KOMPETENSI LULUSAN MATERI PEMBELAJARAN PROSES PEMBELAJARAN PENILAIAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN Penelitian yang Relevan

selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman. Perubahan dan pengembangan kurikulum harus memiliki tujuan yang jelas sesuai dengan kebutuhan zaman, jadi tidak asal berubah saja sehingga memang benar-benar dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan. Perubahan dan perkembangan kurikulum juga dipengaruhi oleh kesenjangan kurikulum sebelumnya KTSP dengan kurikulum saat ini Kurikulum 2013. Berikut adalah tabel yang menunjukkan kesenjangan-kesenjangan yang ada pada Kurikulum KTSP dengan kondisi ideal, yaitu: Tabel 2.1 Identifikasi Kesenjangan Kurikulum Mulyasa, 2013:61-63 KONDISI SEBELUMNYA KONDISI IDEAL

A. KOMPETENSI LULUSAN

1. Belum sepenuhnya menekankan pendidikan karakter 1. Berkarakter mulia 2. Belum menghasilkan keterampilan sesuai kebutuhan 2. Keterampilan yang relevan 3. Pengetahuan-pengetahuan lepas 3. Pengetahuan-pengetahuan terkait

B. MATERI PEMBELAJARAN

1. Belum relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan 1. Relevan dengan materi yang dibutuhkan 2. Beban belajar terlalu berat 2. Materi esensial 3. Terlalu luas, kurang 3. Sesuai dengan tingkat KONDISI SEBELUMNYA KONDISI IDEAL mendalam perkembangan anak

C. PROSES PEMBELAJARAN

1. Berpusat pada guru 1. Berpusat pada peserta didik 2. Proses pembelajaran berorientasi pada buku teks 2. Sifat pembelajaran kontekstual 3. Buku teks hanya memuat materi bahasan 3. Buku teks memuat materi dan proses pembelajaran, sistem penilaian serta kompetensi yang diharapkan

D. PENILAIAN

1. Menekankan aspek kognitif 1. Menekankan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara proposional 2. Tes menjadi cara penilaian yang dominan 2. Penilaian tes pada portofolio saling melengkapi

E. PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

1. Memenuhi kompetensi profesi saja 1. Memenuhi kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal 2. Fokus pada ukuran kinerja PTK 2. Motivasi mengajar

F. PENGELOLAAN KURIKULUM

1. Satuan pendidikan mempunyai pembebasan dalam pengelolaan kurikulum 1. Pemerintah pusat dan daerah memiliki kendali kualitas dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan 2. Masih terdapat kecenderungan satuan 2. Satuan pendidikan mampu menyusun kurikulum dengan KONDISI SEBELUMNYA KONDISI IDEAL pendidikan menyusun kurikulum tanpa mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah 3. Pemerintah hanya menyiapkan sampai standar isi mata pelajaran 3. Pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman Dengan adanya kesenjangan-kesenjangan kurikulum dan tantangan zaman, maka perlu dilakukan pengembangan kurikulum untuk menghadapi berbagai masalah dan tantangan zaman yang semakin rumit dan beranekaragam. Tantangan-tantangan masa depan itu antara lain berkaitan dengan globalisasi dan pasar bebas, masalah lingkungan hidup, pesatnya kemajuan teknologi informasi, dll. Oleh karena itu, untuk menghadapi berbagai tantangan yang ada, kurikulum harus mampu membekali siswa dengan berbagai kompetensi. Kompetensi yang diperlukan di masa depan sesuai dengan perkembangan global yaitu: kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab, kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal, memiliki minat luas dalam kehidupan, memiliki kesiapan untuk bekerja, memiliki kecerdasan sesuai bakatminatnya, dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan Mulyasa, 2013:64. Sejalan dengan hal tersebut, Majid 2014:27 mengatakan bahwa pengembangan Kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan capaian pendidikan. Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan empat landasan, yaitu landasan yuridis, filosofis, empiris dan teoretis. Landasan yuridis merupakan ketentuan hukum yang dijadikan dasar untuk mengembangkan kurikulum sehingga tercipta sebuah kurikulum baru. Landasan filosofis adalah ketentuan yang digunakan dalam membuat kurikulum berdasarkan karakteristik siswa yang hendak dicapai dengan kurikulum tersebut. Landasan empiris merupakan landasan yang mengarahkan siswa untuk menghadapi hal-hal yang terjadi di kehidupan nyata dalam rangka membangun negaranya. Landasan teoretis adalah teori-teori yang digunakan sebagai landasan dalam mengembangkan kurikulum. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan sikap, keterampilan dan pengetahuan sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa sendiri. Kurikulum 2013 merupakan hasil pengembangan dari kurikulum sebelumnya, yang memiliki tujuan agar dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Pengembangan kurikulum tersebut menggunakan empat landasan yang meliputi landasan yuridis, filosofis, empiris dan teoretis.

a. Pendekatan Tematik Integratif

Pendekatan tematik integratif merupakan pendekatan yang digunakan pada Kurikulum 2013 untuk melaksanakan proses pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar SD. Hal ini juga diungkapkan oleh Majid 2014:85 bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dari pemaduan ini siswa diharapkan akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa. Trianto 2011:154 berpendapat bahwa pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran. Sejalan dengan Majid dan Trianto, Mulyasa 2013:170 mengatakan bahwa pembelajaran berbasis tematik integratif merupakan proses belajar yang didasarkan pada tema tertentu untuk kemudian dikombinasikan dengan mata pelajaran lainnya. 1 Karakteristik Pembelajaran Tematik Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, Majid 2014:89 menyebutkan bahwa pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: a Berpusat pada siswa Salah satu karakteristik pembelajaran tematik adalah berpusat pada siswa. Dalam model pembelajaran ini, siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator. b Memberikan pengalaman langsung Dalam mempelajari sebuah materi, siswa berhadapan langsung dengan sesuatu yang nyata, sehingga siswa memperoleh pengalaman secara langsung. c Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas Mata pelajaran dalam pembelajaran tematik saling dikaitkan satu sama lain menjadi satu tema. Oleh karena itu, antara mata pelajaran satu dengan yang lain tidak begitu jelas pemisahannya. d Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran Pembelajaran tematik mempelajari konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran yang dipelajari dalam suatu proses pembelajaran. Konsep tersebut kemudian dipelajari dalam satu proses pembelajaran secara utuh dan bulat. e Bersifat fleksibel Maksud dari fleksibel di sini adalah materi yang dipelajari dalam proses pembelajaran tematik dapat dipelajari secara luwes. Guru bisa mengaitkan materi dari satu mata pelajaran ke mata pelajaran yang lain atau bisa juga mengaitkan materi dengan kehidupan nyata dan lingkungan sekitar. f Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan Dalam proses pembelajaran tematik, materi dipelajari dengan menggunakan permainan sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. 2 Kelebihan Pembelajaran Tematik Selain memiliki karakteristik, pembelajaran tematik juga memiliki beberapa kelebihan. Seperti yang diungkapkan oleh Hosnan 2014:365 bahwa kelebihan pembelajaran tematik meliputi: a Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar. b Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. c Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama dan membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa. d Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya. e Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. 3 Keterbatasan Pembelajaran Tematik Puskur, Balitbang Diknas dalam Majid, 2014:93-94 mengidentifikasi beberapa aspek keterbatasan pembelajaran tematik sebagai berikut: a Aspek guru Dalam penerapan pembelajaran tematik, guru dituntut untuk memiliki wawasan yang luas, kreatif, percaya diri, memiliki keterampilan metodologis serta dapat mengembangkan materi, sedangkan tidak semua guru memiliki keterampilan itu. b Aspek peserta didik Pembelajaran tematik menuntut siswa untuk dapat aktif dalam proses pembelajaran. Siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk menganalisis, menghubungkan, serta menemukan dan menggali sebuah informasi. Akan tetapi, tidak semua peserta didik memiliki kemampuan- kemampuan tersebut. Jika kondisi tersebut tidak dapat tercapai, maka pembelajaran tematik akan sulit untuk diterapkan. c Aspek sarana dan sumber pembelajaran Bahan bacaan atau sumber informasi yang banyak sangat diperlukan dalam proses pembelajaran tematik guna menunjang proses pembelajaran. Jika kondisi tersebut tidak terpenuhi, maka pembelajaran tematik juga sulit untuk diterapkan. d Aspek kurikulum Kurikulum dalam pembelajaran tematik berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman siswa. Oleh karena itu, guru perlu memiliki kewenangan dalam mengembangkan materi, metode serta penilaian peserta didik. e Aspek penilaian Dalam proses penilaian guru dituntut untuk mampu melakukan penilaian dan pengukuran secara menyeluruh karena penilaian berpedoman pada keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian yang terkait. Selain itu, guru juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain jika materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda. 4 Manfaat Pembelajaran Tematik Hosnan 2014:365-366 juga mengatakan bahwa dengan pelaksanaan pembelajaran yang memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat, yaitu: a Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi, bahkan dihilangkan. b Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isimateri pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir. c Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah- pecah. d Dengan adanya pemanduan antarmata pelajaran, maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat. Berdasarkan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan tematik integratif adalah pendekatan yang digunakan dalam suatu proses pembelajaran dengan menggabungkan beberapa mata pelajaran yang saling berkaitan menjadi suatu tema tertentu dengan tujuan agar siswa mampu mendapatkan pengetahuan secara utuh. Siswa diharapkan memperoleh pengetahuan secara utuh agar hal yang dipelajari menjadi lebih bermakna. Dalam pembelajaran tematik ini, siswa belajar secara aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. Selain itu, materi dalam pembelajaran tematik diajarkan sambil bermain sehingga proses pembelajaran menjadi menyenangkan.

b. Pendekatan Saintifik

Selain berpendapat tentang pembelajaran tematik, Hosnan 2014:34 juga berpendapat bahwa implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal dan memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, dimana informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi dari guru saja. 1 Karakteristik Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik memiliki karakteristik seperti yang diungkapkan dalam Hosnan 2014:36 sebagai berikut: a Berpusat pada siswa Dalam penerapan pendekatan saintifik, siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator. b Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip. Pada saat mempelajari materi, siswa dituntut untuk terlibat secara langsung dalam membangun pengetahuannya sendiri, melalui langkah-langkah yang sering dilakukan oleh para ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Langkah- langkah tersebut meliputi: mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. c Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Proses pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan ilmiah menggunakan proses-proses berpikir tingkat tinggi sehingga dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan inteleknya. d Dapat mengembangkan karakteristik siswa Dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, siswa dapat berkembang sesuai dengan karakteristiknya karena siswa dituntut aktif membangun konsepnya sendiri melalui tahap-tahap 5M mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Selain itu, bentuk-bentuk pembelajaran yang dilakukan juga disesuaikan dengan karakteristik siswa. 2 Langkah-langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Lebih lanjut, Hosnan 2014:38-39 menjelaskan bahwa pendekatan ilmiah mempunyai kriteria proses pembelajaran sebagai berikut: a Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. b Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru- siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. c Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, serta mengaplikasikan materi pembelajaran. d Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. e Mendorong dan menginspirasi siswa agar mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. f Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. g Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. Selain itu, proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu attitudesikap, knowledgepengetahuan, dan skillketerampilan disingkat KSA= Knowledge, Skill, dan Attitude. a Ranah sikap menggamit transformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa”. b Ranah keterampilan menggamit transformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. c Ranah pengetahuan menggamit transformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa”. d Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik soft skills dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak hard skills dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. e Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Bentuk kegiatan pembelajaran melalui pendekatan saintifik dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.2 Kegiatan Pembelajaran dalam Pendekatan Saintifik Hosnan, 2014:39 Kegiatan Aktivitas Belajar Mengamati observing Melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak tanpa dan dengan alat. Menanya questioning Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai ke yang bersifat hipotesis; diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri menjadi Kegiatan Aktivitas Belajar suatu kebiasaan. Pengumpulan data experimenting Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan, menentukan sumber data benda, dokumen, buku, eksperimen, mengumpulkan data. Mengasosiasi associating Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan datakategori, menyimpulkan dari hasil analisis data; dimulai dari unstructured-uni structure-multistructure-complicated structure. Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar atau media lainnya. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan saintifik adalah pendekatan dalam proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa dengan bentuk kegiatan yang memuat 5M, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Pendekatan saintifik memiliki ciri-ciri yaitu: 1 berpusat pada siswa, dimana siswa berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator, 2 dalam membangun suatu konsep atau pemahaman siswa, melibatkan keterampilan proses sains yang meliputi langkah mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan, 3 proses pembelajaran membantu perkembangan kemampuan berpikir siswa dengan melibatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, 4 mengembangkan karakteristik yang dimiliki oleh siswa karena langkah dan bentuk pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik siswa.

c. Penilaian Otentik

Salah satu penekanan dalam Kurikulum 2013 adalah penilaian otentik authentic assessment. Kunandar 2014:35 menjelaskan bahwa penilaian otentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi SK atau Kompetensi Inti KI dan Kompetensi Dasar KD. Penilaian otentik mengacu pada Penilaian Acuan Patokan PAP, yaitu pencapaian hasil belajar yang didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal maksimal sehingga pencapaian kompetensi siswa tidak berdasarkan perbandingan dengan siswa lainnya melainkan dengan standar atau kriteria tertentu, yaitu Kriteria Ketuntasan Minimal KKM. Sejalan dengan pendapat di atas, Pusat Kurikulum dalam Majid, 2014:236 mengungkapkan bahwa penilaian otentik authentic assesment adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang proses dan hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. Pengertian mengenai penilaian otentik juga diungkapkan oleh Nurgiyantoro 2011:23 yang menyatakan bahwa penilaian otentik menekankan kemampuan peserta didik untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna. Kegiatan penilaian tidak sekedar menanyakan atau menyadap pengetahuan yang telah diketahui pembelajar, melainkan berkinerja secara nyata dari pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai. Kemendikbud 2014:36-37 mengelompokkan jenis- jenis penilaian otentik menjadi beberapa penilaian. Penilaian tersebut, dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu: 1 Penilaian Sikap Penilaian sikap memuat dua penilaian yaitu KI-1 sikap spiritual dan KI-2 sikap sosial. Contoh muatan pada KI-1 antara lain: ketaatan beribadah, berperilaku syukur, berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, serta toleransi dalam beribadah. Contoh muatan KI-2 meliputi: disiplin, tanggung jawab, percaya diri, dll. Kemendikbud 2014:36-37 menyatakan ada empat macam teknik dan instrumen yang digunakan dalam penilaian sikap, yaitu: observasi, penilaian diri, penilaian antar teman dan jurnal catatan guru. Namun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik, yaitu: a Observasi Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kemendikbud 2014:36, observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan menggunakan format observasi tertentu, yang berisi indikator-indikator penilaian. Teknik penilaian dilakukan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung. b Penilaian diri Penilaian diri adalah teknik penilaian yang meminta siswa untuk merenungkan sikap yang dimilikinya terkait dengan kompetensi yang hendak dicapai Kemendikbud, 2014:36. 2 Penilaian Pengetahuan Berdasarkan Kemendikbud 2014:37, penilaian pengetahuan dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: a Tes tertulis Tes tertulis terdiri dari memilih dan mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab- akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian. b Tes lisan Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru secara ucap sehingga menimbulkan jawaban dari siswa secara ucap juga. c Penugasan Penugasan merupakan teknik penilaian yang dilakukan oleh guru dengan memberikan tugas rumah kepada siswa baik secara individu maupun kelompok sesuai dengan karakteristik tugas yang diberikan. 3 Penilaian Keterampilan Penilaian keterampilan, dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu penilaian kinerja, proyek dan portofolio. Teknik yang digunakan untuk menilai keterampilan siswa dalam penelitian ini adalah teknik penilaian kinerja. Kemendikbud 2014:37 mengemukakan bahwa penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta siswa untuk melakukan suatu tugas pada situasi sesungguhnya dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Misalnya tugas memainkan alat musik, menggunakan mikroskop, dll. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan terhadap kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik tentang proses dan hasil belajarnya berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditentukan. Dari hasil belajar tersebut, kemudian siswa mampu mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna. Penilaian otentik dibagi menjadi tiga, yaitu penilaian sikap spiritual dan sosial, pengetahuan dan keterampilan.

d. Pendidikan Karakter

Raka, dkk. 2011:36 berpendapat bahwa secara umum karakter dikaitkan dengan sifat khas atau istimewa, atau kekuatan moral, atau pola tingkah laku seseorang. Seseorang yang memiliki karakter baik, berarti memiliki sikap yang baik pula. Berkarakter baik berarti mengetahui yang baik, mencintai kebaikan, dan melakukan yang baik. Hal serupa juga diungkapkan oleh Kemdiknas dalam Wibowo, 2013 bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter luhur pada siswa sehingga mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata. Sejalan dengan Raka, dkk. dan Wibowo, Ramli dalam Fathurrohman, dkk., 2013:15 mengungkapkan bahwa pendidikan karakter memiliki makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuan dari pendidikan karakter itu sendiri adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia, warga masyarakat, dan warga negara yang baik sesuai dengan nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh karakter masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter di Indonesia adalah pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari karakter bangsa Indonesia sendiri. Zubaedi dalam Kurniawan, 2013 berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yang bertujuan mengembangkan watak dan kebiasaan siswa dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan yang ada dalam masyarakat sebagai pedoman moral dalam hidupnya melalui sikap kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerja sama yang menekankan ranah afektif perasaansikap tanpa meninggalkan ranah kognitif berpikir rasional, dan ranah skill keterampilan, terampil mengolah data, mengemukakan pendapat, dan kerja sama. Pada proses pendidikan karakter ada beberapa nilai yang dikembangkan dengan tujuan dapat dimiliki oleh peserta didik. Dalam penelitian ini, nilai karakter yang dikembangkan ada tiga, yaitu sikap disiplin, percaya diri dan tanggung jawab. Berikut adalah penjelasan mengenai nilai karakter yang dikembangkan dalam penelitian ini. 1 Disiplin Raka, dkk. 2011:113 mengatakan bahwa orang berkarakter adalah orang yang mempunyai disiplin diri tinggi karena mereka adalah orang-orang yang melakukan kebaikan atas kesadaran dan kemauan sendiri, bukan karena disuruh atau diawasi orang lain. Menurut Sjarif dalam Hidayatullah, 2010:45, disiplin pada hakikatnya adalah suatu ketaatan yang sungguh-sungguh didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas kewajiban serta berperilaku sebagaimana mestinya menurut aturan-aturan atau tata kelakuan yang seharusnya berlaku di dalam suatu lingkungan tertentu. Dalam penerapannya merupakan perbuatan atau tingkah laku yang nyata dimana perbuatan tingkah laku tersebut sesuai dengan aturan-aturan atau tata kelakuan yang semestinya. Tabel 2.3 Butir dan Definisi Pendidikan Karakter Disiplin Hidayatullah, 2010:82 Butir Definisi Disiplin a Peraturan-peraturan atau tata tertib di sekolah, ketentaraan, dsb. yang ditetapkan untuk melatih seseorang supaya berkelakuan baik. b Ketaatan atau kepatuhan pada peraturan-peraturan, tata tertib, dsb. yang telah ditetapkan. Fathurrohman, dkk. 2013:125 mengatakan bahwa disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Deskripsi perilaku disiplin dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut. Tabel 2.4 Deskripsi Perilaku Disiplin Fathurrohman, dkk., 2013:128 Nilai Deskripsi perilaku Berdisiplin a Biasa mengerjakan sesuatu secara tertib; memanfaatkan waktu untuk melakukan kegiatan positif; belajar secara teratur dan selalu mengerjakan sesuatu dengan penuh tanggung jawab. b Selalu belajar dan bekerja keras; selalu melakukan pekerjaan dengan rasa penuh tanggung jawab dan teratur; selalu mengetahui segala peraturan dan mematuhi tata tertib dalam lingkungan pergaulan sosial; biasa menjaga ketertiban umum dan tata pergaulan secara bertanggung jawab; selalu mematuhi norma-norma yang berlaku di sekolah, lingkungan keluarga maupun masyarakat untuk menjaga keutuhan hubungan sosial. c Selalu menghargai waktu; selalu aktif melakukan kegiatan-kegiatan positif; biasa bekerja secara tuntas dan bertanggung jawab; biasa mematuhi tata tertib; menjaga ketertiban umum dan lingkungan keluarga; biasa bekerja keras dan penuh rasa tanggung jawab; selalu menghindari sikap untuk mengabaikan aturan. d Sering membantu pekerjaan orang tua di rumah, guru, teman, dan lainnya; Nilai Deskripsi perilaku berupaya belajar mandiri dan belajar kelompok; dan biasa mengerjakan tugas-tugas rumah dan sekolah. Selain itu, terdapat juga beberapa indikator dari sikap disiplin, seperti yang dijelaskan oleh Kurniasih Sani 2014:68. Berikut adalah tabel indikator dari perilaku disiplin. Tabel 2.5 Indikator Sikap Disiplin Kurniasih Sani, 2014:68 Sikap Indikator Disiplin Datang tepat waktu Patuh pada tata tertib atau aturan bersamasekolah. Mengerjakanmengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan. Mengikuti kaidah berbahasa tulis yang baik dan benar. 2 Tanggung Jawab Fathurrohman, dkk. 2013:20 mengatakan bahwa tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan alam, sosial dan budaya, negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Tidak jauh berbeda dengan pendapat Fathurrohman, dkk., Raka, dkk. 2011:111 mengatakan bahwa orang yang bertanggung jawab membangun masa depan yang lebih baik dengan bertumpu pada kekuatan sendiri, tidak dengan menadahkan tangan kepada orang lain. Sejalan dengan pendapat Fathurrohman, dkk. dan Raka, dkk., Hidayahtullah 2010:87 mendefinisikan tanggung jawab dalam tabel sebagai berikut. Tabel 2.6 Butir dan Definisi Pendidikan Karakter Tanggung Jawab Hidayatullah, 2010:87 Butir Definisi Tanggung jawab a Memahami dan melakukan apa yang sepatutnya dilakukan. b Kondisi yang mana menjadi tolak ukur terhadap seseorang, tugas, jabatan, atau hutang. c Kemampuan untuk mengambil keputusan yang rasional dan bermoral. d Kemampuan untuk dipercaya. Dari definisi tersebut, sikap tanggung jawab dapat dibuat menjadi beberapa indikator. Berikut merupakan tabel indikator dari sikap tanggung jawab. Tabel 2.7 Indikator Sikap Tanggung Jawab Kurniasih Sani, 2014:69 Sikap Indikator Tanggung Jawab Melaksanakan tugas individu dengan baik Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan Tidak menyalahkanmenuduh orang lain Sikap Indikator tanpa bukti yang akurat Mengembalikan barang yang dipinjam Mengakui dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan Menepati janji Tidak menyalahkan orang lain untuk kesalahan tindakan kita sendiri Melaksanakan apa yang pernah dikatakan tanpa disuruhdiminta 3 Percaya diri Percaya diri, menurut Fathurrohman, dkk. 2013:125, adalah sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya. Deskripsi mengenai sikap percaya diri dapat dilihat dari tabel berikut ini. Tabel 2.8 Deskripsi Perilaku Percaya Diri Fathurrohman, 2013:139 Nilai Deskripsi Perilaku Rasa percaya diri a Sering menunjukkan sifat dan berperilaku mantap dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari dan tidak mudah terpengaruh ucapan dan perbuatan orang lain. b Terbiasa bersikap dan berperilaku mantap dalam melaksanakan tugas sehari-hari; tidak mudah terpengaruh Nilai Deskripsi Perilaku oleh ucapan maupun perbuatan orang lain; dan mempunyai kemantapan dalam berpikir, bersikap dan bertindak. c Selalu bersikap dan berperilaku atas dasar keselarasan dengan keseimbangan antara kemampuan dengan apa yang akan dicapai sehingga menumbuhkan keyakinan akan tercapai, tidak mudah terpengaruh oleh ucapan maupun perbuatan orang lain; selalu menghindari rendah diri; dan selalu menghindari ketergantungan diri. Sikap percaya diri juga memiliki beberapa indikator. Berikut adalah tabel indikator dari sikap percaya diri. Tabel 2.9 Indikator Sikap Percaya Diri Kurniasih Sani, 2014:72 Sikap Indikator Percaya Diri Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu Mampu membuat keputusan dengan cepat Tidak mudah putus asa Tidak canggung dalam bertindak Berani presentasi di depan kelas Berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang berusaha menanamkan dan mengembangkan karakter luhur yang dimiliki oleh siswa dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan yang ada dalam masyarakat serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendidikan karakter, ada berbagai nilai yang dapat dikembangkan. Dalam penelitian ini, nilai yang hendak dikembangkan meliputi tiga aspek, yaitu sikap disiplin, percaya diri dan tanggung jawab. Disiplin merupakan sikap patuhtaat yang dimiliki oleh seseorang terhadap aturan-aturan yang berlaku dalam lingkungannya dengan penuh kesadaran. Percaya diri merupakan sikap yakin dan percaya terhadap kemampuan yang dimiliki oleh diri sendiri. Tanggung jawab adalah sikap seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang memang harus dilakukan.

2. Model Pembelajaran Discovery Learning

Bruner dalam Kemendikbud, 2014:32 berpendapat bahwa discovery learning merupakan proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Lebih lanjut, Bruner dalam Dahar, 2011:79 menyatakan bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Hal ini juga diperkuat oleh Hosnan 2014:282 yang mengemukakan bahwa pembelajaran discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri dan menyelidiki sendiri apa yang dipelajari sehingga tidak akan mudah dilupakan siswa. Sejalan dengan Bruner dan Hosnan, Hamalik 2002:134 berpendapat bahwa discovery learning adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan studi individual, manipulasi objek-objek, dan eksperimentasi oleh siswa sebelum membuat generalisasi sampai siswa menyadari suatu konsep.

a. Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses

Pembelajaran Syah dalam Kemendikbud, 2014:33 mengemukakan enam langkah pelaksanaan proses pembelajaran yang menggunakan model discovery learning. Langkah-langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 Stimulation stimulasipemberian rangsangan Tahap pertama dalam model discovery learning adalah stimulasi. Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang membuat bingung, kemudian akan menimbulkan pertanyaan. Setelah itu, siswa tidak langsung diberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Kegiatan pembelajaran dapat dimulai dengan memberikan pertanyaan kepada siswa, anjuran untuk membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. 2 Problem statement pernyataanidentifikasi masalah Langkah selanjutnya setelah dilakukan stimulasi adalah siswa diminta mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah- masalah yang sesuai dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis. 3 Data collection pengumpulan data Ketika siswa sedang melakukan eksplorasi, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin yang sesuai untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah dibuat oleh siswa sebelumnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai informasi yang sesuai, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri, dsb. 4 Data processing pengolahan data Djamarah dalam Kemendikbud, 2014:33 berpendapat bahwa semua informasi hasil bacaan, hasil wawancara, observasi, dan sebagainya, diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, dihitung serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Data processing disebut juga dengan pengkodeankategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. 5 Verification pembuktian Syah dalam Kemendikbud, 2014:34 menyatakan bahwa pada tahap pembuktian, siswa melakukan pemeriksaan kembali untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, kemudian dihubungkan dengan hasil data processing. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak. 6 Generalization menarik kesimpulangeneralisasi Selain itu, Syah dalam Kemendikbud, 2014:34 juga mengungkapkan bahwa tahap generalisasimenarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Sejalan dengan Syah, Mulyasa 2014:144 juga mengemukakan enam langkah discovery learning sebagai berikut: 1 Stimulus stimulation Pada tahap ini, guru memberikan stimulan kepada siswa. Stimulan dapat berupa bacaan, gambar, dan cerita sesuai dengan materi pembelajaran yang akan dibahas. Hal tersebut bertujuan agar siswa memperoleh pengalaman belajar melalui kegiatan membaca, mengamati situasi atau melihat gambar. 2 Identifikasi masalah problem statement Identifikasi masalah merupakan tahap dalam discovery learning yang mengarahkan peserta didik untuk menemukan masalah dalam pembelajaran. Siswa diberikan pengalaman untuk menanya, mengamati, mencari informasi, dan mencoba merumuskan masalah. 3 Pengumpulan data data collecting Pengumpulan data adalah tahap yang memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk mencari dan mengumpulkan datainformasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi. 4 Pengolahan data data processing Tahap pengolahan data akan melatih siswa untuk mencoba dan mengeksplorasi kemampuan konseptualnya untuk diterapkan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan tersebut juga dapat melatih keterampilan siswa dalam berpikir logis dan aplikatif. 5 Verifikasi verification Verifikasi merupakan tahap yang dapat mengarahkan siswa dalam mengecek kebenaran dari hasil pengolahan data melalui kegiatan bertanya kepada teman, berdiskusi, dan mencari berbagai sumber yang sesuai, serta mengorganisasikannya, sehingga menjadi suatu kesimpulan. 6 Generalisasi generalization Kegiatan ini mengarahkan siswa untuk membuat generalisasi dari hasil kesimpulan pada suatu kejadian atau peristiwa yang serupa. Selain langkah discovery learning yang diungkapkan oleh Syah dan Mulyasa, Hamiyah Jauhar 2014:182 juga mengemukakan tentang langkah-langkah discovery learning yang meliputi: 1 Mengidentifikasi kebutuhan siswa. 2 Menyeleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan. 3 Menyeleksi bahan, masalahtugas-tugas. 4 Membantu dan memperjelas tugasmasalah yang dihadapi siswa serta peranan masing-masing siswa. 5 Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan. 6 Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan. 7 Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan. 8 Membantu siswa dengan informasidata jika diperlukan oleh siswa. 9 Memimpin analisis sendiri self-analysis dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah. 10 Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa. 11 Membantu siswa menemukan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.

b. Kelebihan Penerapan Discovery Learning

Berikut adalah kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh discovery learning menurut Kemendikbud 2014:32. 1 Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. 2 Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. 3 Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. 4 Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. 5 Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri. 6 Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. 7 Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi. 8 Membantu siswa menghilangkan skeptisme keragu-raguan karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti. 9 Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik. 10 Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru. 11 Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri. 12 Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri. 13 Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik. 14 Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang. 15 Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya. 16 Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa. 17 Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar. 18 Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

c. Keterbatasan Discovery Learning

Selain kelebihan dari penerapan discovery learning, Kemendikbud 2014:32-33 juga mengungkapkan keterbatasan yang ada dalam discovery learning sebagai berikut: 1 Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Siswa yang kurang pandai akan mengalami kesulitan dalam berpikir secara abstrak atau mengungkapkan hubungan antar konsep-konsep yang ada sehingga siswa dapat merasa frustasi atau putus asa. 2 Membutuhkan waktu yang lama untuk membantu siswa dalam menemukan teori atau memecahkan suatu masalah. 3 Siswa dan guru sudah terbiasa menggunakan cara-cara dan kebiasaan yang lama dalam belajar di kelas sehingga dapat menghambat penerapan discovery learning. 4 Pengajaran discovery learning lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman. 5 Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang memfasilitasi untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa. 6 Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan dikemukakan oleh siswa karena telah dipilih oleh guru sebelumnya. Berdasarkan teori-teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa discovery learning merupakan suatu model pembelajaran yang mengembangkan cara belajar siswa aktif untuk menemukan dan mengorganisasi sendiri suatu konsep, arti dan hubungan yang ditemukan dengan pemikiran siswa sendiri. Akan tetapi, sebagai model pembelajaran, discovery learning memiliki beberapa kelebihan dan keterbatasan. Dalam penelitian ini, langkah-langkah discovery learning yang digunakan pada proses pembelajaran telah disimpulkan menjadi enam langkah, meliputi: stimulation stimulasipemberian rangsangan, problem statement pernyataanidentifikasi masalah, data collection pengumpulan data, data processing pengolahan data, verification pembuktian, generalization menarik kesimpulangeneralisasi.

3. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran adalah perangkat yang dipergunakan dalam proses pembelajaran, meliputi: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, Lembar Kegiatan Siswa LKS, bahan ajar dan evaluasi Trianto, 2010. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Suhadi dalam Rusdi, 2008 yang mengemukakan bahwa perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Sejalan dengan Trianto dan Suhadi, Siregar dan Nara 2010 menyatakan bahwa perangkat pembelajaran adalah seperangkat usaha yang dilakukan dengan sengaja mempunyai arah dan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses itu dilaksanakan agar terjadi proses belajar pada diri seseorang.

a. Silabus

Fadlillah 2014:135 mengatakan bahwa silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus merupakan perangkat pembelajaran yang berisi rencana kegiatan pembelajaran, cara pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar yang disusun secara sistematis dan berkaitan untuk mencapai target perkembangan kompetensi dasar Trianto, 2011. Menurut Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, silabus terdiri dari beberapa komponen yaitu: 1 Identitas mata pelajaran Identitas mata pelajaran merupakan komponen dalam RPP yang berisi nama mata pelajarantema pelajaran. 2 Identitas sekolah Identitas sekolah adalah komponen dalam RPP yang berisi nama satuan pendidikan atau sekolah. 3 Kompetensi Inti KI Kompetensi inti merupakan komponen dalam RPP yang berisi tentang kualifikasi kemampuan minimal yang harus dimiliki oleh peserta didik yang meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. 4 Kompetensi Dasar KD Kompetensi Dasar KD adalah kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa secara spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan terkait dengan mata pelajaran. 5 Tema Tema merupakan pokok bahasan yang akan dipelajari oleh siswa, berasal dari materi-materi berbagai mata pelajaran yang akan dipelajari sebagai satu kesatuan. 6 Materi pokok Materi pokok merupakan komponen RPP yang memuat konsep-konsep atau teori yang hendak dipelajari dalam proses pembelajaran sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. 7 Kegiatan pembelajaran Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan guru untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. 8 Penilaian Penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi terkait dengan pencapaian hasil belajar siswa. 9 Alokasi waktu Alokasi waktu adalah lamanya waktu yang digunakan untuk mempelajari suatu teori atau materi dalam mencapai KD. 10 Sumber belajar Sumber belajar merupakan acuan yang digunakan dalam proses pembelajaran, bisa berupa buku, media cetakelektronik, dan lingkungan sekitar.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP

RPP merupakan suatu bentuk perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran Fadlillah, 2014:143. Selain itu, Fadlillah 2014 juga menambahkan ada sembilan komponen dalam RPP, yaitu: 1 Data sekolah Data sekolah merupakan komponen RPP yang berisi identitas sekolah pelaksana pembelajaran. 2 Materi pokok Materi pokok merupakan tema tertentu yang menjadi pokok bahasan dalam proses pembelajaran. 3 Alokasi waktu Alokasi waktu ialah waktu yang digunakan untuk melaksanakan proses pembelajaran dalam satu hari. 4 Tujuan Tujuan pembelajaran merupakan segala sesuatu yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran tertentu. 5 Materi pembelajaran Materi pembelajaran adalah materi-materi yang dipelajari dalam proses pembelajaran. 6 Metode Metode merupakan cara yang digunakan untuk menyampaikan suatu materi tertentu dalam kegiatan pembelajaran. 7 Media, alat, dan sumber belajar Media, alat, dan sumber belajar adalah alat atau bahan yang digunakan sebagai acuan untuk mempelajari suatu materi dan melaksanakan proses pembelajaran. 8 Langkah-langkah pembelajaran Langkah-langkah pembelajaran merupakan bentuk kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran. 9 Penilaian Penilaian yaitu cara yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran adalah seperangkat usaha yang terencana dan terarah dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Perangkat pembelajaran meliputi: silabus, RPP, bahan ajar, dan evaluasi. Pada penelitian ini, perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah silabus dan RPP.

4. Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap Anitah, 2010:5-6. Pengertian mengenai media pembelajaran juga diungkapkan oleh Sukiman 2012:29 yang berpendapat bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Sejalan dengan Sukiman, Kustandi dan Sutjipto 2011:8 mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna.

a. Manfaat Media Pembelajaran

Sudjana dan Rifai dalam Sukiman, 2012:43-44 mengemukakan kegunaanmanfaat media pembelajaran dalam proses belajar peserta didik, yaitu: 1 Pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. 2 Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh peserta didik dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran. 3 Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga peserta didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran. 4 Peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dll.

b. Ciri-ciri Media Pembelajaran

Gerlach Ely dalam Arsyad, 2010:12-14 mengemukakan tiga ciri media, yaitu: 1 Ciri fiksatif fixative property Ciri fiksatif merupakan ciri menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, video tape, audio tape, disket komputer, dan film. 2 Ciri manipulatif manipulative property Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording. 3 Ciri distributif distributive property Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.

c. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Djamarah dan Zain 2006:124 membagi media menjadi beberapa jenis yaitu: 1 Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja seperti tape recorder, radio, dan piringan hitam. 2 Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan seperti gambar diam, foto, bingkai, cetakan, dan lukisan. 3 Media audiovisual adalah media yang memiliki unsur suara dan gambar, contoh video. 4 Media sederhana yaitu media yang bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit. 5 Media kompleks adalah media yang bahan dan alat pembuatannya tidak susah diperoleh dan harganya mahal, sulit membuatnya, dan penggunaannya memerlukan keterampilan yang memadai . Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Oleh karena itu, media pembelajaran bermanfaat untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran. Media pembelajaran memiliki tiga ciri, yaitu ciri fiksatif, manipulatif, dan distributif.

5. Siswa Kelas II SD

Masa kanak-kanak akhir menurut Izzati, dkk. 2008 dibagi menjadi dua fase, yaitu: 1 Masa kelas rendah SD yang berlangsung antara usia 67 tahun sampai 910 tahun. Biasanya mereka duduk di kelas I, II, dan III SD. 2 Masa kelas tinggi SD yang berlangsung antara usia 910 tahun sampai 1213 tahun. Biasanya mereka duduk di kelas IV, V, dan VI SD. Siswa kelas II SD rata-rata memiliki usia 8-9 tahun sehingga termasuk dalam kelas rendah. Dalam tahap perkembangan anak menurut Piaget, siswa kelas II ini berada pada tahap operasional konkret. Seperti yang diungkapkan oleh Piaget 2010 bahwa tahap perkembangan anak usia 7-12 tahun berada pada tahap operasional konkret dimana anak telah dapat mempelajari sesuatu menggunakan benda-benda nyata atau benda-benda lain sebagai pengganti hal yang dipelajari tersebut. Hal ini juga diperkuat oleh Desmita 2009:35 yang mengungkapkan bahwa anak pada usia tersebut pada umumnya masih senang untuk bermain-main bersama teman sebaya, bergerak, bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan sesuatu secara langsung.

6. Tema 3 “Tugasku Sehari-hari”

Tema berperan sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran dengan memadukan beberapa muatan pelajaran sekaligus Kemendikbud, 2014:16. Mata pelajaran yang dipadukan dalam Kurikulum 2013 ini meliputi PPKn, bahasa Indonesia, IPS, IPA, matematika, Seni Budaya dan Prakarya SBdP, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan PJOK. Pada kelas II mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa meliputi PPKn, matematika, bahasa Indonesia, SBdP serta PJOK. Dalam Kurikulum 2013, tema sudah dipersiapkan oleh pemerintah dan sudah dikembangkan menjadi subtema dan satuan pembelajaran. Pada semester 1 terdapat empat tema. Setiap tema terdiri atas empat subtema dan tiap subtema diuraikan ke dalam enam pembelajaran Kemendikbud, 2014. Keempa t subtema tersebut meliputi: 1 subtema 1 “Tugasku Sehari-hari di Rumah”, 2 subtema 2 “Tugasku Sehari-hari di Sekolah”, 3 subtema 3 “Tugasku sebagai Umat Beragama”, dan 4 subtema 4 “Tugasku dalam Kehidupan Sosial”. Tema yang dipilih dalam penelitian pengembangan ini adalah tema 3 “Tugasku Sehari-hari” dan subtema 2 “Tugasku Sehari-hari di Sekolah”. Materi yang dipelajari dalam subtema 2 “Tugasku Sehari-hari di Sekolah” ini berkaitan dengan tugas-tugas siswa yang ada di sekolah. Materi tentang tugas siswa di sekolah kemudian dikaitkan dengan mata pelajaran yang sesuai. Tugas yang dipelajari adalah menyangkut tugas mengikuti kegiatan upacara, tugas mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas, tugas piket membersihkan kelas, tugas menolong teman, serta tugas melakukan kegiatan pramuka.

B. Penelitian yang Relevan

Muzaki, dkk. 2012 melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Metode Guided Discovery Learning Berbantuan E-Learning dengan Aplikasi Atutor pada Pokok Bahasan Lin gkaran Kelas VIII SMP”. Penelitian pengembangan perangkat pembelajaran ini menghasilkan produk berupa perangkat pembelajaran yang meliputi: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, buku siswa digital, Lembar Kerja Siswa LKS digital, serta sebuah alat evaluasi yakni tes hasil belajar dan alat evaluasi berupa Tes Hasil Belajar THB yang semuanya terintegrasi dengan media e-learning, kecuali tes hasil belajar yang dilakukan secara konvensional. Dari hasil nilai koefisien validitas dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran dan media e-learning adalah valid dan dapat digunakan meski perlu dilakukan perbaikan sesuai dengan saran dari masing- masing validator. Interpretasi kevalidan perangkat pembelajaran RPP, LKS digital, buku siswa digital, THB, dan e-learning secara berurutan adalah 0,93; 0,919; 0,944; 0,933 dan 0,885. Selain itu, untuk mengetahui kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dilakukan analisis terhadap data aktivitas guru. Dalam penelitian ini aktivitas guru yang diamati oleh guru matematika SMPN 7 Jember, diperoleh rata-rata persentase aktivitas guru yaitu sebesar 85,96 termasuk kategori baik sehingga diperoleh hasil bahwa perangkat pembelajaran dikatakan praktis dalam implementasinya di kelas. Hasil analisis aktivitas siswa memperoleh rata-rata persentase sebesar 90,9 sehingga termasuk kategori baik. Hasil uji coba didapatkan respon siswa sebesar 93,3 maka produk perangkat pembelajaran maupun pembelajaran dengan metode guided discovery learning berbantuan e-learning dapat dikuali fikasikan pada kategori “baik”. Berdasarkan nilai tes hasil belajar, sebanyak 94,88 siswa yang mengikuti tes mencapai nilai di atas 60 sehingga ketuntasan hasil belajar minimal telah tercapai. Berdasarkan hasil dari tiga parameter yang meliputi: aktivitas siswa, respon siswa, dan tingkat penguasaan materi siswa, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran memenuhi kriteria keefektifan. Sejalan dengan Muzaki, dkk. 2012, Setiawan 2012 melakukan penelitian pengembangan dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran yang Menggunakan Pemodelan dalam Menyelesaikan Masalah Penjumlahan Pecahan dengan Pendekatan PMRI Kelas IVA SDN Tegalrejo 2”. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengembangan perangkat pembelajaran ini meliputi: 1 potensi dan masalah, 2 pengumpulan data, 3 desain produk, 4 validasi desain, 5 revisi desain, dan 6 implementasi sampel terbatas. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan yaitu: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, Lembar Kerja Siswa LKS, bahan ajar, dan evaluasi. Dari hasil validasi yang dilakukan oleh para ahli, diperoleh hasil rata-rata sebagai berikut: 1 silabus sebesar 3,69; 2 RPP sebesar 3,63; 3 LKS sebesar 3,47; 4 bahan ajar sebesar 3,5 dan 5 evaluasi sebesar 3,6. Berdasarkan hasil validitas tersebut, dapat dikatakan bahwa perangkat pembelajaran yang dibuat layak untuk diimplementasikan. Irawan 2014 melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013 Subtema Mengenal Pahlawan Bangsaku untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa bahan ajar mengacu pada Kurikulum 2013 yang mengimplementasikan pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, pendidikan karakter yang berbasis budaya lokal, serta penilaian otentik pada kegiatan belajarnya. Instrumen yang digunakan adalah wawancara untuk analisis kebutuhan serta kuesioner. Dari kegiatan penelitian tersebut diperoleh hasil validasi bahan ajar oleh pakar Kurikulum SD 2013 menghasilkan skor 4,27 sangat baik serta dua orang guru kelas IV SD percontohan Kurikulum 2013 menghasilkan skor 4,41 sangat baik dan 4,54 sangat baik. Validasi siswa kelas IV menghasilkan skor 4,67 sangat baik. Oleh karena itu, diperoleh skor rerata sebesar 4,47 sehingga dapat dikategorikan “sangat baik”. Berdasarkan ketiga penelitian di atas, disimpulkan bahwa penelitian yang hendak dilakukan oleh peneliti memiliki beberapa kesamaan. Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian pengembangan dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 Kelas II dengan Tema 3 “Tugasku Sehari-hari”, peneliti akan mengacu pada ketiga penelitian di atas. Berikut ini adalah literatur map dari ketiga penelitian relevan tersebut. Gambar 2.1 Literatur Map dari Penelitian Terdahulu Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum Muzaki, dkk. 2012 Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Metode Guided Discovery Learning Berbantuan E-Learning dengan Aplikasi Atutor pada Pokok Bahasan Lingkaran Kelas VIII SMP Setiawan 2012 Pengembangan Perangkat Pembelajaran yang Menggunakan Pemodelan dalam Menyelesaikan Masalah Penjumlahan Pecahan dengan Pendekatan PMRI Kelas IVA SDN Tegalrejo 2 Irawan 2014 Pengembangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013 Subtema Mengenal Pahlawan Bangsaku untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Yang perlu diteliti Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 Kelas II denga n Tema 3 “Tugasku Sehari-hari”

C. Kerangka Berpikir