Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada materi bangun ruang sisi datar limas kelas VIII-B SMP Budi Mulia Minggir Sleman tahun ajaran 2015/2016.

(1)

viii ABSTRAK

Selpa Wiwit Kurniawati (121414115). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Limas Kelas VIII-B SMP Budi Mulia Minggir Sleman Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi, Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2016.

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada kelas tersebut dalam materi bangun ruang sisi datar limas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.

Subyek penelitian adalah 20 siswa kelas VIII-B SMP Budi Mulia Minggir, Sleman. Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggart yang mencakup perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam II siklus dimana setiap siklusnya terdiri dari 3 pertemuan. Pengumpulan data diperoleh dari hasil pre-test, post-test, observasi dan kuesioner.

Setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing, hasil belajar dan motivasi siswa mengalami peningkatan. Persentase ketuntasan belajar siswa aspek kognitif siklus I sebesar 10% dan pada siklus II meningkat sebesar 65% sehingga persentase ketuntasan siswa menjadi 75%. Peningkatan juga terlihat pada nilai rata-rata dari 39,4 pada siklus I menjadi 75,9 pada siklus II. Sedangkan persentase hasil belajar afektif siklus I sebesar 75% siswa tergolong kategori tinggi, dan pada siklus II meningkat menjadi 100% siswa tergolong kategori tinggi. Hasil ketercapaian motivasi pada siklus I sebesar 65% siswa tergolong dalam kategori tinggi dan sangat tinggi kemudian ketercapaian motivasi pada siklus II meningkat menjadi 85% siswa tergolong dalam kategori tinggi dan sangat tinggi.

Kata kunci: motivasi, hasil belajar, pembelajaran kooperatif, snowball throwing, bangun ruang, sisi datar, limas.


(2)

ix ABSTRACT

Selpa Wiwit Kurniawati (121414115). The Application of Snowball Throwing Cooperative Learning Type In Improving Students Motivation and Learning Result In Geometry Flat Side of The Pyramid Material Grade VIII-B of SMP Budi Mulia Minggir Sleman School Year 2015/2016. Thesis, Mathematics Education Study Program, Departement of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta, 2016.

This research aims to increase the students motivation and learning result of that class in geometry flat sides of the pyramid material by using cooperative learning models of type Snowball Throwing.

The main target of this study is twenty students in grade VIII-B of SMP Budi Mulia Minggir, Sleman. This study uses the research model of Kemmis and Mc Taggart which includes planning, action, observation, and reflection. This research was conducted in two cycle with three meetings in each cycle. The data collection gathered from the pre-test and post-test results, observation and questionnaires.

The students results of study and motivations have increased after the Snowball Throwing applied. The result shows that the students percentage in mastering the cognitive aspects of the first cycle is 10% and in the cycleII is increasing to 65% so that the total percentage is 75%.The improvement can also be seen in the average grade which increases from 39.4 in the first cycle to 75,9 in the second cycle. While the percentage of the first cycle of affective learning results is 75% of the students classified as high category, and the second cycle increase into 100% of students classified as high category. The motivation achievement results in the first cycle is 65% of students classified in the category of high and highest then the motivation achievement on the second cycle increase in to 85% of students classified in the category of high and highest.

Keywords: motivation, result of the study, cooperative learning, snowball throwing, geometry, flat sides, pyramid.


(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR LIMAS KELAS VIII-B SMP BUDI MULIA MINGGIR SLEMAN

TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Selpa Wiwit Kurniawati NIM : 121414115

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR LIMAS KELAS VIII-B SMP BUDI MULIA MINGGIR SLEMAN

TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Selpa Wiwit Kurniawati NIM : 121414115

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Allah SWT yang senantiasa mendampingi setiap waktuku. Bapak Suwito, Ibu Ninik Kurniawati dan Adiku Seno Ajie

Phion Kurniawan yang selalu mendoakan, mencintai, menyayangi, dan mendukung aku.

Keluarga Besar yang ada di Magelang yang terus mendukung dan mendoakan aku.

Dosen-dosen Pendidikan Matematika 2012. Sahabat-sahabat Pendidikan Matematika 2012.


(8)

v MOTTO

“Sesiapa yang keluar mencari ilmu dan ia berniat akan mengamalkan dengan ilmunya niscaya ilmunya memberi manfaat akan dia, walaupun hanya sedikit

ilmu yang dicapainya.” (Abul Hasan Al-Wa’izh)

"Melalui kesabaran, seseorang dapat meraih lebih dari pada melalui kekuatan yang dimilikinya."

(Edmund Burke)

Urusan kita dalam kehidupan bukanlah mendahului orang lain, tetapi maju mendahului diri sendiri. (Stuart B.


(9)

(10)

(11)

viii ABSTRAK

Selpa Wiwit Kurniawati (121414115). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Limas Kelas VIII-B SMP Budi Mulia Minggir Sleman Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi, Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2016.

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada kelas tersebut dalam materi bangun ruang sisi datar limas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.

Subyek penelitian adalah 20 siswa kelas VIII-B SMP Budi Mulia Minggir, Sleman. Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggart yang mencakup perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam II siklus dimana setiap siklusnya terdiri dari 3 pertemuan. Pengumpulan data diperoleh dari hasil pre-test, post-test, observasi dan kuesioner.

Setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing, hasil belajar dan motivasi siswa mengalami peningkatan. Persentase ketuntasan belajar siswa aspek kognitif siklus I sebesar 10% dan pada siklus II meningkat sebesar 65% sehingga persentase ketuntasan siswa menjadi 75%. Peningkatan juga terlihat pada nilai rata-rata dari 39,4 pada siklus I menjadi 75,9 pada siklus II. Sedangkan persentase hasil belajar afektif siklus I sebesar 75% siswa tergolong kategori tinggi, dan pada siklus II meningkat menjadi 100% siswa tergolong kategori tinggi. Hasil ketercapaian motivasi pada siklus I sebesar 65% siswa tergolong dalam kategori tinggi dan sangat tinggi kemudian ketercapaian motivasi pada siklus II meningkat menjadi 85% siswa tergolong dalam kategori tinggi dan sangat tinggi.

Kata kunci: motivasi, hasil belajar, pembelajaran kooperatif, snowball throwing, bangun ruang, sisi datar, limas.


(12)

ix ABSTRACT

Selpa Wiwit Kurniawati (121414115). The Application of Snowball Throwing Cooperative Learning Type In Improving Students Motivation and Learning Result In Geometry Flat Side of The Pyramid Material Grade VIII-B of SMP Budi Mulia Minggir Sleman School Year 2015/2016. Thesis, Mathematics Education Study Program, Departement of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta, 2016.

This research aims to increase the students motivation and learning result of that class in geometry flat sides of the pyramid material by using cooperative learning models of type Snowball Throwing.

The main target of this study is twenty students in grade VIII-B of SMP Budi Mulia Minggir, Sleman. This study uses the research model of Kemmis and Mc Taggart which includes planning, action, observation, and reflection. This research was conducted in two cycle with three meetings in each cycle. The data collection gathered from the pre-test and post-test results, observation and questionnaires.

The students results of study and motivations have increased after the Snowball Throwing applied. The result shows that the students percentage in mastering the cognitive aspects of the first cycle is 10% and in the cycleII is increasing to 65% so that the total percentage is 75%.The improvement can also be seen in the average grade which increases from 39.4 in the first cycle to 75,9 in the second cycle. While the percentage of the first cycle of affective learning results is 75% of the students classified as high category, and the second cycle increase into 100% of students classified as high category. The motivation achievement results in the first cycle is 65% of students classified in the category of high and highest then the motivation achievement on the second cycle increase in to 85% of students classified in the category of high and highest.

Keywords: motivation, result of the study, cooperative learning, snowball throwing, geometry, flat sides, pyramid.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan

karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Limas Kelas VIII-B SMP VIII-Budi Mulia Minggir Sleman Tahun Ajaran 2015/2016”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada program studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan peran serta berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Allah SWT yang selalu mendampingi, memberikan perlindungan dan berkat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi.

2. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

4. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika. 5. Bapak Dr. Yansen Marpaung selaku dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, kritik, saran, serta arahan dengan sabar dan teliti kepada penulis selama penyusunan dan penyelesaian skripsi.

6. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang dengan tulus dan sabar membagikan ilmu dan membimbing penulis.

7. Para karyawan dan staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma.


(14)

xi

8. Bapak HB. Sartana, S.Pd. selaku Kepala SMP Budi Mulia Minggir, Sleman, Yogyakarta.

9. Ibu Naniek Praptiwidiyati, S.Pd. selaku guru bidang studi matematika yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian.

10. Segenap Guru dan Karyawan di SMP Budi Mulia Minggir, Sleman, Yogyakarta yang telah membantu penulis ketika melaksanakan penelitian sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar.

11. Siswa-siswi kelas VIII-B SMP Budi Mulia Minggir, Sleman, Yogyakarta selaku subyek dalam penelitian ini, yang telah banyak membantu dan berpartisipasi selama pelaksanaan penelitian.

12. Kedua orang tua terkasih, Bapak Suwito dan Ibu Ninik Kurniawati yang senantiasa mendoakan, mencintai, menyayangi, dan memotivasi, serta adiku tercinta Seno Ajie Phion Kurniawan yang selalu membantu, mendukung, dan mendoakan kepada penulis selama menempuh studi. 13. Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Matematika 2012 terutama

kelas C yang telah memberi pengalaman, semangat, dan motivasi kepada penulis.

14. Sahabat-sahabat ketika kuliah Dian, Asri, Sasi, Litta, Yovita, Selly, Venta, Indah Widya, Risa, Ririn, sahabat-sahabat ketika SMP Defirra, Sheirly dan Arif, serta sahabat-sahabat ketika SMA Meylisa dan Lydia yang selalu ada disaat suka dan duka memberi semangat tiada henti kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

15. Teman spesial Bartolomeus Delfian Wicaksono A.Md. yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan memberikan semangat kepada penulis. 16. Teman-teman kos Griya Amada Mba Sepen, Mba Eki, Yanti, Venta, Risa,

dan Ririn yang sudah banyak membantu dan memberi semangat kepada penulis.

17. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(15)

(16)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS . vii ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR BAGAN DAN GRAFIK ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Batasan Istilah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 22

F. Manfaat Penelitian ... 22

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 24

A. Belajar ... 24

B. Pembelajaran ... 27

C. Motivasi Belajar ... 27

D. Hasil Belajar ... 30


(17)

xiv

F. Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing ... 32

G. Kelebihan dan Kelemahan Tipe Snowball Throwing ... 33

H. Analisis Hubungan Karakteristik Materi Turunan Fungsi Aljabar Dengan Snowball Throwing ... 36

I. Penelitian yang Relevan ... 37

J. Kerangka Berpikir Penelitian ... 39

K. Analisis Hubungan Karakteristik Materi Bangun Ruang Sisi Datar Limas dengan Snowball Throwing ... 41

L. Hipotesis Tindakan ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43

A. Jenis Penelitian ... 43

B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 46

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46

D. Populasi dan Sampel ... 46

E. Variabel Penelitian ... 47

F. Rancangan Penelitian ... 47

G. Instrumen Penelitian ... 50

H. Teknik Analisis Data ... 61

I. Validitas Instrumen ... 68

J. Indikator Keberhasilan ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 72

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 72

B. Hasil Penelitian ... 73

C. Analisis Data ... 83

D. Pembahasan ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 99


(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 51

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuisioner Motivasi Belajar Awal ... 52

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuisioner Motivasi Belajar Akhir ... 55

Tabel 3.4 Kisi-kisi lembar observasi ... 60

Tabel 3.5 Kriteria Skor Ketuntasan Individu ... 62

Tabel 3.6 Pedoman Penskoran Lembar Observasi ... 64

Tabel 3.7 Kriteria Persentase Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif terhadap Pembelajaran ... 65

Tabel 3.8 Pedoman Penskoran ... 67

Tabel 3.9 Kriteria Motivasi Belajar ... 68

Tabel 3.10 Indikator Keberhasilan ... 70

Tabel 4.1 Hasil Pre-test Siswa ... 73

Tabel 4.2 Data Kuisioner Motivasi Awal Siswa ... 74

Tabel 4.3 Hasil Observasi Kelompok Aspek Afektif Siswa Siklus I ... 78

Tabel 4.4 Hasil Post-Test Siklus I ... 78

Tabel 4.5 Hasil Observasi Kelompok Aspek Afektif Siswa Siklus II ... 80

Tabel 4.6 Hasil Post-Test Siklus II ... 81

Tabel 4.7 Perbandingan Post-Test Siklus I dan Siklus II ... 85

Tabel 4.8 Perbandingan Persentase Hasil Belajar Aspek Afektif Siswa Siklus I dan Siklus II ... 87


(19)

xvi

DAFTAR BAGAN DAN GRAFIK

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 40

Gambar 3.1 Desain PTK Model Kemmis dan Mc Taggart ... 44

Gambar 4.6 Grafik Persentase Motivasi Awal Siswa ... 84

Gambar 4.7 Grafik Persentase Motivasi Akhir Siswa ... 85

Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Persentase Motivasi Awal dan Motivasi Akhir Siswa ... 89

Gambar 4.9 Grafik Perbandingan Ketercapaian Motivasi Awal dan Motivasi Akhir ... 90

Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Nilai Kognitif Siswa Siklus I dan Siklus II ... 92

Gambar 4.11 Grafik Perbandingan Persentase Ketuntasan Siswa Siklus I dan Siklus II ... 92

Gambar 4.12 Grafik Perbandingan Persentase Hasil Belajar Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II ... 95

Gambar 4.13 Grafik Ketercapaian Persentase Hasil Belajar Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II ... 96


(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kubus ... 14

Gambar 1.2 Balok ... 15

Gambar 1.3 Prisma ... 16

Gambar 1.4 Limas ... 17

Gambar 1.5 Limas Berdasarkan Bentuk Alasnya ... 18

Gambar 1.6 Limas Beraturan dan Sembarang ... 18

Gambar 1.7 Bidang Sisi Limas ... 19

Gambar 1.8 Rusuk Limas ... 19

Gambar 1.9 Titik Sudut Limas ... 20

Gambar 1.10 Diagonal Bidang Limas ... 20

Gambar 1.11 Bidang Diagonal Limas ... 21

Gambar 4.1 Siswa berdiskusi dalam mengerjakan LDS ... 75

Gambar 4.2 Ketua kelompok sedang mendengarkan penjelasan dari peneliti dan anggota kelompok berdiskusi mengerjakan LDS ... 76

Gambar 4.3 Siswa mengerjakan post-test siklus I ... 77

Gambar 4.4 Siswa membuat soal untuk kegiatan Snowball Throwing siklus II ... 82

Gambar 4.5 Siswa mengerjakan soal yang telah ditukar dengan kelompok lain ... 82


(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Silabus Pembelajaran ... 105

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 107

Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 117

Lampiran 4 : Lembar Diskusi Siswa Unsur Limas ... 126

Lampiran 5 : Lembar Diskusi Siswa Luas Permukaan Limas ... 130

Lampiran 6 : Lembar Diskusi Siswa Volume Limas ... 135

Lampiran 7 : Lembar Diskusi Siswa Luas Permukaan dan SnowballThrowing ... 137

Lampiran 8 : Lembar Diskusi Siswa Volume Limas dan SnowballThrowing ... 138

Lampiran 9 : Kunci Jawaban LDS Unsur Limas ... 139

Lampiran 10 : Kunci Jawaban LDS Luas Permukaan ... 143

Lampiran 11 : Kunci Jawaban LDS Volume Limas ... 148

Lampiran 12 : Kunci LDS Siklus I ... 149

Lampiran 13 : Kunci Jawaban LDS Siklus II ... 150

Lampiran 14 : Kisi-kisi Soal Post-test Siklus I ... 151

Lampiran 15 : Soal Post-test Siklus I ... 153

Lampiran 16 : Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Soal Post-test Siklus I ... 156

Lampiran17 :Kisi-kisi Soal Post-test Siklus II ... 158

Lampiran 18 : Soal Post-test Siklus II ... 160

Lampiran 19 : Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Soal Post-test Siklus II ... 161

Lampiran 20 : Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Awal ... 163

Lampiran 21 : Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Akhir ... 166

Lampiran 22 : Kuesioner Motivasi Awal ... 171

Lampiran 23 : Kuesioner Motivasi Akhir ... 174


(22)

xix

Lampiran 25 : Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 180 Lampiran 26 : Lembar Observasi Siswa Siklus II ... 182 Lampiran 27 : Hasil Tes Aspek Kognitif Siklus I dan Siklus II ... 184 Lampiran 28 : Tabel Hasil Motivasi Awal ... 185 Lampiran 29 : Tabel Hasil Motivasi Akhir ... 186 Lampiran 30 : Sampel Hasil Kognitif Post-test I ... 187 Lampiran 31 : Sampel Hasil Kognitif Post-test II ... 191 Lampiran 32 : Sampel Soal Snowball Throwing Siklus I ... 195 Lampiran 33 : Sampel Soal Snowball Throwing Siklus II ... 196 Lampiran 34 : Sampel Kuesioner Motivasi Awal ... 197 Lampiran 35 : Sampel Kuesioner Motivasi Akhir ... 200 Lampiran 36 : Sampel Lembar Diskusi Siswa Unsur Limas ... 203 Lampiran 37 : Sampel Lembar Diskusi Siswa Luas Permukaan Limas . 206 Lampiran 38 : Sampel Lembar Diskusi Siswa Volume Limas ... 211 Lampiran 39 : Sampel Lembar Diskusi Snowball Throwing Siklus I ... 213 Lampiran 40 : Sampel Lembar Diskusi Siswa Snowball Throwing Siklus

II ... 214 Lampiran 41 : Kisi-kisi Soal Pre-test ... 215 Lampiran 42 : Soal Pre-test ... 217 Lampiran 43 : Kunci Jawaban Soal Pre-test ... 219 Lampiran 44 : Surat Izin Observasi dan Penleitian ... 222 Lampiran 45 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 223


(23)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan kita. Pendidikan memiliki efek langsung yaitu mendapatkan pengetahuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian dan Kebudayaan, 2011) Pendidikan adalah proses, cara perbuatan mendidik. Pendidikan adalah sebuah proses pembelajaran bagi setiap individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan yang diperoleh secara formal tersebut berakibat pada setiap individu yaitu memiliki pola pikir, perilaku dan akhlak yang sesuai dengan pendidikan yang diperolehnya.

Keberhasilan dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain guru sebagai fasilitator dan motivator, sarana dan prasarana yang digunakan, dan juga adanya minat dari siswa itu sendiri. Peran guru sebagai motivator adalah memberi motivasi kepada siswa agar mereka melakukan kegiatan belajar kehendak sendiri sesuai dengan tujuan belajar yang ditetapkan dalam kurikulum. Peran guru sebagai fasilitator adalah memfasilitasi siswa agar dapat belajar dengan mendayagunakan potensi yang mereka miliki. Cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk memfasilitasi siswa antara lain dengan menciptakan lingkungan belajar kondusif dan memberikan bimbingan pada saat kegiatan belajar (Sardiman, 2004).


(24)

Sebagai fasilitator dan motivator, guru yang merupakan salah satu unsur kependidikan yang harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang (Sardiman, 2007). Guru selalu menginginkan bahwa tujuan pengajarannya berhasil. Maksudnya bahwa materi pelajaran yang disampaikan dapat diterima dengan baik bahkan dipahami oleh siswanya. Oleh karena itu seorang guru harus mempunyai kemampuan mengajar yaitu kemampuan yang tidak hanya menyampaikan materi saja kepada siswanya, tetapi bagaimana agar siswa dapat tertarik, aktif dan semangat dalam memahami materi yang diajarkan dalam proses belajar mengajar.

Dalam kegiatan pembelajaran, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah siswa yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mata pelajaran. Menurut teori Gestalt dalam Susanto (2013), belajar merupakan suatu proses perkembangan. Artinya bahwa secara kodrati jiwa raga anak mengalami perkembangan. Perkembangan sendiri memerlukan sesuatu baik yang berasal dari diri siswa sendiri maupun pengaruh dari lingkungannya. Berdasarkan teori ini hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya. Pertama, siswa; dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan; yaitu sarana


(25)

dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, keluarga, dan lingkungan. Tujuan pembelajaran akan tercapai apabila mengoptimalkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Peningkatan hasil belajar dapat dilakukan dengan cara memotivasi siswa baik motivasi dari dalam diri siswa maupun dari luar siswa. Salah satu cara untuk meningkatkan motivasi adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dengan tujuan dapat merangsang agar siswa aktif dan antusias dalam proses pembelajaran, sebagai contoh penggunaan metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai tipe seperti: jigsaw, team games tournament, number head together, snowball throwing, dan lain sebagainya.

Hasil observasi dan wawancara di SMP Budi Mulia Minggir Sleman, menyatakan bahwa kurangnya motivasi dan hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika, salah satu penyebabnya adalah siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran, siswa tidak mengerjakan soal yang diberikan guru, metode pembelajaran matematika yang monoton sehingga gairah siswa untuk mengikuti pembelajaran matematika sangat rendah. Siswa yang termotivasi dan ingin berprestasi akan mempersiapkan diri sebelum proses pembelajaran dimulai, misalnya siswa mempersiapkan buku, alat tulis, dan lain sebagainya.

Dari permasalahan tersebut maka tercetuslah sebuah gagasan dari peneliti bahwa seorang guru perlu menentukan metode pembelajaran yang tepat agar mencapai tujuan yang diharapkan. Metode pembelajaran yang tepat


(26)

itu maksudnya metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur dan saling berinteraksi satu sama lain secara aktif, dan efektif melalui sebuah model pembelajaran yang disebut kooperatif.

Penggunan model pembelajaran kooperatif di sekolah memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan berorientasi pada optimalnya kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif melalui dukungan guru dan siswa dalam pembelajaran. Selain kelebihan, model pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan. Menurut Lie (2010) banyak pengajar hanya membagi siswa dalam kelompok lalu memberi tugas kepada siswa lalu diminta untuk menyelesaikan tanpa pedoman mengenai cara penyelesaian tugas tersebut. Akibatnya, siswa merasa ditinggal sendiri dansiswa merasa bingung karena tidak ada pedoman untuk menyelesaikan tugas tersebut. Selain itu, model pembelajaran kooperatif menuntut kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan mengawasi proses kerjasama dalam belajar yang dilakukan oleh siswa. Profesioanlisme guru dalam menggunakan model pembelajaran tersebut sangat menentukan kesadaran siswa untuk mengikuti pembelajaran melalui strategi kelompok.

Peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika pada materi bangun ruang sisi datar. Snowball throwing adalah suatu metode pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok, yang diwakili ketua kelompok


(27)

untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh (Kisworo, 2008), dan penilaian akhir berupa tes tertulis. Melempar disini maksudnya adalah menukar kertas berisi soal yang telah dibuat siswa ke siswa lain untuk diselesaikan.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengambil

judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball

Throwing untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Limas Kelas VIII-B SMP Budi Mulia Minggir Sleman Tahun Ajaran 2015/2016”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII-B SMP Budi Mulia Minggir Sleman?

2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-B SMP Budi Mulia Minggir Sleman?


(28)

C. Batasan Masalah

Agar dapat menemukan jawaban dari suatu masalah dengan efisien dan terarah, maka diperlukan suatu batasan masalah yang akan dikaji secara mendalam. Pada penelitian ini, batasan masalahnya adalah sebagai berikut. 1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-B SMP Budi Mulia Minggir

Sleman semester genap tahun pelajaran 2015/2016 dengan banyak siswa 20 orang.

2. Objek penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kurikulum yang digunakan adalah KTSP

b. Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu luas permukaan permukaan dengan Standar Kompetensi: Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya

c. Motivasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah minat siswa dalam mempelajari bangun ruang sisi datar yang diukur melalui angket/kuisioner yang diberikan kepada siswa.

d. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aspek kognitif dan aspek afektif, aspek kognitif diketahui melalui hasil tes tertulis dalam bentuk soal essai sebanyak 8 soal, sedangkan aspek afektif diketahui melalui lembar observasi.


(29)

D. Batasan Istilah

1. Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku. Maksutnya adalah dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa, yang belum terampil menjadi terampil. Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari (Suprijono, 2009). Dapat dikatakan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan dalam konteks ini adalah guru dengan siswanya, sehingga terjadi interaksi antara keduanya.

2. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang jenisnya berkelompok yang lebih dipimpin oleh guru, dimana guru memberikan masalah-masalah, pertanyaan-pertanyaan kepada kelompok-kelompok siswa yang telah dibentuk. Diakhir kegiatan berkelompok biasanya guru memberi tugas yang harus diselesaikan. Pembelajaran kooperatif menekankan pada keterlibatan siswa secara lebih aktif baik secara fisik maupun mental.

3. Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing

Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing merupakan pembelajaran dimana siswa di kelas dibentuk menjadi beberapa kelompok


(30)

dan masing-masing memiliki ketua. Masing-masing ketua berkumpul dengan guru untuk dijelaskan materi yang akan dibahas pada hari tersebut, setelah itu ketua kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan materi yang telah disampaikan guru. Selanjutnya, anggota kelompok membuat soal beserta jawabannya dan soal dibentuk menjadi sebuah bola menyerupai bola salju yang akan ditukar ke kolmpok lain dengan melemparnya. Kelompok yang menerima soal tersebut harus menjawab pertanyaan yang ada dalam gelindingan bola, begitu seterusnya.

4. Motivasi

Menurut Sardiman (2008) motivasi berawal dari kata “motif” , diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagau daya penggerak dari dalam dan dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai

suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan

sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu (i) kebutuhan, (ii) dorongan, dan (iii) tujuan (Arikunto, 2010). Menurut Sardiman (2008) motivasi memiliki tiga fungsi yaitu:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.


(31)

2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha pencapaian prestasi. Seorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

Menurut Uno (2007) motivasi dibedakan menjadi dua macam yaitu:

a. Motivasi Instrinsik

Motivasi instrinsik timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, atau sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Motivasi instrinsik dapat ditimbulkan dengan menumbuhkan dan mengembangkan minat terhadap bidang studi yang relevan. Sebagai contoh, memberitahukan sasaran yang hendak dicapai dalam bentuk tujuan instruksional pada


(32)

saat pembelajaran akan dimulai yang menimbulkan motivasi keberhasilan mencapai sasaran.

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri individu tanpa adanya rangsangan dari luar (Siregar dan Hartini, 2011). Motivasi intrinsik yang terdapat dalam diri siswa berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Misalnya keinginan untuk mendapat ketrampilan tertentu, memperoleh informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, menyadari sumbangannya terhadap usaha kelompok, keinginan diterima oleh orang lain, dan lain-lain (Hamalik, 2003).

Pada aktivitas belajar, motivasi intrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan aktivitas belajar terus menerus. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan dimasa mendatang (Djamarah,2011). b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan yang timbul karena melihat manfaatnya.


(33)

Berikut beberapa hal yang dapat menimbulkan motivasi ekstrinsik, yaitu (Uno, 2007):

a. Anak didik

Pendidik memerlukan anak didiknya, sebagai manusia yang berpribadi, menghargai pendapatnya, pikirannya, perasaannya, maupun keyakinannya.

a. Metode

Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan kegiatan dalam kependidikan.

b. Bimbingan

Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga pengarahan kepada anak didiknya dan membantu apabila mengalami kesulitan, baik yang bersifat pribadi maupun akademis.

c. Pengetahuan yang luas

Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan penguasaan bidang studi atau materi yang diajarkan kepada peserta didiknya. d. Profesionalisme guru dalam profesinya

Pendidik harus mempunyai rasa cinta dan sifat pengabdian kepada profesinya sebagai pendidik.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang keluar dari dalam diri sesorang untuk melakukan sesuatu agar tujuan yang diinginkan tercapai.


(34)

5. Hasil Belajar

Menurut Suprijono (2011), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne (Suprijono, 2011) hasil belajar berupa:

1) Informasi verbal 2) Keterampilan intektual 3) Strategi kognitif 4) Keterampilan motorik 5) Sikap

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004). Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989). Dari beberapa pendapat tersebut, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.


(35)

6. Bangun Ruang Sisi Datar

Nur (2012) dalam bukunya yang berjudul Asiknya Belajar Bangun Ruang Sisi Datar mendefinisikan bahwa bangun ruang adalah suatu bangun tiga dimensi yang memiliki volume atau isi. Sedangkan bangun ruang sisi datar adalah bangun ruang yang memiliki sisi berbentuk datar (bukan sisi lengkung).

Bagian-bagian sebuah bangun ruang dijelaskan sebagai berikut. 1. Bidang sisi

Yakni bidang/sisi pada bangun ruang yang membatasi wilayah antara ruang satu dengan ruang lainnya.

2. Rusuk

Yakni pertemuan dua bidang sisi berupa ruas garis. 3. Titik sudut

Yakni titik hasil pertemuan dua rusuk atau lebih pada sebuah bangun ruang.

4. Diagonal sisi

Yakni garis yang merupakan diagonal dari sisi pada bangun ruang tersebut.

5. Bidang diagonal

Yakni bidang datar yang terbentuk dari diagonal sisi dan rusuk. 6. Diagonal ruang


(36)

Macam-macam bangun ruang sisi datar: a. Kubus

Kubus adalah bangun ruang yang semua sisinya berbentuk persegi dan memiliki rusuk-rusuk yang sama panjang.

Gambar 1.1 Kubus Kubus memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1) Banyak bidang sisi pada kubus ada 6 yang berbentuk persegi dengan ukuran panjang dan luas yang sama.

2) Mempunyai 8 titik sudut.

3) Mempunyai 12 rusuk yang sama panjang. 4) Semua sudutnya siku-siku.

5) Mempunyai 12 diagonal sisi dengan ukuran yang sama panjang. 6) Mempunyai 4 diagonal ruang dengan ukuran yang sama panjang. 7) Mempunyai 6 bidang diagonal yang berbentuk persegi panjang.

b. Balok

Balok adalah bangun ruang yang memiliki tiga pasang sisi berhadapan yang sama bentuk dan ukurannya dimana setiap sisinya berbentuk persegi panjang.


(37)

Gambar 1.2 Balok Balok memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1) Mempunyai 6 bidang sisi berbentuk persegi panjang.

2) Balok memiliki 12 rusuk. Rusuk-rusuk yang sejajar memiliki ukuran yang sama panjang.

3) Setiap diagonal bidang pada sisi yang berhadapan memiliki ukuran yang sama panjang.

4) Memiliki 8 titik sudut.

5) Seluruh sudut pada balok adalah siku-siku.

6) Mempunyai 4 diagonal ruang dan 12 diagonal bidang.

7) Setiap diagonal ruang pada balok memiliki ukuran yang sama panjang.

8) Setiap bidang diagonal pada balok memiliki bentuk persegi panjang.

c. Prisma

Prisma adalah bangun ruang yang memiliki alas dan atap yang sama bentuk dan ukurannya. Semua sisi tegak prisma berbentuk persegi panjang. Jenis prisma bermacam-macam sesuai dengan alas


(38)

dan atapnya. Misalnya adalah prisma segiempat (biasa disebut balok), prisma segitiga, prisma trapesium, dan lain-lain.

Gambar 1.3 Prisma Segitiga dan Prisma Segilima Sebuah prisma memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1) Prisma memiliki bentuk alas dan atap yang kongruen. 2) Setiap sisi samping prisma berbentuk persegi panjang. 3) Prisma memiliki rusuk tegak.

4) Setiap diagonal bidang pada sisi yang sama memiliki ukuran yang sama.

d. Limas

Limas adalah bangun ruang yang terdiri dari bidang alas dan bidang sisi tegak yang berbentuk segitiga. Ada berbagai macam limas. Contohnya, limas segiempat, limas segitiga, limas segilima, dan lain-lain.


(39)

Gambar 1.4 Limas Segitiga Sebuah limas segi-n memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 1) Alasnya berbentuk segi-n.

2) Memiliki banyak sisi dengan rumus n+1 3) Memiliki banyak titik sudut dengan rumus n+1 4) Memiliki banyak rusuk dengan rumus 2n

7. Bangun Ruang Sisi Datar Limas

Limas adalah bangun ruang yang alasnya berbentuk segi banyak (segitiga, segiempat, atau segilima) dan bidang sisi tegaknya berbentuk segitiga yang berpotongan pada satu titik. Titik potong dari sisi-sisi tegak limas disebut titik puncak limas (Nuharini, 2008). Seperti halnya prisma, limas juga diberi nama berdasarkan bentuk bidang alasnya. Jika alasnya berbentuk segitiga maka limas tersebut dinamakan limas segitiga. Jika alas suatu limas berbentuk segilima beraturan maka limas tersebut dinamakan limas segilima beraturan.


(40)

Gambar 1.5 Limas Berdasarkan Bentuk Bidang Alasnya

Berdasarkan bentuk alas dan sisi-sisi tegaknya limas dapat dibedakan menjadi limas segi-n beraturan dan limas segi-n sembarang seperti gambar berikut.

Gambar 1.6 Limas Beraturan dan Sembarang

Nur (2012) dalam bukunya dalam yang berjudul Asiknya Belajar Bangun Ruang Sisi Datar menyebutkan bagian-bagian limas sebagai berikut.


(41)

1. Bidang sisi limas

Gambar 1.7 Bidang Sisi Limas

Limas segilima diatas memiliki 6 bidang sisi, yaitu: TPQ, TQR, TRS, TSO, TOP, dan OPQRS.

2. Rusuk Limas

Gambar 1.8 Rusuk Limas

Limas segilima memiliki 10 rusuk, yaitu: TO, TP, TQ, TR, TS, OP, PQ, QR, RS, dan SO.


(42)

3. Titik Sudut

Gambar 1.9 Titik Sudut Limas

Limas segilima memiliki 6 titik sudut, yaitu: T, Q, P, Q, R, dan S. 4. Diagonal Bidang

Gambar 1.10 Diagonal Bidang Limas

Limas segilima memiliki 5 diagonal bidang, yaitu: OQ, QR, OR, PS, PR, dan QS.


(43)

5. Bidang Diagonal

Gambar 1.11 Bidang Diagonal Limas

Limas segilima memiliki 5 bidang diagonal, yaitu: TOQ, TOR, TPS, TPR dan TQS. Selain bagian-bagian dari limas Nur (2012:47) menyebutkan ciri-ciri limas sebagai berikut.

1) Alasnya berbentuk segi-n.

2) Memiliki banyak sisi dengan rumus n+1 3) Memiliki banyak titik sudut dengan rumus n+1 4) Memiliki banyak rusuk dengan rumus 2n

Luas permukaan limas adalah jumlah semua luas bidang sisi pada limas. Jadi cara mencari luas permukaan limas sebagai berikut.

Selain luas permukaan limas juga memiliki volume. Cara mencari volume limas sebagai berikut.

� � �� �� � � = � � � + � � ���


(44)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII di SMP Budi Mulia Minggir Sleman melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi turunan bangun ruang sisi datar kelas VIII di SMP Budi Mulia Minggir Sleman melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini di harapkan mampu memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika, terutama terhadap peningkatan hasil belajar matematika siswa. Serta secara khusus penelitian ini memberikan kontribusi pada strategi pembelajaran matematika yang berupa pergeseran dari pembelajaran yang tidak hanya mementingkan hasil menuju pembelajaran tetapi juga mementingkan prosesnya.

b. Manfaat Praktis 1. Guru bidang studi

a. Membuat guru lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan proses pembelajaran matematika.

b. Meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran matematika.


(45)

c. Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang sistem pembelajaran dan juga sebagai alternatif dalam memilih metode pembelajaran yang akan dilakukan.

2. Siswa

a. Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, kreatif, serta berani mengemukakan pendapat dalam suatu proses pembelajaran matematika.

b. Meningkatkan motivasi siswa terhadap pembelajaran matematika. c. Meningkatkan hasil belajar dan menambah pemahaman siswa

dalam pembelajaran matematika. 3. Peneliti

Untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan metode pembelajaran Snowball Throwing yang diterapkan langsung pada ruang kelas.


(46)

24 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya (Sardiman, 2007). Proses perubahan dari belum mampu ke arah sudah mampu, dan proses perubahan itu terjadi selama jangka waktu tertentu (Winkel, 2004). Woolfolk (1990) menyatakan bahwa belajar adalah proses yang terjadi ketika pengalaman menyebabkan perubahan yang relatif permanen dalam pengetahuan atau perilaku dalam seorang individu.

Secara umum dapat dikatakan bahwa belajar merupakan perubahan yang terjadi dari belum tahu menjadi tahu, yang belum mengerti menjadi mengerti, intinya perubahan tersebut mengarah ke tujuan yang lebih baik. Sadirman A.M. (2007) dalam bukunya yang berjudul Interaksi dan

Motivasi Belajar Mengajar mengemukakan tujuan belajar ada 3 jenis yaitu: a. Untuk mendapatkan pengetahuan

Kemampuan berpikir tidak akan berkembang jika tidak ada pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan.


(47)

b. Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterlampilan.

c. Pembentukan sikap

Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai, transfer of values. Oleh karena itu, guru

tidak sekedar “pengajar”, tetapi benar-benar sebagi pendidik yang akan

memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya.

2. Prinsip Belajar

Menurut Suprijono (2009), terdapat 3 prinsip belajar yaitu:

a) Prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:

1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari.

2) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. 3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.

4) Positif atau berakumulasi.

5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan. 6) Permanen atau tetap

7) Bertujuan dan terarah.


(48)

b) Belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistematik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar. Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.

3. Tujuan Belajar

Menurut Suprijono (2009) tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional. Bentuknya berupa, kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya.

Menurut Sardiman A.M. (2007) tujuan belajar itu ada tiga jenis yaitu: 1. Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan keampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan.

2. Pemahaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan memang dapat dididik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan.


(49)

3. Pembentukan sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk ini dibutuhkan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan bepikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.

B. Pembelajaran

Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari (Suprijono, 2009). Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut pengertian ini, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, serta pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik (Susanto, 2013).

C. Motivasi Belajar

Motivasi adalah proses umum dimana perilaku dimulai dan diarahkan menuju sebuah tujuan (Woolfoolk, 1990). Suprijono (2009) dalam bukunya mengatakan bahwa motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat, belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi adalah


(50)

perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Dalam kegitan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2007). Pada dasarnya motivasi belajar adalah dorongan yang muncul dari dalam diri seseorang untuk mencapai sesuatu. Motivasi muncul ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku seseorang. Motivasi dapat menumbuhkan percaya diri, semangat, dsb.

Menurut Sardiman (2008) motivasi berawal dari kata “motif” , diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu (i) kebutuhan, (ii) dorongan, dan (iii) tujuan (Arikunto, 2010). Menurut Sardiman (2008) motivasi memiliki tiga fungsi yaitu:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.


(51)

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha pencapaian prestasi. Seorang melakukan suatu usaha karena adanya mtoivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

Menurut Sardiman (2008), motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh konkret, seorang siswa itu melakukan belajar, karena benar-benar ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi seoarang terdidik dan berpengetahuan. Jadi memang motivasi itu


(52)

muncul dari kesadaran diri sendiri untuk mencapai tujuan, bukan sekedar simbol atau seremonial.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh sesorang itu belajar, karena tahu bahwa besok pagi akan diadakan ulangan harian dengan harapan mendapat nilai baik, sehingga akan dipuji oleh orang tua, atau temannya. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang keluar dari dalam diri sesorang untuk melakukan sesuatu agar tujuan yang diinginkan tercapai.

D. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto, 2013). Menurut Suprijono (2011), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian- pengertian, sikap-sikap apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne (Suprijono, 2011) hasil belajar berupa:


(53)

2) Keterampilan intektual 3) Strategi kognitif 4) Keterampilan motorik 5) Sikap

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004). Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989). Dari beberapa pendapat tersebut, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

E. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Suprijono (2009) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru


(54)

menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaiakan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.

F. Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing

Snowball Throwing adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana murid dibentuk dalam beberapa kelompok yang heterogen kemudian masing-masing kelompok dipilih ketua kelompoknya untuk mendapat tugas dari guru lalu masing-masing murid membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) kemudian dilempar ke murid lain yang masing-masing murid menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh (Hizbullah,2011).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Snowball Throwing adalah suatu model pembelajaran yang membagi murid dalam beberapa kelompok, yang nantinya masing-masing anggota kelompok membuat sebuah pertanyaan pada selembar kertas dan membentuknya seperti bola, kemudian bola tersebut dilempar ke murid yang lain selama durasi waktu yang ditentukan, yang selanjutnya masing-masing murid menjawab pertanyaan dari bola yang diperolehnya. Maksud dari “dilempar” itu sendiri ialah menukar ide atau soal yang telah dibuat ke orang lain untuk diselesaikan.


(55)

G. Kelebihan dan Kelemahan Tipe Snowball Throwing

Model Snowball Throwing memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan yang ditemukan dalam pelaksanaan pembelajaran model Snowball Throwing menurut Suprijono (Hizbullah, 2011) diantaranya: “(1) Melatih

kedisiplinan murid; dan (2) Saling memberi pengetahuan”. Sedangkan

menurut Safitri (2011) kelebihan model Snowball Throwing antara lain :

1. Melatih kesiapan murid dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan.

2. Murid lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena murid mendapat penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh guru serta mengerahkan penglihatan, pendengaran, menulis dan berbicara mengenai materi yang didiskusikan dalam kelompok.

3. Dapat membangkitkan keberanian murid dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman lain maupun guru.

4. Melatih murid menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik.

5. Merangsang murid mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut.

6. Dapat mengurangi rasa takut murid dalam bertanya kepada teman maupun guru.

7. Murid akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan suatu masalah.


(56)

8. Murid akan memahami makna tanggung jawab.

9. Murid akan lebih bisa menerima keragaman atau heterogenitas suku, sosial,budaya, bakat dan intelegensia.

10. Murid akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya.

Selain itu, model ini juga memiliki kelemahan sebagaimana yang dirumuskan oleh Suprijono (Hizbullah, 2011) diantaranya: “(1) Pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar murid; dan (2) Kurang efektif digunakan untuk semua materi pelajaran”.

Tetapi kelemahan dalam penggunaan metode ini dapat tertutupi dengan cara: 1. Guru menerangkan terlebih dahulu materi yang akan didemontrasikan

secara singkat dan jelas disertai dengan aplikasinya.

2. Mengoptimalisasi waktu dengan cara memberi batasan dalam pembuatan kelompok dan pembuatan pertanyaan.

3. Guru ikut serta dalam pembuatan kelompok sehingga kegaduhan bisa diatasi.

4. Memisahkan grup anak yang dianggap sering membuat gaduh dalam kelompok yang berbeda.

5. Tapi tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan pemberiaan kuis individu dan penghargaan kelompok.

Langkah-langkah pembelajaran yang ditempuh dalam melaksanakan Model Snowball Throwing sebagaimana dikemukakan Suprijono (Hizbullah, 2011) adalah sebagai berikut:


(57)

2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran.

3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada teman kelompoknya.

4. Kemudian masing-masing murid diberi satu lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu murid ke murid yang lain selama kurang lebih 5 menit.

6. Setelah tiap murid mendapat satu bola/satu pertanyaan, diberikan kesempatan kepada murid untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

7. Guru bersama dengan murid memberikan kesimpulan atas meteri pembelajaran yang diberikan.

8. Guru memberikan evaluasi sebagai bahan penilaian pemahaman muridakan materi pembelajaran.

9. Guru menutup pembelajaran dengan memberikan pesan-pesan moral dan tugas di rumah.


(58)

H. Analisis Hubungan Karakteristik Materi Bangun Ruang Sisi Datar Limas Dengan Snowball Throwing

Materi bangun ruang sisi datar merupakan salah satu materi yang diajarkan di bangku SMP kelas VIII. Pembelajaran yang menarik akan memotivasi siswa untuk mengikuti dinamika kelas. Motivasi akan mempengaruhi hasil belajar. Jika pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah dan terkesan monoton, maka akan menimbulkan kebosanan pada diri siswa dan tidak ada gairah untuk mengikuti pembelajaran sehingga mereka tidak menyerap dengan baik materi yang telah disampaikan oleh guru dikelas. Oleh karena itu pembelajaran bangun ruang sisi datar dengan menggunakan snowball throwing diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Setitit (2015) dalam

penelitiannya dengan judul “penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Snowball Throwing untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta pada materi sistem hormon manusia” menemukan bahwa ada peningkatan motivasi siswa dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok,Sleman, Yogyakarta pada materi sistem hormon manusia. Kusuma (2015) dalam penelitiannya berjudul “penerapan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 11 Yogyakarta pada materi ekosistem” juga menunjukkan bahwa motivasi siswa yang diketahui dari kuisioner yang diisi oleh siswa terjadi peningkatan persentase motivasi


(59)

dari siklus I ke siklus II, yaitu sebesar 59,37% menjadi 81,25%. Persentasi motivasi siswa yang termasuk ke dalam tinggi ini sudah mencapai target yang dibuat oleh peneliti yaitu sebesar 70%. Hasil belajar aspek kognitif siklus I untuk rata-rata adalah 78,75 meningkat pada siklus II yaitu 82,5.

I. Penelitian yang Relevan

1. Setitit (2015) dalam penelitiannya dengan judul “penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta pada materi sistem hormon manusia” menemukan bahwa ada peningkatan motivasi siswa dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok,Sleman, Yogyakarta pada materi sistem hormon manusia.

2. Puspa, dkk (2013) dalam penelitiannya dengan judul “pengaruh model

pembelajaran Snowball Throwing terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Di Gugus Sri Kandi Kecamatan Denpasar Timur” menemukan bahwa Berdasarkan hasil analisis data terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing dengan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran Konvensional pada mata pelajaran IPA dengan materi Cahaya pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Hasil analisis penelitian yang menunjukkan thitung = 2,562 > ttabel = 2,000 dan didukung oleh perbedaan skor rata–rata yang diperoleh


(60)

antara siswa yang mendapat treatment model pembelajaran Snowball Throwing yaitu X = 83,50 >X 71,20 pembelajaran konvesional. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Gugus Sri Kandi Kecamatan Denpasar Timur 2012/2013. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. Model pembelajaran Snowball Throwing sebaiknya dikembangkan dan dilaksanakan dalam pembelajaran di sekolah agar pembelajaran berkualitas dan hasil belajar siswa optimal.

3. Intan (2015) dalam penelitiannya berjudul “penerapan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 11 Yogyakarta pada materi ekosistem” dapat dilihat bahwa motivasi siswa yang diketahui dari kuisioner yang diisi oleh siswa terjadi peningkatan persentase motivasi dari siklus I ke siklus II, yaitu sebesar 59,37% menjadi 81,25%. Persentasi motivasi siswa yang termasuk ke dalam tinggi ini sudah mencapai target yang dibuat oleh peneliti yaitu sebesar 70%. Hasil belajar aspek kognitif siklus I untuk rata-rata adalah 78,75 meningkat pada siklus II yaitu 82,5. Sedangkan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus I yaitu 59,37% meningkat pada siklus II menjadi 100% tinggi. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 11 Yogyakarta pada materi ekosistem.


(61)

J. Kerangka Berpikir Penelitian

Metode pembelajaran merupakan salah satu hal yang sangat menentukan keberhasilan dalam sebuah proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang tepat akan mempermudah siswa dalam memahami konsep yang diberikan oleh guru. Setitit (2015) dalam penelitiannya dengan judul

“penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing untuk

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta pada materi sistem hormon manusia” menemukan bahwa ada peningkatan motivasi siswa dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta pada materi sistem hormon manusia. Oleh karena itu peneliti akan menerapkannya kepada siswa kelas VIII-B SMP Budi Mulia Minggir Sleman pada materi bangun ruang sisi datar. Dalam hal ini, peneliti akan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Diharapkan model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang materi turunan fungsi.

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, dapat dituangkan dalam bagan sebagai berikut:


(62)

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Observasi Awal Siswa Kelas VIII-B

Hasil Observasi:

1. Model pembelajaran kurang bervariasi 2. Pembelajaran membosankan

3. Motivasi siswa masih kurang dalam pelajaran matematika

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing


(63)

K. Analisis Hubungan Karakteristik Materi Bangun Ruang Sisi Datar Limas dengan Snowball Throwing

Materi bangun ruang sisi datar merupakan salah satu materi yang diajarkan di bangku SMP kelas VIII. Pembelajaran yang menarik akan memotivasi siswa untuk mengikuti dinamika kelas. Motivasi akan mempengaruhi hasil belajar. Jika pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah dan terkesan monoton, maka akan menimbulkan kebosanan pada diri siswa dan tidak ada gairah untuk mengikuti pembelajaran sehingga mereka tidak menyerap dengan baik materi yang telah disampaikan oleh guru dikelas. Oleh karena itu pembelajaran bangun ruang sisi datar dengan menggunakan Snowball Throwing diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Setitit (2015) dalam penelitiannya dengan judul “penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta pada materi sistem hormon manusia” menemukan bahwa ada peningkatan motivasi siswa dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta pada materi sistem hormon manusia. Kusuma (2015) dalam penelitiannya berjudul “penerapan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 11 Yogyakarta pada materi ekosistem” juga menunjukkan bahwa motivasi siswa yang diketahui dari kuisioner yang diisi oleh siswa terjadi peningkatan persentase motivasi


(64)

dari siklus I ke siklus II, yaitu sebesar 59,37% menjadi 81,25%. Persentasi motivasi siswa yang termasuk ke dalam tinggi ini sudah mencapai target yang dibuat oleh peneliti yaitu sebesar 70%. Hasil belajar aspek kognitif siklus I untuk rata-rata adalah 78,75 meningkat pada siklus II yaitu 82,5.

L. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi bangun ruang sisi datar limas kelas VIII-B SMP Budi Mulia Minggir Sleman Tahun Ajaran 2015/2016.

2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bangun ruang sisi datar limas kelas VIII-B SMP Budi Mulia Minggir Sleman Tahun Ajaran 2015/2016.


(65)

43 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri dari siklus I dan siklus II, masing-masing siklus memiliki 4 tahapan yaitu sebagai berikut:

a. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan adalah suatu perencanaan dalam bentuk penyusunan perangkat pembelajaran berdasarkan hasil evaluasi hasil pelaksanaan prapenelitian/refleksi awal.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan adalah pelaksanaan pembelajaran di kelas sebagai guru model dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah direncanakan.

c. Observasi

Observasi adalah pengamatan atas pelaksanaan proses pembelajaran di kelas secara bersamaan (simultan) sebagai peneliti dan observasi terhadap perubahan perilaku siswa atas tindakan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan instrumen pengumpulan data.


(66)

d. Refleksi

Refleksi adalah rekomendasi atas hasil evaluasi analisis data guna ditindaklanjuti pada siklus berikutnya.

Gambar 3.1 Desain PTK Model Kemmis dan Mc Taggart

PTK paling sedikit dilaksanakan dua siklus dan setiap siklus terdiri atas empat tahap yaitu: (a) Perencanaan (planning) , (b) Pelaksanaan (acting), (c) Observasi (observation), dan (d) Refleksi (reflection). Sesudah satu siklus selesai dilaksanakan, khususnya sesudah ada refleksi, maka akan disusun perencanaan

Tindak

Lanjut Refleksi

Perencanaan

pelaksanaan& Observasi

Refleksi

Siklus II Perencanaann

pelaksanaan& Observasi Siklus I


(67)

ulang untuk dilaksanakan pada siklus selanjutnya. Perencanaan adalah tahap yang dilakukan peneliti ketika akan memulai tindakannya Pada tahap ini peneliti membuat panduan yang menggambarkan (a) apa yang harus dilakukan oleh siswa, (b) kapan dan berapa lama dilakukan, (c) dimana dilakukan, (d) peralatan atau sarana apa saja yang diperlukan, (e) jika sudah selesai apa tindakan selanjutnya. Tahap pelaksanaan adalah implementasi dari perencanaan yang sudah dibuat. Pada tahap ini peneliti harus memperhatikan hal-hal: (a) apakah ada kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan, (b) apakah proses tindakan yang dilakukan siswa cukup lancar, (c) bagaimanakah situasi proses tindakan, (d) apakah siswa melaksanakan dengan bersemangat, (e) bagaimana hasil keseluruhan dari tindakan tersebut. Tahap observasi adalah proses mencermati jalannya pelaksanaan tindakan. Hal-hal yang diamati adalah hal-hal yang sudah disebutkan dalam pelaksanaan. Pengamatan dilakukan oleh orang lain, yaitu pengamat yang diminta oleh peneliti untuk mengamati proses pelaksanaan tindakan apa yang dilakukan oleh siswa maupun peristiwanya. Tahap refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah dilakukan oleh peneliti maupun siswanya. Hal yang sangat penting diperhatikan peneliti dalam PTK adalah bahwa seluruh siswa harus dilibatkan dalam refleksi ini. Mereka diminta untuk mengingat kembali peristiwa yang terjadi ketika pelaksanaan tindakan, ditanya senang atau tidak, diminta pendapat dan usul-usul untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Refleksi ini sangat penting untuk mengetahui bagaimana peneliti melakukan PTK dan bagaimana tindak lanjut dari refleksi tersebut. Hasil refleksi


(68)

digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki perencanaan untuk siklus berikutnya.

B. Subyek dan Obyek Penelitian

Peneliti memilih subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII-B SMP Budi Mulia Minggir Sleman, sedangkan obyek dalam penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII-B SMP Budi Mulia Minggir Sleman.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Budi Mulia Minggir Sleman yang terletak di Sendang Rejo, Minggir, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55562, sedangkan waktu pengambilan data dilaksanakan selama 3 minggu yakni dari 11 April 2016 - 3 Mei 2016.

D. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Minggir Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 40 siswa.

b. Sampel

Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah siswa kelas kelas VIII-B SMP Budi Mulia Minggir, Sleman, Yogyakarta sebanyak 20 siswa.


(69)

E. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas : Model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing

2. Variabel terkait : Motivasi dan hasil belajar siswa pada materi bangun ruang sisi datar limas

F. Rancangan Penelitian

1. Rancangan Penelitian Siklus I a. Perencanaan

1) Peneliti mengidentifikasi masalah dalam pembelajaran matematika kelas VIII-B di sekolah dan menetapkan menggunakan metode Snowball Throwing.

2) Peneliti menentukan materi pokok pada kompetensi dasar yang bermasalah.

3) Menyusun format pengumpulan data objektif sekolah. 4) Menyusun kisi-kisi soal dan instrumen penelitian.

Instrumen yang digunakan adalah penilaian tes, angket/kuesioner serta lembar observasi.

5) Mengumpulkan data objektif sekolah. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siwa selama proses pembelajaran


(70)

berlangsung pada siklus I dan II, sedangkan angket diberikan pada akhir siklus I dan II.

6) Menyusun silabus, RPP

7) Membuat LKS, media pembelajaran yaitu powerpoint, dan media pelaksanaan Snowball Throwing berupa kertas yang berisi soal-soal.

b. Pelaksanaan Tindakan

1) Mengkondisikan ruang belajar bagi siswa

2) Peneliti melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran dalam RPP.

Langkah-langkah Model Pembelajaran Snowball Throwing i. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.

ii. Guru membentuk kelompok–kelompok dan memanggil masing–masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

iii. Masing–masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing–masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.

iv. Kemudian masing–masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang


(71)

menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

v. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit. vi. Setelah siswa mendapat satu bola/satu pertanyaan

diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

vii. Evaluasi viii. Penutup.

3) Melakukan penilaian atau tes siklus pertama

4) Kegiatan akhir untuk menarik simpulan, pemberian tugas, dan informasi materi pembelajaran selanjutnya.

c. Obsevasi

a) Observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran materi bangun ruang sisi datar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Snowball Throwing. Hal-hal yang perlu diobservasi adalah:

 Suasana belajar atau kondisi pada saat belajar mengajar  Keterlibatan siswa saat proses belajar mengajar

 Kesungguhan siswa saat proses belajar mengajar

b) Peneliti melakukan pengumpulan data tentang motivasi belajar siswa dengan menggunakan angket.


(72)

d. Refleksi

Refleksi dilakukan untuk mengulas kembali proses pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I, sehingga diketauhi pencapaian ketuntasan motivasi dan hasil belajar.

2. Rancangan Penelitian Siklus II

Hasil analisa akan dijadikan bahan dalam penelitian kegiatan siklus II. Langkah-langkah siklus II prinsipnya sama dengan siklus I hanya saja yang berbeda terletak pada materi dan soal-soal yang digunakan ketika Snowball Throwing berlangsung. Kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II. Indikator keberhasilan hasil belajar secara klasikal minimal 75% dari jumlah siswa yang mencapai KKM yang telah ditentukan.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpilkan data penelitian. Tanpa instrumen yang tepat, penelitian tidak akan menghasilkan sesuatu yang diharapkan (Sanjaya, 2011).

Instrumen sebagai alat untuk mengumpulkan data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 macam yaitu instrumen pembelajaran dan intrumen pengumpulan data.

a. Instrumen Pembelajaran 1) Silabus


(73)

3) Lembar Kerja Siswa (LKS) b. Instrumen Pengumpulan Data

Tabel 3.1 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data Alat pengambilan data Sumber data Cara analisis data

1. Motivasi Belajar 2. Hasil Belajar 3. Aktivitas siswa

selama proses pembelajaran Kuisioner Tes Lembar observasi Siswa Analisis Kuantitatif dan Kualitatif

1) Instrumen test

Dalam penelitian ini, soal tes digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa pada materi bangun ruang sisi datar. Tes yang digunakan adalah soal pretest dan post-test. Pretest dilaksanakan pada awal pembelajaran sebelum melakukan treatment Snowball Throwing yang digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum pelaksanaan tindakan. Sedangkan post-test dilaksanakan pada akhir pembelajaran di setiap siklus untuk mengetahui pemaham siswa setelah pelaksanaan tindakan. Bentuk tes yang digunakan dalam


(74)

penelitian ini adalah tes essai. Jumlah soal pretest dan post-test masing-masing 8 soal

2) Instrumen non tes

Teknik nontes yang digunakan peneliti adalah dengan pengamatan langsung atau observasi dan angket (kuesioner).

 Kuesioner

Metode ini merupakan metode pengumpulan data kualitatif berupa pemberian lembar kuesioner berisi pernyataan-pernyataan yang harus diisi siswa sesuai kondisi yang dialami. Angket atau kuesioner merupakan serangkaian (daftar) pernyataan tertutup yang ditujukan kepada peserta didik mengenai masalah-masalah tertentu, yang bertujuan untuk mendapat tanggapan dari siswa. Peneliti memberikan kuesioner kepada siswa dan diminta untuk mengisi sejumlah pernyataan yang paling menggambarkan motivasi belajar matematika siswa dengan memberikan tanda check-list (√) pada kolom yang telah disediakan.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuisioner Motivasi Belajar Awal

No. Aspek Indikator

Nomor Pernyataan Positif Negatif

1.

Keinginan siswa dalam belajar

Siswa senang mempelajari matematika.

1 2


(75)

materi apabila akan diadakan ulangan harian. 2. Kesungguhan dalam belajar Siswa belajar matematika karena keinginan sendiri, bukan karena disuruh orang lain.

3

Siswa membentuk kelompok belajar untuk belajar matematika.

10

Siswa mengumpulkan tugas tepat waktu.

12 18

Siswa mencatat hal-hal penting yang

disampaikan oleh guru.

13

Siswa menambahkan waktu belajar ketika nilai ulangan buruk agar dapat memperbaikinya. 14 Siswa memahami materi yang 6


(1)

7. Perhatikan gambar di bawah ini!

Sebuah atap sebuah rumah berbentuk limas dengan alasnya berupa persegi yang berukuran 8 m × 8 m dan tinggi atap 3 m. Tentukan luas permukaan atap dan banyak genteng yang di perlukan jika tiap m2 memerlukan 20 buah genteng.

8. Perhatikan gambar di bawah ini!

Sebuah souvenir berbentuk limas dengan alas persegi memiliki panjang sisi tegak 20 cm dan panjang sisi alas 12 cm, maka volume limas tersebut adalah … cm3


(2)

Lampiran 43

Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Soal Pre-test

1. 4 buah (skor 1)

2. 7 buah (skor 1)

3. Luas permukaan = L alas + 4 x luas sisi tegak = 100 + 4 x ( 1 13 (skor 2)

= 100 + (4 x 65) (skor 2)

= 100 + 260 (skor 2)

= 360 cm2(skor 1)

Jadi

Volume limas = = 1 1 (skor 2)

= 400 cm3 (skor 1) Total Skor 10

4. a) tinggi sisi tegak = √1 + 1 (skor 2)

= √ + 1 (skor 2) = √ (skor 2) = 20 cm (skor 1)

Lp = La + 4 x L sisi tegak

= + (skor 4)

= 576 + 960(skor 2)

= 1536 cm3(skor 1)

V =

= 1 (skor 2)


(3)

5. = √1 (skor 2)

=√1 3 (skor 2)

= √ (skor 2)

= 8 cm (skor 1) Total Skor 7

6. V =

560 = 1 (skor 2)

560 = (skor 2)

= (skor 2)

140 m2 = (skor 1) Total Skor 7

7.

(skor 7)

L selimut = 4 x L sisi tegak

= (skor 2)

= 80 m2(skor 1)

Banyak genteng yang dibutuhkan adalah 80 x 20 = 1600 genteng

Total Skor 12

8 10 6 3 4 5


(4)

8. T = √ 1 (skor 2)

= √ 1 (skor 2)

= √ = 16 cm (skor 3)

V = (skor 2)

= 1 (skor 2)

= 3072 cm2(skor 2) Total Skor 12


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor terstruktur untuk meningkatkan aktivitas belajar matemetika siswa (penelitian tindakan kelas di SMP Islam al-Ikhlas Cipete)

1 9 47

Pengaruh model cooperative learning tipe snowball throwing terhadap hasil belajar matematika siswa

0 34 169

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep gaya bernuansa nilai (penelitian tindakan kelas di MTs Hidayatul Islamiyah Karawang)

0 8 223

Penerapan model pembelajaran direct instruction untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep termokimia

0 2 18

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur dalam meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa SMPN 3 kota Tangerang selatan

1 12 173

Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta: studi penelitian pada siswa kelas VIII D di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta.

5 21 92

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle (ioc) untuk meningkatkan hasil belajar ips siswa kelas VII-B smp muhammadiyah 17 ciputat tahun ajaran 2014/2015

3 43 0

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair square pada materi ruang dimensi tiga untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Baubau

1 3 12

Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 (studi eksperimen) - Digital Library IAIN

0 0 22