Latar Belakang Penelitian Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV SD materi Sifat-Sifat Cahaya.

1 BAB I PENDAHULUAN Uraian dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk, dan defenisi operasional.

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam mencerdaskan bangsa. Pendidikan yang baik akan melahirkan generasi bangsa yang berkarakter dan bertanggung jawab. Beberapa ahli memberi defenisi tentang pendidikan. Triwiyanto, 2014: 23 menjelaskan pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan di luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi kemampuan-kemampuan individu, agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat. Dalam Soyomukti, 2015: 21, 30 menjelaskan pendidikan dalam arti luas pendidikan adalah proses untuk meberikan manusia berbagai macam situasi yang bertujuan memberdayakan diri. Dalam arti sempit, pendidikan merupan pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga tempat mendidik mengajar. Dalam hal ini pendidikan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang disengaja untuk mencapai tujuan tertentu dan melibatkan beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Soeratman 1981: 7 menyebutkan terdapat tiga tugas pusat pendidikan yaitu, 1 alam keluarga, pusat pendidikan yang pertama dan yang terpenting. Tugasnya mendidik budi pekerti dan laku sosial, 2 alam perguruan, pusat pendidikan yang berkewajiban mengusahakan kecerdasan pikiran dan memberi ilmu pengetahuan, dan 3 alam pemuda, membantu pendidik baik yang menuju kepada kecerdasan jiwa maupun budi pekerti. Melalui pendidikan, manusia berharap nilai- nilai kemanusiaan diwariskan, bukan sekedar diwariskan melainkan menginternalisasi dalam watak dan kepribadian. Salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan adalah kurikulum. Konsep dasar kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapi tujuan pendidikan sekaligus merupakan pedoman dalam melaksanakan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan Arifin, 2011: 1-3. Kurikulum harus sesuai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 dengan UUD 1945 sehingga menggambarkan falsafah atau pandangan hidup suatu bangsa. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari kurikulum, untuk itu setiap mata pelajaran dikembangkan berdasarkan kurikulum yang ada. Hidayat 2013: 112 – 113 mengatakan bahwa Kurikulum 2013 melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup komptensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Kurikulum 2013 memiliki gaya penyampaian yang berbeda, dalam penyampaiannya semua disampaikan dengan satu kesatuan yang utuh dalam sebuah kemasan tema. Kemasan tema mancakup beberapa muatan pelajaran di dalamnya antara lain: Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, PKn, Agama, dan SBK. Kurikulum 2013 mampunyai 4 aspek atau 4 kompetensi Inti yang dipelajari oleh siswa, kompetensi inti 1 dan 2 menyangkut diri sendiri dan sosial sedangkan 3 dan 4 tentang pengetahuan dan keterampilan. Acuan dan prinsip penyusunan kurikulum 2013 mengacu pada pasal 36 Undang-undang No. 20 tahun 2003, yang menyatakan bahwa penyusunan kurikulum harus memperhatikan peningkatan iman dan takwa; peningkatan akhlak mulia; peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik; keragaman potensi daerah dan lingkungan; tuntutan pembangunandaerah dan nasional; tuntutan dunia kerja; perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; agama; dinamika perkembangan global; dan persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan Abdullah, 2014: 45. Kurikulum 2013 dalam pelaksanaannya memiliki ciri menggunakan tematik integratif, pendekatan saintifik, dan penilaian autentik. Tematik integratif ini menyatukan muatan pembelajaran dalam satu tema. Pendekatan saintifik memiliki ciri khas dengan 5 tahapannya 5 M yakni mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan, sedangkan penilaian autentik yaitu mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tentu di dalam pelaksanaan kurikulum ada beberapa pihak yang berperan. Guru merupakan pemeran utama dalam dunia pendidikan. Guru bertugas untuk mengelola pembelajaran di dalam kelas untuk memberikan peluang kepada siswa pada proses pembelajaran dengan baik. Pembelajaran yang efektif akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 terwujud apabila guru mampu mengajak siswa berperan aktif pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Belajar bukanlah sekedar mentrasfer ilmu kepada siswa, namun dibutuhkan keterlibatan siswa secara aktif sehingga ilmu yang didapat bukan hanya sekedar teori tetapi juga secara praktik. Model, metode, dan pendekatan pada pembelajaran merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam membantu guru melaksankan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah. Model pembelajaran digunakan agar siswa belajar secara mandiri dan guru hanya sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran. Siswa perlu mencari tahu sendiri apa yang dipelajari sehingga mereka mudah memahami dan mengingat inti dari pembelajaran tersebut. Dalam hal ini, proses belajar mengajar tidah hanya berlangsung di dalam ruang kelas saja, namun siswa juga dapat belajar melalui lingkungan sekitar dan mempelajari setiap permasalahan-permasalahan yang terjadi. Selain model, pendekatan sangat dibutuhkan di dalam proses pembelajaran. Salah satu pendekatan yang bisa digunakan dalam kegiatan belajar adalah pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapannya Hosnan, 2014: 34. Melalui pendekatan sanintifik peserta didik diharapkan dapat berperan aktif serta belajar secara mandiri untuk menggali dan menemukan setiap potensi yang dimilikinya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada guru mengenai pendekatan saintifik, guru masih belum menerapkan lima tahapan pendekatan saintifik secara utuh, karena keterbatasan waktu dan juga pemahaman siswa yang beragam. Guru juga masih kesulitan memahami tahapan-tahapan dalam pendekatan saintifik. IPA merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam, terjemahan dari Natural Science atau Sciences. Science sains artinya ilmu pengetahuan Iskandar, 1997: 2. IPA merupakan salah satu matapelajaran yang dipelajari pada setiap jenjang pendidikan, salah satunya adalah SD. Sebagai sekumpulan pengetahuan, sains merupakan susunan sistematis hasil temuan yang dilakukan para ilmuwan. Hasil temuan tersebut berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori maupun model ke dalam kumpulan pengetahuan sesuai dengan bidang kajiannya, misalnya biologi, kimia, 4 fisika, dan sebagainya Fatonah, 2014: 6. IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah Winaputra, dalam Samatowa, 2011: 3. Materi dalam pelajaran IPA SD sangat beragam, salah satunya adalah materi tentang sifat-sifat cahaya yang dipelajari oleh siswa pada semester pertama. Materi sifat-sifat cahaya ada begitu banyak sehingga perlu adanya upaya tersendiri untuk mengajarkan materi tersebut kepada siswa. Pembelajaran hendaknya dilakukan dengan multistragtegi dan multi media sehingga memberikan pengalaman belajar yang beragam bagi siswa Susanto, 2013: 158. Pada kenyataannya, pembelajaran IPA masih dilakukan dengan metode yang kurang beragam. Hal yang serupa peneliti temui di SD N Perumnas Condongcatur. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada pembelajaran IPA, guru masih banyak menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas kepada siswa dalam pembelajaran. Guru menggunakan sumber belajar berupa buku cetak dan LKS khusus untuk guru. Guru menuliskan di papan tulis dengan menggunakan Board Marker tanpa melakukan suatu percobaan atau membawa media konkrit untuk ditunjukkan kepada siswa. Para siswa pun cenderung pasif dan kurang tertarik dalam pembelajaran. Selain itu dengan metode ceramah, pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan cenderung rendah. Hal tersebut dapat diketahui ketika guru bertanya kepada siswa mengenai pembelajaran yang telah disampikan, sebagian besar siswa hanya diam dan tidak menjawab. Ketidak sediaan alat peraga membuat siswa semakin tidak memahami inti dari materi pelajaran yang disampaikan. Berdasarkan tahap perkembangan kognitif Piaget, siswa Sekolah Dasar SD berada pada tahap operasional konkret Wiyani, 2013: 38. Siswa SD sudah mamppu berpikir mengenai urutan sebab akibat dan mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan cara yang bervariasi. Proses pemikiran pada tahap operasional konkret diarahkan pada kejadian riil yang diamati oleh anak. Anak dapat memecahkan permasalahan yang kompleks selama permasalahan tersebut konkret dan tidak abstrak Hergenhahn Olson, 2010: 320. Berdasarkan dari urain di atas, penggunaan model, metode, dan pendekatan pada pembelajaran akan membantu 5 siswa menemukan konsep pembelajarannya secara mandiri. Penggunaan media dan sumber belajar berupa LKS yang menuntun siswa untuk belajar secara mandiri akan lebih efektif. Selain belajr secara mandiri, siswa juga dapat berperan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, dalam hal ini siswa sendirilah yang mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapinya, guru hanya berperan sebagai fasilitator bagi siswa. Berdasarkan hasil observasi pada pembelajaran di kelas, guru masih banyak mendominasi pembelajaran, siswa belum terlihat secara mandiri melakukan sebuah pengamatan terhadap objek yang diteliti. Selain menggunakan model dalam pembelajaran, guru juga menggunakan LKS. LKS digunakan untuk membantu peserta didik dalam melakukan tugas di dalam kelas maupun di luar kelas. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan guru melaui wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti di SD N Perumnas Condongcatur, peneliti menemukan bahawa di SD tersebut telah menggunakan LKS, namun LKS tersebut masih berisi dengan materi pelajaran dan soal-soal. Seringkali guru hanya meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal yang terdapat dalam LKS tersebut. LKS yang digunakan siswa selama ini belum mengaktifkan siswa dalam mengikuti pembelajaran, siswa dengan sangat mudah mengerjakan soal-soal yang terdapat di dalam LKS karena terdapat materi pembelajaran. Seringkali siswa mengerajakan LKS tersebut sebagai pekerjaan rumah PR yang guru tidak tahu apakah siswa yang bersangkutan benar-benar mengerjakannya atau tidak. Berdasarkan permasalahan mengenai materi sifat-sifat cahaya pada matapelajaran IPA, kebutuhan LKS dalam pembelajaran dan hasil penelitian mengenai pendekatan saintifik yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada paparan di atas, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan Research and Development. Peneliti melakukan penelitian dan pengembangan LKS pembelajaran IPA pada materi sifat-sifat cahaya. LKS dikembangkan berdasarkan LKS yang telah ada dan yang biasa digunakan oleh siswa dalam kurikulum 2013. Pengembangan tersebut dengan menerapkan lima tahapan pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Selain lima tahapan pendekatan saintifik, LKS yang 6 dikembangkan juga memiliki ciri khusus, yaitu 1 LKS yang mengaktifkan siswa melakukan berbagai kegiatan pembelajaran, 2 LKS mengajak siswa untuk mencari sumber informasi yang beragam di sekolah, di rumah, dan ligkungan masyarakat, 3 LKS yang mengarahkan siswa untuk membangun konsep secara mandiri, dan 4 LKS yang mengarahkan siswa untuk melaksanakan lima tahapan pendekatan saintifik. Penelitian dan pengembangan ini dibatasi pada tahapan menghasilkan prototipe atau bentuk dasar produk LKS IPA yang diuji cobakan secara ilmiah melalui uji coba lapangan terbatas. LKS yang dikembangkan oleh peneliti sama halnya dengan penelitian terdahulu yang dapat menunjukkan bahwa penelitian ini masih relevan untuk dilaksanakan, yakni penelitian yang dilakukan oleh Mbetu 2016 bertujuan untuk menghasilkan produk berupa Lembar Kerja Siswa menggunakan pendekatan saintifik pada subtema bermain di rumah teman untuk siswa kelas II sekolah dasar. Berdasarkan hasil validasi dua pakar kurikulum SD menghasilkan skor 3,44 baik dan 3,93 baik. Lembar kerja siswa tersebut memperoleh rerata skor 3,81 dengan kategori “baik”. Hal ini menunjukkan Lembar Kerja Siswa menggunakan Pendekatan Saintifik yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk uji coba dalam kegiatan pembelajaran di kelas II sekolah dasar. Penelitian yang dilakukan oleh Mustofa 2013 bertujuan untuk menghasilkan produk berupa LKS berbasis observasi. Hasil pengujian LKS pada kelas skala kecil kelas menunjukan rata-rata aktivitas siswa sebesar 94,6 , siswa tuntas belajar sebanyak 90, dengan rata-rata nilai sebesar 7,08. Berdasarkan hasil penilaian, dapat disimpulkan bahwa pengembangan LKS berbasis observasi taman sekolah, layak untuk digunakan sebagai bahan ajar sains di SDN 1 Tinjomoyo Semarang. Penelitian yang dilakukan oleh Prastiwi 2014 bertujuan untuk menghasilkan produk berupa LKS berbasis pendekatan scientific. Hasil uji coba dalam tahap pengembangan menunjukkan bahwa rata-rata keseluruhan penilaian kinerja dan produk dari setiap sekolah adalah 3,7 sehingga dapat dikategorikan baik. Kriteria kinerja dan produk siswa yang dinilai dalam penelitian ini meliputi kegiatan mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta. Penelitian yang dilakukan oleh Ningtyas 2015 7 bertujuan untuk mengetahui kualitas media LKS berbasis metode percobaan ditinjau dari aspek desain dan aspek penyajian, Hasil kualitas materi ditinjau dari aspek isi menurut ahli materi 1 dan ahli materi 2 memperoleh skor 92 dan 87 dengan rata- rata skor 89,5 memiliki kriteria baik sekali. Kualitas materi ditinjau dari aspek pembelajaran berbasis percobaan menurut ahli materi 1 dan ahli materi 2 memperoleh skor 92 dan 85 dengan rata-rata skor 88,5 memiliki kriteria baik sekali. Penelitian yang dilakukan oleh Edeltrudis 2012 bertujuan untuk mengembangkan LKS dengan menggunakan pendekatan saintifik pada pembelajaran, Hasil validasi LKS menggunakan pendekatan saintifik tersebut menghasilkan rerata skor 4,01 dari rentang skor 1- 5 dan termasuk dalam kategori “baik”. Hal ini menunjukkan LKS menggunakan pendekatan saintifik yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk uji coba dalam kegiatan pembelajaran di kelas II sekolah dasar dengan revisi yang sesuai saran. Penelitian yang dilakukan oleh Bulan 2012 bertujuan untuk mengembangkan LKS dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKS bergambar layak digunakan untuk pembelajaran materi cara menjaga kerukunan untuk kelas V sekolah dasar. Hal tersebut ditunjukkan oleh kualitas LKS yang termasuk dalam kategori “Baik” dengan rata-rata skor sebesar 3,8 dan 4,09 lembar kerja siswa layak untuk digunakan. Dari keenam penelitian terdahulu, maka memiliki kesamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama mengembangakn LKS dengan menggunakan pendekatan saintifik, tetapi pada penelitian ini, peneliti mengembangkan LKS berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV SD materi sifat-sifat cahaya. Penelitian ini dibatasi pada tahapan evaluasi sumatif atau pengolahan data berdasarkan hasil uji coba lapangan terbatas .

1.2 Rumusan Masalah