61
1. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati pembelajaran IPA di kelas IV dan ketersediaan LKS serta penerapan langkah-langkah pendekatan saintifik
berbasis Kurikulum 2013. Kegiatan observasi ini dilaksanakan di SD N Perumnas Condongcatur. Kisi-kisi pedoman observasi dapat dilihat pada tabel 3.1. Pedoman
observasi telah divalidasi sebelum digunakan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan LKS berbasis pendekatan saintifik
belum ada. Guru juga tidak menggunakan LKS yang berbasis pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Guru hanya menggunakan buku cetak atau LKS yang biasa
digunakan oleh siswa menjadi panduan ketika menyampaikan materi. Untuk penekanan pada materi yang dianggap penting, guru hanya menuliskannya di papan
tulis dengan menggunakan kapur atau Boardmarker hitam. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan LKS berbasis
pendekatan saitifik serta penerapan lima langkah tahapan saintifik dalam pembelajaran IPA di kelas IV SD N Perumanas Condongcatur belum dilaksanakan
dengan optimal. Selain itu, peneliti menemukan bahawa siswa mengalami kesulitan belajar materi yang dijelaskan pada hari tersebut yaitu sifat-sifat cahaya. Hal tersebut
diketahui dari hasil observasi bahawa siswa tidak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, selai itu juga ketika mengerjakan soal latihan, siswa menjawab
dengan kurang tepat.
2. Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan kepada kepala sekolah, guru kelas IV, 4 siswa kelas. IV. Sebelum dilakukan wawancara pedoman wawancara terlebih dahulu
divalidasi oleh ahli. Ahli yang melakukan validasi adalah ahli Bahasa, ahli IPA, dan guru kelas SD setara.
Wawancara yang pertama dilakukan kepada Kepala Sekolah. Rencana wawancara dengan kepala sekolah dapat dilihat pada tabel 3.2. Pedoman wawancara
kepala sekolah telah divalidasi oleh ahli expert judgment. Berdasarkan hasil validasi pedoman wawancara kepala sekolah oleh ahli, didapatkan rerata skor 3.6. jika
62
dibandingkan dengan tabel 3.11 rerata tersebut memiliki nilai lebih dari 2,50 dan termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian instrumen dinyatakan valid
dan lauyak untuk digunakan. Lembar hasil validasi pedoman wawan cara kepala sekolah oleh ahli dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Kepala Sekolah, peneliti mendapatkan informasi bahwa di SD N Perumnas Condongcatur telah menerapkan kurikulum 2013, penggunaan LKS sebagai salah
satu sumber belajar untuk siswa juga telah dilaksanakan, namun masih memiliki keterbatasan karena LKS yang digunakan merupakan LKS dari Depdiknas dan belum
mengaktifkan siswa secara optimal. Penggunaan metode dan pendekatan-pendekatan dalam kegiatan pembelaajaran juga belum dilaksanakan secara optimal oleh guru.
Lima tahapan pendekatan saintifik belum diterapkan dengan baik dikarenakan guru masih kebingungan dalam menerapkan lima langkah tahapan tersebut secara runtun.
Wawancara yang kedua dilakukan kepada guru. Rencana wawancara dengan guru kelas IV dapat dilihat pada tabel 3.3. Sama halnya dengan pedoman wawancara
dengan Kepala Sekolah, pedoman wawancara guru telah divalidasi oleh ahli expert judgment dengan hasil rerata skor sebesar 3,5, jika dibandingkan dengan tabel 3.11
rerata tersebut memiliki nilai kurang dari 2,50 dan termasuk dalam kategori baik. Dengan demikian, instrumen dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar hasil
validasi pedoman wawancara guru oleh ahli dapat dulihat pada lampiran. Wawancara kepada guru dilakasanakan pada tanggal 29 juli 2016.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, peneliti mendapatkan informasi bahwa dalam proses pembelajaran guru telah menggunakan LKS, namun LKS yang
digunakan masih memiliki keterbatasan dan belum mengaktifkan siswa secara optimal. LKS tersebut juga belum memuat tahapan-tahapan pendeketan saintifik
mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan, namun hanya berisi dengan materi dan soal-soal latihan yang seringkali dikerjakan oleh siswa di
rumah. Guru juga memaparkan mengenai penggunaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran belum optimal, guru hanya menerapkan beberapa tahapan pendekatan
saintifik pada proses pembelajaran karena sudah terbiasa dengan metode ceramah dan pemberian tugas kepada siswa.
63
Dari hasil penjelasan guru tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan LKS dalam proses pembelajaran belum maksimal. LKS yang digunakan
belum mengaktifkan siswa secara optimal karena LKS tersebut masih berisi soal-soal dan materi sehingga mempermudah siswa menyelesaikannya. Oleh karena itu guru
memerlukan LKS berbasis pendekatan saintifik yang dapat mengaktifkan siswa dan belajar secara mandiri baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Wawancara ketiga ditunjukkan kepada siswa kelas IV. Rencana wawancara dengan siswa kelas IV dapat dilihat pada tabel 3.4 pedoman wawancara siwa telah
divalidasi oleh ahli dan guru SD. dengan hasil rerata skor sebesar 3,5 jika dibandingkan dengan tabel 3.11 rerata tersebut memiliki nilai kurang dari 2,50 dan
termasuk dalam kategori baik. Dengan demikian, instrumen dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar hasil validasi pedoman wawancara guru oleh ahli dapat
dulihat pada lampiran. Peneliti melakukan wawancara kepada siswa kelas IV SD N Perumnas
Condongcatur. Wawancara dilaksanakan pada tanggal 14 September 2016. Dari hasil wawancara kepada siswa, peneliti mendapatkan informasi bahwa siswa hanya
menggunakan LKS yang telah disediakan oleh sekolah yaitu LKS yang berisi dengan soal-soal. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa seringkali diminta untuk mengerjakan
soal-soal yang teerdapat di dalam LKS tersebut. Untuk aktivitas belajar lainnya, siswa jarang sekali melakukan kegiatan percobaan, pengamatan dan kegiatan-kegiatan
lainnya yang mampu membuat siswa belajara secara mandiri. Dalam pembelajaran IPA, guru jarang sekali mengajak siswa untuk melakukan percobaan baik di dalam
kelas maupun di luar kelas, sehingga siswa terkadang merasa bosan dan jenuh terhadap pembelajaran.
64
ggg
Gambar 4.1 Triangulasi Sumber Data Wawancara Identifikasi Masalah Berdasarkan bagan 4.1 mengenai triangulasi sumber wawancara yang dilakukan,
diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti lima langkah pendekatan saintifik saat proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut menjadi
permasalahan karena ketersediaan dan penggunaan LKS khususnya mata pelajaran IPA di SD N Perumnas Condongcatur masih terbatas. Sekolah masih mengandalkan
pembuatan LKS dari pemerintah. Selain itu, LKS tersebut hanya berisi soal-soal saja tidak mengacu kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa aktif membangun
konsepnya sendiri. Berdasarkan hasil identifikasi masalah melalui observasi dan wawancara yang
telah dilakukan, dapat diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti
Guru
Guru telah menerapkan tahapan
pendekatan saintifik
dalam proses
pembelajaran tetapi tidak secara utuh lima langkah .
Guru kesulitan
dalam melaksanakan
lima langkah
pendekatan saintifik,
karena kemampuan setiap siswa
berbeda-beda dan
siswapun kesulitan dalam menerapkannya.
Kepala sekolah
Sekolah sudah menyediakan LKS tetapi
LKS tersebut
tidak digunakan secara maksimal. LKS
yang digunakan tidak memuat kegiatan-kegiatan
yang mengaktifkan siswa, melainkan
hanya berisi soal-soal saja. Selain itu, LKS yang digunakan tidak
mengacu lima
tahapan pendekatan saintifik. Kemudian
fasilitas pembelajaran kurang memadai
juga menghambat
pelaksanaan lima
tahapan pendekatan saintifik.
Siswa
Guru tidak menggunakan LKS dalam proses pembelajaran di
kelas, melainkan guru lebih fokus
menggunakan buku
siswa dan BSE. Selain itu, siswa lebih menyukai LKS
yang berisi kegiatan-kegiatan yang mengacu lima tahapan
pendekatan saintifik bukan soal-soal saja. Kemudian, LKS
dapat
membantu dalam
pemahaman materi.
Ketersediaan LKS di sekolah terkait LKS IPA materi sifat-sifat bunyi masih terbatas dan sekolah masih
mengandalkan LKS dari pemerintah. Selain itu LKS hanya berisi soal-soal saja dan tidak memuat kegiatan-
kegiatan siswa. Kemudian guru hanya menggunakan metode ceramah sehingga siswa merasa bosan, karena
hanya mendengarkan, mencatat, dan menghafal apa yang disampaikan guru. Meskipun demikian minat
guru untuk membuat LKS IPA sudah ada.
65
lima langkah pendekatan saintifik. Pada saat wawancara, siswa mengatakan bahwa mereka jarang sekali diajak untuk melakukan suatu kegiatan dan percobaan tentang
materi yang sedang dijelaskan oleh guru. Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi, bahwa siswa ketika diberi pertanyaan kepada guru cenderung tidak bisa menjawab.
Selain itu, jika guru meminta pendapat kepada siswa, tidak ada siswa yang aktif untuk mengemukakan pendapatnya melainkan siswa cenderung berbicara sendiri
kepada teman sebangkunya. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan dari guru saat wawancara. Guru mengatakan bahwa siswa ketika diminta untuk menjawab soal
hanya beberapa soal saja yang dikerjakan, apabila dikerjakan secara keseluruhan, jawaban yang ditulis kurang tepat.
Permasalahan lain yang ditemukan adalah kurangnya penggunaan LKS yang digunakan dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil observasi, peneliti
menemukan bahwa guru tidak menggunakan LKS dalam mendukung proses pembelajaran di kelas guna mengaktifkan siswa untuk melakukan suatu kegiatan.
Guru hanya menggunakan metode ceramah dan lebih fokus menggunakan buku siswa yang diberikan oleh pemerintah. Oleh sebab itu, siswa cenderung pasif dalam proses
pembelajaran, karena guru hanya menjelaskan materi secara monoton dan siswa hanya diminta untuk mendengarkan, mencatat, dan menghafal apa yang disampaikan
oleh guru tanpa ada keaktifan yang dilakukan siswa. Meskipun demikian, sekolah sudah berusaha menerapkan kurikulum 2013
berbasis pendekatan saintifik, namun sekolah belum optimal dalam melaksanakan lima langkah pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan,
guru kelas sepenuhnya belum paham tentang pendekatan saintifik dan guru hanya menerapkan beberapa langkah saja, misalnya mengamati dan mengomunikasikan.
Hal ini, juga didukung dengan kemampuan masing-masing siswa yang berbeda dalam memahami suatu materi atau kegiatan yang sedang lakukan, sehingga guru perlu
menerapkan lima langkah pendekatan saintifik tahap demi tahap.
3. Kuesioner