan
tanpa ragu-ragu Mampu membuat keputusan dengan
cepat Tidak mudah putus asa
Tidak canggung dalam bertindak Berani presentasi di depan kelas
Berani berpendapat,
bertanya, atau
menjawab pertanyaan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang berusaha menanamkan
dan mengembangkan karakter luhur yang dimiliki oleh siswa dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan yang ada dalam
masyarakat serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendidikan karakter, ada berbagai nilai yang dapat
dikembangkan. Dalam
penelitian ini,
nilai yang
hendak dikembangkan meliputi tiga aspek, yaitu sikap disiplin, percaya diri
dan tanggung jawab. Disiplin merupakan sikap patuhtaat yang dimiliki oleh seseorang terhadap aturan-aturan yang berlaku dalam
lingkungannya dengan penuh kesadaran. Percaya diri merupakan sikap yakin dan percaya terhadap kemampuan yang dimiliki oleh diri
sendiri. Tanggung
jawab adalah
sikap seseorang
untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang memang harus dilakukan.
2. Model Pembelajaran Discovery Learning
Bruner dalam Kemendikbud, 2014:32 berpendapat bahwa discovery learning merupakan proses pembelajaran yang terjadi bila
pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Lebih lanjut, Bruner dalam Dahar,
2011:79 menyatakan bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya
memberikan hasil yang paling baik. Hal ini juga diperkuat oleh Hosnan
2014:282 yang mengemukakan bahwa pembelajaran discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif
dengan menemukan sendiri dan menyelidiki sendiri apa yang dipelajari sehingga tidak akan mudah dilupakan siswa. Sejalan dengan Bruner dan
Hosnan, Hamalik 2002:134 berpendapat bahwa discovery learning
adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan studi individual, manipulasi objek-objek, dan eksperimentasi oleh siswa sebelum
membuat generalisasi sampai siswa menyadari suatu konsep.
a. Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses
Pembelajaran
Syah dalam Kemendikbud, 2014:33 mengemukakan enam langkah pelaksanaan proses pembelajaran yang menggunakan model
discovery learning. Langkah-langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1 Stimulation stimulasipemberian rangsangan
Tahap pertama dalam model discovery learning adalah stimulasi. Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang
membuat bingung, kemudian akan menimbulkan pertanyaan. Setelah itu, siswa tidak langsung diberi generalisasi, agar timbul
keinginan untuk menyelidiki sendiri. Kegiatan pembelajaran dapat dimulai dengan memberikan pertanyaan kepada siswa,
anjuran untuk membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
2 Problem statement pernyataanidentifikasi masalah
Langkah selanjutnya setelah dilakukan stimulasi adalah siswa diminta mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah-
masalah yang sesuai dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
3 Data collection pengumpulan data
Ketika siswa sedang melakukan eksplorasi, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan
informasi sebanyak mungkin yang sesuai untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah dibuat oleh siswa
sebelumnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai informasi yang sesuai, membaca
literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri, dsb.
4 Data processing pengolahan data
Djamarah dalam Kemendikbud, 2014:33 berpendapat bahwa semua informasi hasil bacaan, hasil wawancara,
observasi, dan sebagainya, diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, dihitung serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan
tertentu. Data
processing disebut
juga dengan
pengkodeankategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi.
5 Verification pembuktian
Syah dalam Kemendikbud, 2014:34 menyatakan bahwa pada tahap pembuktian, siswa melakukan pemeriksaan kembali
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan
tadi dengan
temuan alternatif,
kemudian dihubungkan dengan hasil data processing. Berdasarkan hasil
pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian
dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak. 6
Generalization menarik kesimpulangeneralisasi Selain itu, Syah dalam Kemendikbud, 2014:34 juga
mengungkapkan bahwa tahap generalisasimenarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku
untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.
Sejalan dengan
Syah, Mulyasa
2014:144 juga
mengemukakan enam langkah discovery learning sebagai berikut: 1
Stimulus stimulation Pada tahap ini, guru memberikan stimulan kepada siswa.
Stimulan dapat berupa bacaan, gambar, dan cerita sesuai dengan materi pembelajaran yang akan dibahas. Hal tersebut bertujuan
agar siswa memperoleh pengalaman belajar melalui kegiatan membaca, mengamati situasi atau melihat gambar.
2 Identifikasi masalah problem statement
Identifikasi masalah merupakan tahap dalam discovery learning yang mengarahkan peserta didik untuk menemukan
masalah dalam pembelajaran. Siswa diberikan pengalaman untuk menanya, mengamati, mencari informasi, dan mencoba
merumuskan masalah. 3
Pengumpulan data data collecting Pengumpulan data adalah tahap yang memberikan
pengalaman kepada peserta didik untuk mencari dan mengumpulkan datainformasi yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah yang sedang dihadapi. 4
Pengolahan data data processing Tahap pengolahan data akan melatih siswa untuk
mencoba dan mengeksplorasi kemampuan konseptualnya untuk diterapkan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan tersebut
juga dapat melatih keterampilan siswa dalam berpikir logis dan aplikatif.
5 Verifikasi verification
Verifikasi merupakan tahap yang dapat mengarahkan siswa dalam mengecek kebenaran dari hasil pengolahan data
melalui kegiatan bertanya kepada teman, berdiskusi, dan mencari
berbagai sumber
yang sesuai,
serta mengorganisasikannya, sehingga menjadi suatu kesimpulan.
6 Generalisasi generalization
Kegiatan ini mengarahkan siswa untuk membuat generalisasi dari hasil kesimpulan pada suatu kejadian atau
peristiwa yang serupa. Selain langkah discovery learning yang diungkapkan oleh
Syah dan Mulyasa, Hamiyah Jauhar 2014:182 juga mengemukakan tentang langkah-langkah discovery learning yang
meliputi: 1
Mengidentifikasi kebutuhan siswa. 2
Menyeleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan.
3 Menyeleksi bahan, masalahtugas-tugas.
4 Membantu dan memperjelas tugasmasalah yang dihadapi siswa
serta peranan masing-masing siswa. 5
Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan. 6
Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan.
7 Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan.
8 Membantu siswa dengan informasidata jika diperlukan oleh
siswa. 9
Memimpin analisis sendiri self-analysis dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah.
10 Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa.
11 Membantu siswa menemukan prinsip dan generalisasi hasil
penemuannya.
b. Kelebihan Penerapan Discovery Learning
Berikut adalah kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh discovery learning menurut Kemendikbud 2014:32.
1 Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. 2
Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan
transfer. 3
Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
4 Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan
sesuai dengan kecepatannya sendiri. 5
Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
6 Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena
memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. 7
Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat
bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
8 Membantu siswa menghilangkan skeptisme keragu-raguan
karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
9 Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
10 Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada
situasi proses belajar yang baru. 11
Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri. 12
Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
13 Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.
14 Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
15 Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada
pembentukan manusia seutuhnya. 16
Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa. 17
Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
18 Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
c. Keterbatasan Discovery Learning
Selain kelebihan dari penerapan discovery learning, Kemendikbud 2014:32-33 juga mengungkapkan keterbatasan
yang ada dalam discovery learning sebagai berikut: 1
Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Siswa yang kurang pandai akan mengalami kesulitan
dalam berpikir secara abstrak atau mengungkapkan hubungan antar konsep-konsep yang ada sehingga siswa dapat merasa
frustasi atau putus asa. 2
Membutuhkan waktu yang lama untuk membantu siswa dalam menemukan teori atau memecahkan suatu masalah.
3 Siswa dan guru sudah terbiasa menggunakan cara-cara dan
kebiasaan yang lama dalam belajar di kelas sehingga dapat menghambat penerapan discovery learning.
4 Pengajaran discovery learning lebih cocok untuk
mengembangkan pemahaman. 5
Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang memfasilitasi untuk mengukur gagasan yang dikemukakan
oleh para siswa. 6
Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan dikemukakan oleh siswa karena telah dipilih oleh
guru sebelumnya. Berdasarkan teori-teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
discovery learning merupakan suatu model pembelajaran yang mengembangkan cara belajar siswa aktif untuk menemukan dan
mengorganisasi sendiri suatu konsep, arti dan hubungan yang ditemukan dengan pemikiran siswa sendiri. Akan tetapi, sebagai model
pembelajaran, discovery learning memiliki beberapa kelebihan dan keterbatasan. Dalam penelitian ini, langkah-langkah discovery learning
yang digunakan pada proses pembelajaran telah disimpulkan menjadi enam langkah, meliputi: stimulation stimulasipemberian rangsangan,
problem statement pernyataanidentifikasi masalah, data collection pengumpulan data, data processing pengolahan data, verification
pembuktian, generalization menarik kesimpulangeneralisasi.
3. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran adalah perangkat yang dipergunakan dalam proses pembelajaran, meliputi: silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran RPP, Lembar Kegiatan Siswa LKS, bahan ajar dan evaluasi Trianto, 2010. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Suhadi
dalam Rusdi,
2008 yang
mengemukakan bahwa
perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman
yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Sejalan dengan Trianto dan Suhadi, Siregar dan Nara 2010 menyatakan bahwa perangkat
pembelajaran adalah seperangkat usaha yang dilakukan dengan sengaja mempunyai arah dan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu
sebelum proses itu dilaksanakan agar terjadi proses belajar pada diri seseorang.
a. Silabus
Fadlillah 2014:135 mengatakan bahwa silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema tertentu
yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus merupakan perangkat pembelajaran yang
berisi rencana kegiatan pembelajaran, cara pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar yang disusun secara sistematis dan berkaitan
untuk mencapai target perkembangan kompetensi dasar Trianto, 2011. Menurut Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, silabus terdiri dari beberapa komponen yaitu:
1 Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran merupakan komponen dalam RPP yang berisi nama mata pelajarantema pelajaran.
2 Identitas sekolah
Identitas sekolah adalah komponen dalam RPP yang berisi nama satuan pendidikan atau sekolah.
3 Kompetensi Inti KI
Kompetensi inti merupakan komponen dalam RPP yang berisi tentang kualifikasi kemampuan minimal yang harus
dimiliki oleh peserta didik yang meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan.
4 Kompetensi Dasar KD
Kompetensi Dasar KD adalah kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa secara spesifik yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan terkait dengan mata pelajaran.
5 Tema
Tema merupakan pokok bahasan yang akan dipelajari oleh siswa, berasal dari materi-materi berbagai mata pelajaran
yang akan dipelajari sebagai satu kesatuan. 6
Materi pokok Materi pokok merupakan komponen RPP yang memuat
konsep-konsep atau teori yang hendak dipelajari dalam proses pembelajaran sesuai dengan rumusan indikator pencapaian
kompetensi. 7
Kegiatan pembelajaran Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan
oleh siswa dan guru untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
8 Penilaian
Penilaian merupakan
proses pengumpulan
dan pengolahan informasi terkait dengan pencapaian hasil belajar
siswa. 9
Alokasi waktu Alokasi waktu adalah lamanya waktu yang digunakan
untuk mempelajari suatu teori atau materi dalam mencapai KD.
10 Sumber belajar
Sumber belajar merupakan acuan yang digunakan dalam proses pembelajaran, bisa berupa buku, media cetakelektronik,
dan lingkungan sekitar.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP
RPP merupakan suatu bentuk perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran
Fadlillah, 2014:143.
Selain itu,
Fadlillah 2014
juga menambahkan ada sembilan komponen dalam RPP, yaitu:
1 Data sekolah
Data sekolah merupakan komponen RPP yang berisi identitas sekolah pelaksana pembelajaran.
2 Materi pokok
Materi pokok merupakan tema tertentu yang menjadi pokok bahasan dalam proses pembelajaran.
3 Alokasi waktu
Alokasi waktu ialah waktu yang digunakan untuk melaksanakan proses pembelajaran dalam satu hari.
4 Tujuan
Tujuan pembelajaran merupakan segala sesuatu yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran tertentu.
5 Materi pembelajaran
Materi pembelajaran
adalah materi-materi
yang dipelajari dalam proses pembelajaran.
6 Metode
Metode merupakan
cara yang
digunakan untuk
menyampaikan suatu
materi tertentu
dalam kegiatan
pembelajaran. 7
Media, alat, dan sumber belajar Media, alat, dan sumber belajar adalah alat atau bahan
yang digunakan sebagai acuan untuk mempelajari suatu materi dan melaksanakan proses pembelajaran.
8 Langkah-langkah pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran
merupakan bentuk
kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran. 9
Penilaian Penilaian yaitu cara yang digunakan untuk mengukur
tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
perangkat pembelajaran adalah seperangkat usaha yang terencana dan terarah dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
Perangkat pembelajaran meliputi: silabus, RPP, bahan ajar, dan evaluasi. Pada penelitian ini, perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah
silabus dan RPP.
4. Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan
pembelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap Anitah, 2010:5-6. Pengertian mengenai media pembelajaran juga
diungkapkan oleh Sukiman 2012:29 yang berpendapat bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta kemauan peserta didik
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Sejalan dengan Sukiman, Kustandi
dan Sutjipto 2011:8 mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk
memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna.
a. Manfaat Media Pembelajaran
Sudjana dan
Rifai dalam
Sukiman, 2012:43-44
mengemukakan kegunaanmanfaat media pembelajaran dalam proses belajar peserta didik, yaitu:
1 Pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik
sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
2 Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat
lebih dipahami oleh peserta didik dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.
3 Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga peserta didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan
tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran. 4
Peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga
aktivitas lain
seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dll.
b. Ciri-ciri Media Pembelajaran
Gerlach Ely dalam Arsyad, 2010:12-14 mengemukakan tiga ciri media, yaitu:
1 Ciri fiksatif fixative property
Ciri fiksatif merupakan ciri menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi
suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi,
video tape, audio tape, disket komputer, dan film. 2
Ciri manipulatif manipulative property Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan
karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang
memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan
gambar time-lapse recording. 3
Ciri distributif distributive property Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek
atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar
siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.
c. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Djamarah dan Zain 2006:124 membagi media menjadi beberapa jenis yaitu:
1 Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan
kemampuan suara saja seperti tape recorder, radio, dan piringan hitam.
2 Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra
penglihatan seperti gambar diam, foto, bingkai, cetakan, dan lukisan.
3 Media audiovisual adalah media yang memiliki unsur suara dan
gambar, contoh video. 4
Media sederhana yaitu media yang bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan
penggunaannya tidak sulit.
5 Media kompleks adalah media yang bahan dan alat
pembuatannya tidak susah diperoleh dan harganya mahal, sulit membuatnya, dan penggunaannya memerlukan keterampilan
yang memadai
.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membantu proses belajar
mengajar dan berfungsi untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Oleh karena itu, media pembelajaran bermanfaat untuk memudahkan pelaksanaan
proses pembelajaran. Media pembelajaran memiliki tiga ciri, yaitu ciri fiksatif, manipulatif, dan distributif.
5. Siswa Kelas II SD
Masa kanak-kanak akhir menurut Izzati, dkk. 2008 dibagi menjadi dua fase, yaitu: 1 Masa kelas rendah SD yang berlangsung
antara usia 67 tahun sampai 910 tahun. Biasanya mereka duduk di kelas I, II, dan III SD. 2 Masa kelas tinggi SD yang berlangsung antara usia
910 tahun sampai 1213 tahun. Biasanya mereka duduk di kelas IV, V, dan VI SD. Siswa kelas II SD rata-rata memiliki usia 8-9 tahun sehingga
termasuk dalam kelas rendah. Dalam tahap perkembangan anak menurut Piaget, siswa kelas II
ini berada pada tahap operasional konkret. Seperti yang diungkapkan
oleh Piaget 2010 bahwa tahap perkembangan anak usia 7-12 tahun berada pada tahap operasional konkret dimana anak telah dapat
mempelajari sesuatu menggunakan benda-benda nyata atau benda-benda lain sebagai pengganti hal yang dipelajari tersebut. Hal ini juga diperkuat
oleh Desmita 2009:35 yang mengungkapkan bahwa anak pada usia tersebut pada umumnya masih senang untuk bermain-main bersama
teman sebaya, bergerak, bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan sesuatu secara langsung.
6. Tema 3 “Tugasku Sehari-hari”
Tema berperan sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran dengan memadukan beberapa muatan pelajaran sekaligus Kemendikbud,
2014:16. Mata pelajaran yang dipadukan dalam Kurikulum 2013 ini meliputi PPKn, bahasa Indonesia, IPS, IPA, matematika, Seni Budaya
dan Prakarya SBdP, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan PJOK. Pada kelas II mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa meliputi
PPKn, matematika, bahasa Indonesia, SBdP serta PJOK. Dalam Kurikulum 2013, tema sudah dipersiapkan oleh pemerintah dan sudah
dikembangkan menjadi subtema dan satuan pembelajaran. Pada semester 1 terdapat empat tema. Setiap tema terdiri atas empat subtema dan tiap
subtema diuraikan ke dalam enam pembelajaran Kemendikbud, 2014. Keempa
t subtema tersebut meliputi: 1 subtema 1 “Tugasku Sehari-hari di Rumah”, 2 subtema 2 “Tugasku Sehari-hari di Sekolah”, 3 subtema
3 “Tugasku sebagai Umat Beragama”, dan 4 subtema 4 “Tugasku dalam Kehidupan Sosial”.
Tema yang dipilih dalam penelitian pengembangan ini adalah tema 3 “Tugasku Sehari-hari” dan subtema 2 “Tugasku Sehari-hari di
Sekolah”. Materi yang dipelajari dalam subtema 2 “Tugasku Sehari-hari di Sekolah” ini berkaitan dengan tugas-tugas siswa yang ada di sekolah.
Materi tentang tugas siswa di sekolah kemudian dikaitkan dengan mata pelajaran yang sesuai. Tugas yang dipelajari adalah menyangkut tugas
mengikuti kegiatan upacara, tugas mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas, tugas piket membersihkan kelas, tugas menolong teman, serta
tugas melakukan kegiatan pramuka.
B. Penelitian yang Relevan
Muzaki, dkk.
2012 melakukan
penelitian dengan
judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Metode Guided Discovery
Learning Berbantuan E-Learning dengan Aplikasi Atutor pada Pokok Bahasan Lin
gkaran Kelas VIII SMP”. Penelitian pengembangan perangkat pembelajaran ini menghasilkan produk berupa perangkat pembelajaran yang
meliputi: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, buku siswa digital, Lembar Kerja Siswa LKS digital, serta sebuah alat evaluasi yakni tes hasil
belajar dan alat evaluasi berupa Tes Hasil Belajar THB yang semuanya terintegrasi dengan media e-learning, kecuali tes hasil belajar yang dilakukan
secara konvensional. Dari hasil nilai koefisien validitas dapat disimpulkan
bahwa perangkat pembelajaran dan media e-learning adalah valid dan dapat digunakan meski perlu dilakukan perbaikan sesuai dengan saran dari masing-
masing validator. Interpretasi kevalidan perangkat pembelajaran RPP, LKS digital, buku siswa digital, THB, dan e-learning secara berurutan adalah 0,93;
0,919; 0,944; 0,933 dan 0,885. Selain itu, untuk mengetahui kepraktisan perangkat pembelajaran
yang dikembangkan dilakukan analisis terhadap data aktivitas guru. Dalam penelitian ini aktivitas guru yang diamati oleh guru matematika SMPN 7
Jember, diperoleh rata-rata persentase aktivitas guru yaitu sebesar 85,96 termasuk kategori baik sehingga diperoleh hasil bahwa perangkat
pembelajaran dikatakan praktis dalam implementasinya di kelas. Hasil analisis aktivitas siswa memperoleh rata-rata persentase sebesar 90,9
sehingga termasuk kategori baik. Hasil uji coba didapatkan respon siswa sebesar 93,3 maka produk perangkat pembelajaran maupun pembelajaran
dengan metode guided discovery learning berbantuan e-learning dapat dikuali
fikasikan pada kategori “baik”. Berdasarkan nilai tes hasil belajar, sebanyak 94,88 siswa yang mengikuti tes mencapai nilai di atas 60
sehingga ketuntasan hasil belajar minimal telah tercapai. Berdasarkan hasil dari tiga parameter yang meliputi: aktivitas siswa, respon siswa, dan tingkat
penguasaan materi siswa, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran memenuhi kriteria keefektifan.
Sejalan dengan Muzaki, dkk. 2012, Setiawan 2012 melakukan penelitian pengembangan dengan judul “Pengembangan Perangkat
Pembelajaran yang Menggunakan Pemodelan dalam Menyelesaikan Masalah Penjumlahan Pecahan dengan Pendekatan PMRI Kelas IVA SDN Tegalrejo
2”. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengembangan perangkat pembelajaran ini meliputi: 1 potensi dan masalah, 2 pengumpulan data, 3
desain produk, 4 validasi desain, 5 revisi desain, dan 6 implementasi sampel terbatas. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan yaitu: silabus,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, Lembar Kerja Siswa LKS, bahan ajar, dan evaluasi. Dari hasil validasi yang dilakukan oleh para ahli,
diperoleh hasil rata-rata sebagai berikut: 1 silabus sebesar 3,69; 2 RPP sebesar 3,63; 3 LKS sebesar 3,47; 4 bahan ajar sebesar 3,5 dan 5
evaluasi sebesar 3,6. Berdasarkan hasil validitas tersebut, dapat dikatakan bahwa perangkat pembelajaran yang dibuat layak untuk diimplementasikan.
Irawan 2014 melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013 Subtema Mengenal Pahlawan
Bangsaku untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa bahan ajar mengacu pada Kurikulum
2013 yang mengimplementasikan pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, pendidikan karakter yang berbasis budaya lokal, serta penilaian
otentik pada kegiatan belajarnya. Instrumen yang digunakan adalah wawancara untuk analisis kebutuhan serta kuesioner. Dari kegiatan penelitian
tersebut diperoleh hasil validasi bahan ajar oleh pakar Kurikulum SD 2013 menghasilkan skor 4,27 sangat baik serta dua orang guru kelas IV SD
percontohan Kurikulum 2013 menghasilkan skor 4,41 sangat baik dan 4,54
sangat baik. Validasi siswa kelas IV menghasilkan skor 4,67 sangat baik. Oleh karena itu, diperoleh skor rerata sebesar 4,47 sehingga dapat
dikategorikan “sangat baik”.
Berdasarkan ketiga penelitian di atas, disimpulkan bahwa penelitian yang hendak dilakukan oleh peneliti memiliki beberapa kesamaan. Oleh
karena itu, dalam melakukan penelitian pengembangan dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 Kelas II dengan
Tema 3 “Tugasku Sehari-hari”, peneliti akan mengacu pada ketiga penelitian
di atas. Berikut ini adalah literatur map dari ketiga penelitian relevan tersebut.
Gambar 2.1 Literatur Map dari Penelitian Terdahulu
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum
Muzaki, dkk. 2012 Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis
Metode Guided Discovery Learning Berbantuan E-Learning dengan Aplikasi Atutor pada Pokok
Bahasan Lingkaran Kelas VIII SMP
Setiawan 2012 Pengembangan Perangkat Pembelajaran yang
Menggunakan Pemodelan dalam Menyelesaikan Masalah Penjumlahan Pecahan dengan Pendekatan
PMRI Kelas IVA SDN Tegalrejo 2 Irawan 2014
Pengembangan Bahan Ajar
Mengacu Kurikulum
2013 Subtema Mengenal
Pahlawan Bangsaku
untuk Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar Yang perlu diteliti
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 Kelas II denga
n Tema 3 “Tugasku Sehari-hari”
C. Kerangka Berpikir