baik daripada yang mempunyai peralatan yang kurang lengkap.
2 Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya dalam membantu meningkatkan disiplin
belajar. Dalam lingkungan keluarga peran orangtualah yang paling berperan membantu, lingkungan sekolah
adalah guru dan teman sekolahnya, yang lebih besar pengaruhnya adalah peran dari teman-temannya.
Meskipun guru berusaha memotivasi siswa tersebut tapi jika temannya tidak mendukung maka disiplin yang
ditawarkan belum tentu berhasil.
D. Lingkungan Belajar
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam
mata rantai
kehidupan yang
disebut ekosistem.
Saling ketergantungan antara lingkungan biotik dan abiotik tidak dapat
dihindari. Itulah hukum alam yang harus dihadapi oleh anak didik sebagai makhluk hidup yang tergolong kelompok biotik.
1. Definisi Lingkungan
Menurut Djamarah 2011:176 “lingkungan merupakan bagian
dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang
disebut ekosistem. ” Lingkungan dan manusia memiliki
hubungan timbal balik dalam artian lingkungan mempengaruhi manusia dan manusia mempengaruhi lingkungan. Begitu pula
dalam proses mengajar, lingkungan merupakan sumber belajar yang berpengaruh dalam proses belajar maupun perkembangan
anak.
2. Lingkungan Belajar
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia. Lingkungan pendidikan adalah segala
sesuatu yang ada disekitar manusia, baik berupa benda mati, makhluk hidup, ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi
termasuk kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada individu. Sartain seorang ahli psikologi
Amerika dalam Noer Rohmah 2012:32 mengatakan bahwa: „Lingkungan ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia
ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan atau life processes kecuali gen-
gen dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan to provide environment bagi gen
lain. ‟ Menurut Wasty S 1983:84 dalam buku Noer Rohmah
2012:32 „lingkungan sebenarnya adalah segala materiil dan
stimuli didalam dan di luar individu baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun bersifat sosial cultural.
‟
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar adalah sesuatu yang ada di sekitar tempat belajar siswa
yang berpengaruh terhadap tingkah laku dan perkembangan dalam belajar baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. Lingkungan Yang Berpengaruh Terhadap Prestasi Belajar
Lingkungan pendidikan bersifat positif bilamana memberikan pengaruh sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan.
Lingkungan bersifat negatif bilamana berpengaruh secara kontradiktif dengan arah dan tujuan pendidikan. Lingkungan
pendidikan memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap peserta didik. Perbedaan pengaruh tersebut tergantung jenis
lingkungan pendidikan tempat peserta didik terlibat di dalamnya. Hal ini karena masing-masing jenis lingkungan
pendidikan memiliki situasi sosial yang berbeda-beda. Situasi sosial yang dimaksud meliputi faktor perencanaan, sarana dan
sistem pendidikan pada masing-masing jenis lingkungan. Intensitas pengaruh lingkungan terhadap peserta didik
tergantung sejauh mana anak dapat menyerap rangsangan yang diberikan lingkungannya dan sejauh mana lingkungan mampu
memahami dan memberikan fasilitas terhadap kebutuhan pendidikan peserta didik.
Lingkungan pendidikan secara garis besarnya oleh Ki Hajar Dewantoro di bagi menjadi tiga yang disebut dengan Tri Pusat
Pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiga lingkungan tersebut mempunyai pengaruh terhadap hasil
belajar peserta didik yaitu: a.
Lingkungan Keluarga “Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri
dari sejumlah keluarga kecil karena hubungan sedarah. Keluarga bisa berbentuk keluarga inti nucleus family:
ayah, ibu, dan anak, ataupun keluarga yang diperluas disamping inti, ada orang lain seperti kakek, nenek, ipar
dan lain sebagainya. Pada umumnya jenis kedualah yang banyak dijumpai di Indonesia. Meskipun pada mulanya ibu
yang paling berpengaruh dalam perkembangan anak, namun pada akhirnya anggota keluarga lainnya ikut
mempengaruhi perkembangan anak. Faktor-faktor lain dalam keluarga yang ikut mempengaruhi perkembangan
anak seperti cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga
pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Dengan demikian perkembangan anak dipengaruhi oleh
keseluruhan situasi dan kondisi keluarga
” Slameto 2010:60
Patterson dan Loeber 1984 seperti yang dikutip oleh Muhibbin Syah 1995:138 mengatakan bahwa
„lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar
siswa adalah ora ng tua dan keluarga itu sendiri.‟ Sifat-sifat
orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan dalam keluarga, demografi atau letak rumah, semuanya dapat
memberikan dampak yang lebih baik atau lebih buruk terhadap belajar dan hasil yang dicapai anak.
Arti penting keluarga bukan hanya bagi individu di dalamnya, akan tetapi juga bagi masyarakat yang terbentuk
dari berbagai institusi keluarga.
Adapun didalam lingkungan keluarga peran orangtualah yang membimbing serta mendampingi anak didik untuk
mencapai kematangan diri. Dengan diberlakukannya peraturan yang didalam keluarga seperti pembagian tugas
rumah, waktu belajar, membantu orangtua, kapan waktu bermain, bahkan jam istirahat. Dapat meningkatkan
berdisiplin diri serta mampu membentuk pribadi anak didik dalam pertumbuhan menjadi baik.
Selain peraturan yang dibentuk untuk meningkatkan kematangan diri anak didik fasilitas yang memadai juga
diperlukan untuk menunjang keberhasilan anak didalam proses belajarnya. Semisal didalam rumah tersedia alat-alat
yang membantu proses belajar meja belajar, komputer, ruang belajar, penerangan yang cukup dan lain sebagainya.
Dengan adanya fasilitas yang memadai untuk kegiatan belajar anak didik itu peran orangtua juga harus selalu
mendampingi serta memberikan dorongan agar anak didik lebih giat didalam belajar. Dapat pula orangtua memberikan
semangat atau dorongan dengan memberikan hadiah untuk keberhasilan yang diraih anak didik sehingga anak didik
terpacu untuk belajar lebih giat agar mendapatkannya.
b. Lingkungan Sekolah
Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak. Karena itu
disamping keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk
pembentukan kepribadiaan anak. Karena sekolah itu sengaja disediakan atau dibangun khusus untuk tempat
pendidikan, dapatlah ia digolongkan sebagai tempat atau lembaga pendidikan kedua setelah keluarga. Pendidikan di
sekolah, biasanya disebut dengan pendidikan formal karena ia adalah pendidikan yang mempunyai dasar, tujuan, isi,
metode, yang disusun secara sistematis. Oleh karena itu, harus diciptakan lingkungan yang benar-benar dapat
mendukung anak untuk belajar. Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf
administrasi, dan
teman-teman sekelas
dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.
“Para guru yang selalu menunjukan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan
rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif
bagi kegiatan belajar siswa
” Muhibbin Syah 1995:137. Hal lain yang perlu diperhatikan oleh pihak sekolah yaitu
masalah tata tertib dan kebersihan. Kebersihan lingkungan sekolah pada umumnya dan kebersihan kelas pada
khususnya turut mempengaruhi proses belajar siswa.
Lingkungan sekolah yang bersih akan menimbulkan rasa aman bagi siswa untuk belajar dan mendukung proses
belajar mengajar. Serta tata tertib yang diberlakukan dalam sekolah mampu menjadikan kebersihan lingkungan sekolah
terjaga. Semisal tata tertib untuk tidak membuang sampah sembarangan, tata tertib diadakannya kerja bakti setiap
seminggu sekali. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menerima
fungsi pendidikan berdasarkan asas-asas tanggung jawab berikut ini:
a Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan
fungsi dan tujuan yang ditetapkan menurut ketentuan- ketentuan yang berlaku undang-undang pendidikan.
b Tanggung jawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi,
tujuan dan tingkat pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan negara.
c Tanggung jawab fungsional ialah tanggung jawab
profesional pengelola dan pelaksana pendidikan para guru dan pendidik yang menerima ketetapan ini
berdasarkan ketentuan-ketentuan jabatannya. Tanggung jawab ini merupakan pelimpahan tanggung jawab dan
kepercayaan orangtua masyarakat kepada sekolah dari para guru Tim Dosen IKIP Malang, 1988.
Meskipun demikian, tidak semua pertumbuhan dan perkembangan kepribadian murid itu berkembang semata
karena pendidikan sekolah yang menerapkan kurikulum, tetapi boleh jadi perkembangan itu melalui interaksi antara
satu murid dengan lainnya, atau dengan gurunya, bahkan dengan lingkungannya. Interaksi seorang murid dengan
lingkungan sosial misalnya murid atau guru akan
mengembangkan sikapnya untuk dapat menerima kehadiran pihak
lain disamping
dirinya. Interaksi
dengan lingkungannya
memungkinkan murid
untuk dapat
mengadaptasikan diri dengannya agar dapat mengelola lingkungan sedemikian rupa untuk tujuan hidup dan
sebagainya. Interaksi
demikian barangkali
tidak dicantumkan secara jelas dalam kurikulum, tetapi manakala
seorang pimpinan sekolah atau guru memikirkan hal demikian maka kejadian seperti itu masuk dalam hidden
kurikulum hidden curriculum. Suatu keniscayaan yang sulit untuk dipungkiri bahwa di
sekolah murid dilatih dengan disiplin yang lebih ketat dibandingkan dengan lembaga pendidikan lainya keluarga
atau masyarakat, sehingga ia harus bersekolah pada hari- hari dan jam-jam tertentu dan libur pada hari-hari tertentu.
Sekolah dianggap sebagai suatu lingkungan yang paling bertanggungjawab terhadap pendidikan murid-muridnya,
lebih-lebih dikaitkan dengan pengadaan sumber daya manusia yang berkualitas untuk dapat bersaing secara
global. Selain itu didalam lingkungan sekolah yang sengaja
dibentuk untuk proses belajar mengajar fasilitas belajar jauh lebih lengkap daripada fasilitas yang diselenggarakan
di lingkungan keluarga. Semisal adanya laboratorium sains untuk meneliti atau memperdalam pengetahuannya dalam
bidang sains. Oleh karena itu diharapkan anak didik mampu untuk lebih mengoptimalkan kemampuannya dalam proses
belajar dengan menggunakan fasilitas yang diselenggarakan sekolah.
c. Lingkungan Masyarakat
Siswa hidup di masyarakat yang berarti siswa adalah bagian dari warga masyarakat. Oleh karena itu siswa menjalin
hubungan dengan anggota masyarakat yang lain. Hubungan tersebut terjadi dengan teman sebaya, dengan orang yang
lebih tua maupun yang lebih muda. Menurut Roestiyah 1982:162 dalam Hermawati 2006:12
„anak perlu bergaul dengan anak lain, untuk mengembangkan sosialisasinya. Tapi perlu pengawasan
agar siswa tidak salah memilih teman. Perbuatan yang tidak baik mudah menular pada orang lain. Maka perlu dikontrol
dengan siapa anak bergaul. Pergaulan yang salah dapat mengakibatkan siswa lupa akan tanggungjawabnya sendiri
sebagai pelajar.
‟ Hal demikian ditegaskan oleh Muhibbin Syah 1995:138 dalam Hermawati 2006:13, yang
mengatakan bahwa „kondisi masyarakat di lingkungan yang
kumuh dan serba kekurangan dan terdapat anak-anak pengangguran dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa.
Dalam kondisi yang demikian , jika anak tidak berhati-hati dalam pergaulannya anak dapat melupakan tugas sebagai
pelajar.
‟ Sementara itu di dalam masyarakat yang lingkungannya
anak-anak rajin belajar, dapat menjadi daya dorong terhadap siswa yang lain untuk rajin belajar. Hal demikian
ditegaskan oleh Roestiyah 1982:163, dalam Hermawati
2006:13 yang mengatakan bahwa „di lingkungan yang
anak-anaknya rajin belajar, kemungkinan besar anak akan terpengaruh untuk rajin belajar tanpa disuruh.
‟ E.
Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Seperti yang telah dikemukakan diatas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tiga pokok permasalahan yang
pertama motivasi belajar, kedua disiplin belajar, dan yang ketiga lingkungan belajar.
Setelah ditemukan penelitian yang relevan dengan variabel motivasi belajar, disiplin belajar, dan lingkungan belajar yang
dilakukan oleh: 1.
Liza Jatu Hermawati yang berjudul “Hubungan Antara
Lingkungan Belajar, Motivasi Belajar, Dan Disiplin Belajar Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa. Studi kasus mahasiswa
Prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2002- 2003”. Pada hasil
penelitiannya disimpulkan ada pengaruh positif dan signifikan. 2.
Erma Setyo Rini yang berjudul “Hubungan Antara Motivasi Belajar Dan Lingkungan Belajar Dengan Prestasi Belajar
Akuntansi. Studi kasus di SMA Kristen 2 Klaten Tahun Ajaran 20062007”. Pada hasil penelitiannya disimpulkan ada
hubungan positif antara variabel-variabel dengan Prestasi belajar akuntansi pada siswa.
3. Suciningrum yang berjudul “Hubungan Antara Motivasi
Belajar, Disiplin Belajar, Dan Lingkungan Belajar Dengan Prestasi Belajar Akuntansi Siswa. Studi kasus SMK BOPKRI 1
Yogyakarta”. Pada hasil penelitiannya disimpulkan ada hubungan positif dan signifikan.
F. Kerangka Berfikir