10
melakukan analisis kebutuhan dengann cara melakukan wawancara kepada siswa kelas IV SD.
Produk LKS yang dihasilkan didesain berbentuk buku dengan menggunakan program Microsoft Word. LKS yang dikembangkan berdasarkan pemetaan tema SK
dan KD serta indikator. Sampul luar LKS didesain dengan menggunakan program Corel Draw. Pemberian warna pada sampul dibuat sesuai dengan hasil dari analisis
kebutuhan siswa melalui wawancara. Format yang digunakan adalah font Comic Sans MS, spasi 1,5 dan ukuran huruf 12, dan dicetak dengan menggunakan kertas HVS A4
80 gram. Materi yang dibahas dalam LKS adalah materi sifat-sifat cahaya. Materi
tersebut dibuat menjadi 4 macam kegiatan sesuai dengan sifat-sifat cahaya. Yang pertama adalah cahaya merambat lurus, kedua cahaya menembus benda bening,
ketiga cahaya dapat dibiaskan, dan keempat cahaya dapat dipantulkan. Setiap kegiatan, dibuat sesuai dengan 5 langkah pendekatan saintifik mengamati, menanya,
menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Setiap kegiatan dilengkapi dengan langkah-langkah yang menuntun siswa untuk melakukan kegiatan selanjutnya, selain
itu, juga dilengkapi dengan bahan dan alat-alat yang mudah didapatkan ketika siswa melakukan percobaan. Setiap tahapan percobaan telah diberi panduan berupa
langkah-langkah yang harus dilakukan oleh siswa ketika melakukan sebuah kegiatan eksperimen baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Selain dilengkapi dengan
panduan, LKS ini juga memiliki gambar-gambar untuk terlihat lebih menarik sehingga siswa tidak merasa bosan ketika mengerjakannya. Disetiap lembar kegiatan
telah diberi tempat untuk siswa menulis hasil pengamatan, pertanyaan-pertanyaan, dan perobaan yang telah mereka lakukan sehingga siswa tidak lagi memerlukan buku
tulis yang lain untuk menuliskan hasil kegiata mereka.
1.6 Defenisi Operasional
1.6.1 Belajar adalah suatu proses yang dilakukan melalui interaksi dengan
lingkungan untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, memperbaiki sikap dan mengokohkan kepribadian.
11
1.6.2 Pembelajaran adalah suatu proses yang dipersiapkan untuk mendukung siswa
dalam belajar agar dapat belajar secara optimal. 1.6.3
Saintifik adalah merupakan suatu pendekatan yang memberikan kesempatan dan peluang bagi siswa seluas mungkin untuk mengeksplor atau
mengembangkan pola pikir yang imajinatif dan kritis, hal ini dapat membantu para siswa untuk memecahkan masalah terhadap fenomena-fenomena yang
terjadi. 1.6.4
Perkembangan anak adalah proses perubahan yang terjadi pada anak baik secara fisik maupun psikis dan berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan. 1.6.5
LKS adalah media dimana siswa dapat melakukan berbagai aktivitas belajar yang berisi dengan soal-soal latihan dan langkah-langkah kegiatan lainnya.
1.6.6 LKS berbasis pendekatan saintifik adalah LKS yang berisi dengan langkah-
langkah kegiatan yang menuntun dan mengaktifkan siswa dalam melakukan setiap aktifitas belajar sesuai dengan lima tahapan pendekatan saintifik
mengamati, menanya, menalar, mencoba,dan mengkomunikasikan. 1.6.7
Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang memperlajari tentang peristiwa- peristiwa atau fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar.
1.6.8 Sifat-sifat cahaya adalah suatu peristiwa alam yang terjadi yang dapat kita
amati setiap saat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
Uraian dalam bab ini terdiri dari kajian pustaka, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir.
2.1.1 Teori-teori yang mendukung
2.1.1.1 Teori Belajar Konstruktivisme Teori belajar bermanfaat untuk menjelaskan teori-teori tentang belajar. Teori
yang dijelaskan pada bagian ini adalah teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan persepektif psikologi dan filosofis yang memandan bahwa masing-masing
individu membangun sebagian besar dari apa yang mereka pelajari dan pahami Bruning, dkk dalam Schunk, 2012: 320. Pengaruh besar yang mendorong
munculnya teori konstruktivisme adala teori Piaget dan Vygotsky. 2.1.1.2 Teori belajar Piaget
Anak mengalami
perkembangan kognitif
yang bertahap.
Tingkat perkembangan kognitif anak menurut Piaget Susanto, 2013: 77 yaitu periode
berpikir motorik sensorik yang mulai sejak lahir sampai kira-kira umur 2 tahun. Periode berpikir praoperasional konkrit dimulai kira-kira umur 2 tahun sampai 7
tahun. Periode berpikir operasional konkret dimulai kira-kira umur 7 tahun sampai umur 11 tahun, periode berpikir operasional formal dimulai sejak umur 11 tahun
sampai dewasa. Anak SD 7-11 tahun berada pada tahap operasional konkrit dimana anak
belajar melalui pengalaman nyata untuk memahmai hal-hal yang abstrak seperti konsep-konsep matematika. Pada tahap operasional konkrit, siswa sudah mulai
memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume dan jumlah. Siswa juga sudah memiliki kemampuan memahami cara mengombinasikan beberapa golongan
benda yang bervariasi tingkatannya Susanto, 2013: 77. Selain itu, siswa sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa konkrit.
Pada tahap operasional konkrit, siswa mengembangkan kemampuan untuk mempertahankan konservasi, kemampuan mengelompokkan secara memadai,
13
melakukan pengurutan mengurutkan dari yang terkecil sampai paling besar dan sebaliknya, dan mengenai konsep angka. Selama tahap ini, proses pemikiran
diarahkan pada kejadian riil yang diamati oleh siswa Hergenhahn Matthew, 2008: 320. Dengan demikian, siswa dapat melakukan operasi pemecahan masalah yang
agak kompleks selama masalah itu konkret dan tidak abstrak. 2.1.1.3 Teori belajar Vygotsky
Seperti teori Piaget, Vygotsky juga merupakan teori konstruktivis. Vygotsky menempatkan lebih banyak penekanan pada lingkungan sosial sebgai fasilitator
perkembangan dan pembelajaran Tudge Scrimsher dalam Schunk, 2012: 337. Vygotsky menganggap bahwa lingkungan sosial sangat penting bagi pembelajaran.
Interaksi-interaksisosial mengubah atau mentrasformasi pengalaman-pengalaman belajar. Aktivitas sosial adalah sebuah fenomena yang membantu menjelaskan
perubahan-perubahan dalam pikiran sadar dan membentuk teori psikologis yang manyatukan perilaku dan pikiran.
Konsep pokok dalam teori Vygotsky adalah Zone of Proximal Development ZPD atau zona pengembangan proksimal. ZPD adalah perbedaan antara apayang
dapat dilakukan sendiri oleh siswa dana pa yang dapat mereka lakukan dengan bantuan orang lain Schunk, 2012: 341. Interaksi orang dewasa guru dan teman
sebaya dalam ZPD mendorong perkembangan kognitif. Tugas utama guru adalah mengatur
lingkungan pembelajaran
sehingga siswa
dapat membangun
pengetahuannya. Peran guru disini adalah menyajikan sebuah lingkungan yang mendukung, bukan menyajikan penjelasan materi dan menyediakan jawaban-jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan. Inti teori Vygotsky yaitu bahwa fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi
memiliki asal-usul dalam kehidupan sosial sejak anak berinteraksi dengan orang dewasa yang memiliki pengalaman dalam masyarkat seperti orang tua, guru, orang
yang memiliki keahlian, teman sebaya dan sebagainya. Dalam padangan Vygotsky, budaya dieksternalisasikan dalam kognisi individual dalam perlengkapan diri mereka,
yang tidak hanya hal-hal fisik dalam kebudayaan Surya, 2015: 153. Perubahan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
kognitif terjadi dalam kawasan perkembangan terdekat melalui interaksi anak dengan orang dewasa melalui berbagai perlengkapan nilai-nilai, keyakinan, dan budaya.
2.1.1.4 Belajar dan pembelajaran Belajar dalam pandangan para kognitivistik adalah dipadang sebagai proses
aktif individu dalam memproses informasi Bruer;O’neil dan Perez; 2003 dalam Kurniawan, 2014: 2. Belajar pada hakikatnya merupakan proses kognitif yang
mendapat dukungan dari fungsi ranah psikomotor. Fungsi ranah psikomotor dalam hal ini meliputi: mendengar, melihat, mengucap. Apapun manifestasi belajar yang
dilakukan siswa hampir dapat dipastikan selalu melibatkan fungsi ranah akalnya yang intensitas penggunaanya tentu berbeda dengan peristiwa lainnya Syah, 2001: 94,
dalam Kurniawan, 2014: 4. Belajar adalah perubahan kemampuan manusia yang terjadi melalui proses
pembelajaran terus-menerus, yang bukan hanya disebabkan oleh pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila dengan stimulus pembelajaran dengan isi ingatannya
mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perilakunya berubah dari sebelum pembelajaran dengan sesudah mengalami pembelajaran. Belajar dipengaruhi oleh
faktor internal dalam diri siswa dan faktor eksternal lingkungan pembelajaran yang keduanya saling berinteraksi Yao, 2015: 55. Belajar juga dapat didefenisikan
sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman Gage dalam Ratna Willis, 1989: 11.
Konstruktivisme menyatakan bahwa siswa membentuk pemahaman- pemahamannya sendiri mengenai suatu pengetahuan dan keterampilan Schunk,
2012: 387. Pembentukan pengetahuan menurut teori konstruktivisme memandang bahwa sisfat aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan
lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitif ini, siswa menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui
struktur kognitif yang diciptakan oleh siswa sendiri. Asumsi utama konstruktivisme adalah manusia merupakan siswa aktif yang mengembangkan pengetahuan bagi
dirinya sendiri Schunk, 2012: 322-324. Siswalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan guru atau orang lain. Dengan demikian, belajar
15
merupakan proses yang dialami oleh siswa melalui pengalaman langsung untuk membangun pegetahuan, sikap, dan keterampilan dengan cara berinteraksi dengan
lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Kualitas belajar seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor Kurniawan,
2014:22. Menurut Syah dalam Kurniawan, 2014: 22 dengan merujuk pada teori belajar kognitif, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu dikelompokkan
dalam tiga kategori yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan yang digunakan. Faktor-faktor ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Yang
pertama faktor internal terdiri atas unsur jasmaniah fisiologis dan rohaniah Psikologis pebelajar. Unsur jasmaniah yaitu kondisi umum sistem otot tonus dan
kondisi dari organ-organ khusus terutama pancaindera. Panca indera adalah tempat masuknya pesan ke dalam sensory register, kuat lemahnya kemampuan panca indera
akan mempengaruhi atau menentukan kuat tidaknya pesan yang masuk kedalam sensory register dan pengolahan arus informasi dalam sistem memori.
Yang kedua adalah faktor eksternal faktor-faktor yang ada di lingkungan diri pebelajar yang meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. Lingkungan
sosial yaitu keluarga, guru, dan staf sekolah, masyarakat, dan teman ikut berpengaruh juga terhadap kualitas belajar individu. Kemudian lingkungan eksternal yang masuk
kategori non sosial diantranya yaitu keadaan rumah, sekolah, peralatan dan alam. Faktor yang ketiga adalah faktor pendekatan belajar. Pendekatan beajar yaitu jenis
upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi pelajaran. Strategi bagaimana yang
digunakan pebelajar ini akan berpengaruh terhadap kualitas belajar Kurniawan, 2014: 23.
Pembelajaran adalah seperangkat proses internal setiap individu sebagai hasil mentransformasi stimulus eksternal dalam lingkungan individu. Kondisi eksternal
yang diperlukan dapat berupa rangsangan yang dapat diterima indera. Kondisi eksternal tersebut disebut dengan media dan sumber belajar. Gane, dalam Yao, 2015:
55. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2.1.1.5 Hasil belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan baru yang diperoleh siswa
setelah mengikuti proses belajar-mengajar tentang mata pelajaran tertentu Supratiknya, 2012: 5. Hasil belajar merupakan terbangunnya pengetahuan-
pengetahuan baru melalui interaksi dengan lingkungan. Hasil belajar diperoleh siswa secara aktif dan mandiri.
Hasil belajar yang diperoleh melalui proses belajar dapat berupa kemampuan baru sama sekali maupun penyempurnaan atau pengembangandari suatu kemampuan yang
telah dimiliki Winkel, 2004: 61. Misalnya, seorang anak belajar berenang pada waktu dia duduk di bangku sekolah dasar dengan mengikuti pelajaran renang yang
diselenggarakan oleh Sekolah. Pada waktu menjadi siswa Sekolah Menengah Pertama, anak itu dapat mempelajari beberapa gaya berenang yang lain seperti gaya
kupu-kupu Kingsley membedakan hasil belajar siswa individu menjadi tiga jenis yaitu: 1
keterampilan dan kebiasaaan, 2 pengetahuan dan pengertian, 3 sikap dan cita-cita. Setiap golongan bisa diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah
Sudjana, 1989: 45, dalam Deni Kurniawan, 2014: 9.
2.2 Pembelajaran IPA di SD
2.2.1 Hakikat IPA Ilmu Pengetahuan Alam IPA adalah merupakan yang rasional dan obyektif
tentang alam semesta dengan segala isinya, Darmojo dalam Samatowa, 2011:2. Sains atau IPA adalah pengetahuan yang mempelajari, menjelaskan, serta
menginvestigasi fenomena alam dengan segala aspeknya yang bersifat emperis Putra, 2013:51. Kemudian Wisudawati dan Sulistyowati 2014: 22 menambahkan
bahwa IPA merupakan ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempeljari fenomena alam yang faktual factual, baik berupa kenyataan reality atau kejadian
event. Fowler dalam Ahmadi, 2008: 1 bahwa IPA adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan
terutama atas pengamatan dan induksi. Dari apa yang telah dijelaskan oleh para ahli PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
tersebut dapat dijelaskan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan gejala-gejala alam yang terjadi disekitar kita dan tersusun
secara sistematis dan nyata melalui berbagai percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia sendiri. Dalam hal ini, pembelajaran IPA memuat berbagai
macam kegiatan dan aktivitas yang dapat mengaktifkan siswa untuk melakukan penelitian dan bereksperimen.
Wisudawati dan Sulistiyowati 2014: 24 mengatakan hakikat IPA memiliki 4 unsur utama, yaitu:
2.2.1.1 Sikap: IPA memunculkan rasa ingin tau tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat.
2.2.1.2 Proses: Proses pemecahan masalah pada IPA memungkinkan adanya prosedur yang runtut dan sistematis melalui metode ilmiah, produk, sikap, dan
aplikasi. Metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan
kesimpulan. 2.2.1.3 Produk: IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.
2.2.1.4 Apilikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari- hari.
2.2.2 Tujuan pembelajaran IPA SD Tujuan-tujuan pembelajaran IPA di SD ditandai sebagai sesuatu yang
diharpkan dan yang akan dicapai oleh siswa setelah melalui berbagai proses dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar. Tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
diawal pembelajaran sebagai suatu acuan untuk kegiatan pembelajaran dan proses penilaian Samatowa, 2011: 6. Tujuan pembelajaran IPA SD di antaranya adalah
sebagai berikut: 2.2.2.1
IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya hal itu tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Artinya disini IPA merupakan suatu dasar teknologi yang
penting bagi suatu bangsa. 2.2.2.2
Bila IPA diajarkan menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang melatihmengembangkan kemampuan berpikir kritis.
18
2.2.2.3 Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan sendiri oleh anak, maka IPA
tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka. 2.2.2.4
Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
2.3 Pendekatan Saintifik 2.3.1 Pengertian pendekatan saintifik