1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan kita. Pendidikan memiliki efek langsung yaitu mendapatkan pengetahuan. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian dan Kebudayaan, 2011 Pendidikan adalah proses, cara perbuatan
mendidik. Pendidikan adalah sebuah proses pembelajaran bagi setiap individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai
obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan yang diperoleh secara formal tersebut berakibat pada setiap individu yaitu memiliki pola pikir, perilaku dan
akhlak yang sesuai dengan pendidikan yang diperolehnya. Keberhasilan dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak
hal, antara lain guru sebagai fasilitator dan motivator, sarana dan prasarana yang digunakan, dan juga adanya minat dari siswa itu sendiri. Peran guru
sebagai motivator adalah memberi motivasi kepada siswa agar mereka melakukan kegiatan belajar kehendak sendiri sesuai dengan tujuan belajar
yang ditetapkan dalam kurikulum. Peran guru sebagai fasilitator adalah memfasilitasi siswa agar dapat belajar dengan mendayagunakan potensi yang
mereka miliki. Cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk memfasilitasi siswa antara lain dengan menciptakan lingkungan belajar kondusif dan memberikan
bimbingan pada saat kegiatan belajar Sardiman, 2004. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sebagai fasilitator dan motivator, guru yang merupakan salah satu unsur kependidikan yang harus berperan serta secara aktif dan menempatkan
kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang Sardiman, 2007. Guru selalu menginginkan
bahwa tujuan pengajarannya berhasil. Maksudnya bahwa materi pelajaran yang disampaikan dapat diterima dengan baik bahkan dipahami oleh
siswanya. Oleh karena itu seorang guru harus mempunyai kemampuan mengajar yaitu kemampuan yang tidak hanya menyampaikan materi saja
kepada siswanya, tetapi bagaimana agar siswa dapat tertarik, aktif dan semangat dalam memahami materi yang diajarkan dalam proses belajar
mengajar. Dalam kegiatan pembelajaran, biasanya guru menetapkan tujuan
belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah siswa yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Keberhasilan siswa dalam mempelajari
materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mata pelajaran. Menurut teori Gestalt dalam Susanto 2013, belajar
merupakan suatu proses perkembangan. Artinya bahwa secara kodrati jiwa raga anak mengalami perkembangan. Perkembangan sendiri memerlukan
sesuatu baik yang berasal dari diri siswa sendiri maupun pengaruh dari lingkungannya. Berdasarkan teori ini hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua
hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya. Pertama, siswa; dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan
kesiapan siswa, baik jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan; yaitu sarana PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, keluarga, dan lingkungan. Tujuan pembelajaran akan tercapai apabila
mengoptimalkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Peningkatan hasil belajar dapat dilakukan
dengan cara memotivasi siswa baik motivasi dari dalam diri siswa maupun dari luar siswa. Salah satu cara untuk meningkatkan motivasi adalah dengan
menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dengan tujuan dapat merangsang agar siswa aktif dan antusias dalam proses pembelajaran, sebagai
contoh penggunaan metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai tipe seperti: jigsaw, team games tournament, number head
together, snowball throwing , dan lain sebagainya.
Hasil observasi dan wawancara di SMP Budi Mulia Minggir Sleman, menyatakan bahwa kurangnya motivasi dan hasil belajar siswa dalam
mengikuti pembelajaran matematika, salah satu penyebabnya adalah siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran, siswa tidak mengerjakan soal yang
diberikan guru, metode pembelajaran matematika yang monoton sehingga gairah siswa untuk mengikuti pembelajaran matematika sangat rendah. Siswa
yang termotivasi dan ingin berprestasi akan mempersiapkan diri sebelum proses pembelajaran dimulai, misalnya siswa mempersiapkan buku, alat tulis,
dan lain sebagainya. Dari permasalahan tersebut maka tercetuslah sebuah gagasan dari
peneliti bahwa seorang guru perlu menentukan metode pembelajaran yang tepat agar mencapai tujuan yang diharapkan. Metode pembelajaran yang tepat
itu maksudnya metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas
terstruktur dan saling berinteraksi satu sama lain secara aktif, dan efektif melalui sebuah model pembelajaran yang disebut kooperatif.
Penggunan model pembelajaran kooperatif di sekolah memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan berorientasi pada optimalnya kegiatan
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif melalui dukungan guru dan siswa dalam pembelajaran. Selain kelebihan,
model pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan. Menurut Lie 2010 banyak pengajar hanya membagi siswa dalam kelompok lalu memberi tugas
kepada siswa lalu diminta untuk menyelesaikan tanpa pedoman mengenai cara penyelesaian tugas tersebut. Akibatnya, siswa merasa ditinggal sendiri
dansiswa merasa bingung karena tidak ada pedoman untuk menyelesaikan tugas tersebut. Selain itu, model pembelajaran kooperatif menuntut
kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan mengawasi proses kerjasama dalam belajar yang dilakukan oleh siswa.
Profesioanlisme guru dalam menggunakan model pembelajaran tersebut sangat menentukan kesadaran siswa untuk mengikuti pembelajaran melalui
strategi kelompok. Peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe Snowball
Throwing untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika pada materi
bangun ruang sisi datar. Snowball throwing adalah suatu metode pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok, yang diwakili ketua kelompok
untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola kertas pertanyaan lalu dilempar ke
siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh Kisworo, 2008, dan penilaian akhir berupa tes tertulis. Melempar
disini maksudnya adalah menukar kertas berisi soal yang telah dibuat siswa ke siswa lain untuk diselesaikan.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengambil ju
dul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada
Materi Bangun Ruang Sisi Datar Limas Kelas VIII-B SMP Budi Mulia Minggir Sleman Tahun Ajaran 20152016”.
B. Rumusan Masalah