Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.8 Perbandingan Persentase Hasil Belajar Aspek Afektif Siswa Siklus I dan Siklus II No Kategori Siklus I Siklus II 1 Sangat Tinggi 25 50 2 Tinggi 50 50 3 Sedang 25 4 Rendah 5 Sangat Rendah Berdasarkan data perhitungan observasi diatas, hasil belajar siklus I diperoleh 3 kategori yaitu kategori sangat tinggi dengan persentase 25, kategori tinggi dengan persentase 50, dan kategori rendah dengan persentase 25. Hasil belajar dalam aspek afektif dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan bahwa pada siklus I masih ada hasil belajar siswa aspek afektif kategori rendah dengan persentasi sebesar 25, sedangkan pada siklus II hasil belajar siswa aspek afektif kategori rendah sudah tidak ada atau 0, sehingga pada siklus II hasil belajar siswa aspek afektif diperoleh 2 kategori yaitu kategori sangat tinggi dan kategori tinggi dengan masing-masing persentase yang diperoleh yaitu 50.

D. Pembahasan

1. Motivasi Belajar Motivasi belajar ini dapat dilihat dari hasil lembar kuesioner yang telah diisi oleh siswa dan diolah menjadi data. Lembar kuesioner diberikan dua kali yaitu kuesioner motivasi awal diberikan sebelum pembelajaran siklus I dan kuesioner motivasi akhir diberikan setelah pembelajaran siklus II. Kuesioner motivasi awal diberikan untuk mengetahui motivasi awal siswa sebelum diberi pembelajaran Tipe Snowball Throwing dan motivasi belajar akhir diberikan untuk mengetahui motivasi siswa setelah menggunakan pembelajaran Tipe Snowball Throwing. Berikut merupakan tabel perbandingan hasil persentase motivasi awal dan motivasi akhir. Tabel 4.8 Perbandingan Persentase Motivasi Awal dan Akhir Kategori Persentase Motivasi Awal Siswa Persentase Motivasi Akhir Siswa Sangat Tinggi 15 25 Tinggi 50 60 Sedang 15 5 Rendah 5 10 Sangat Rendah 15 Jumlah 100 100 Dari data perhitungan menunjukkan bahwa ada peningkatan antara persentase motivasi awal dan akhir kategori sangat tinggi meningkat sebesar 10, kategori tinggi meningkat sebesar 10, kategoti sedang menurun sebesar 10, kategori rendah meningkat 5, dan kategori sangat rendah menurun sebesar 15. Data perbandingan persentase motivasi awal dan motivasi akhir akan lebih jelas jika dilihat pada grafik berikut ini. Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Persentase Motivasi Awal dan Motivasi Akhir Siswa Dari data tersebut dapat diketahui peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Snowball Throwing sehingga didapat ketercapaian motivasi awal siswa sebesar 65 dan ketercapaian motivasi akhir siswa sebesar 85. Hasil perhitungan menunjukkan adanya peningkatan ketercapaian motivasi awal ke motivasi akhir yaitu sebesar 20 dan ketercapaian motivasi akhir termasuk dalam kategori tinggi karena persentase yang diperoleh lebih dari 70. Dari peningkatan ketercapaian motivasi tersebut dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Berikut grafik persentase ketercapaian motivasi awal dan motivasi akhir. 10 20 30 40 50 60 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Persentase Motivasi Awal Siswa Persentase Motivasi Akhir Siswa Gambar 4.9 Grafik Perbandingan Ketercapaian Motivasi Awal dan Motivasi Akhir Selain dari hasil kuesioner, motivasi siswa juga dapat ditunjukkan dari pembelajaran Tipe Snowball Throwing pada saat siswa berdiskusi kelompok. Siswa terlihat sangat antusias, aktif bertanya kepada peneliti ketika membuat pertanyaan beserta jawabannya mengenai bangun ruang sisi datar limas, siswa bersemangat ketika melempar bola-bola kepada kelompok lain, dan antusias menjawab pertanyaan yang telah dibuat oleh kelompok lain. Pembelajaran Tipe Snowball Throwing ini memiliki banyak kelebihan sehingga membuat siswa termotivasi dengan pembelajaran tersebut, diantaranya adalah: 77 78 79 80 81 82 83 84 85 Ketercapaian motivasi akhir Ketercapaian motivasi awal Persentase Ketercapaian Motivasi Persentase Ketercapaian Motivasi 1. Siswa menjadi mandiri setelah ketua kelompok diberi penjelasan oleh gurupeneliti, mereka bekerja dalam kelompok masing-masing dan mengerjakan sesuai dengan perintah yang telah ditentukan. 2. Melatih siswa untuk bertanggung jawab karena setiap ketua kelompok harus menjelaskan apa yang telah diterima dari gurupeneliti kepada anggotanya. 3. Melatih siswa memiliki jiwa kepemimpinan yaitu ketika ada siswa yang bersedia menjadi ketua kelompok. 4. Melatih siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal beserta jawabannya dan diberikan ke kelompok lain. 5. Melatih kesiapan siswa karena siswa harus menjawab berbagai kemungkinan soal yang dibuat oleh kelompok lain, bisa saja soal tersebut memiliki tingkatan yang sedang maupun sulit. 6. Melatih keaktifan siswa dalam pembelajaran, seperti mau berdiskusi, bertanya, menjawab pertanyaan, dsb. 2. Hasil Belajar a. Aspek Kognitif Berdasarkan data kognitif pada tabel 4.7 maka perkembangan kognitif siswa pada siklus I dan siklus II dapat digambarkan pada grafik berikut ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Nilai Kognitif Siklus I dan Siklus II Gambar 4.11 Grafik Perbandingan Persentase Ketuntasan Siswa Siklus I dan Siklus II Berdasarkan grafik 4.9 Hasil post-test siklus I dan post-test siklus II mengalami peningkatan. Dari semula rata-ratanya adalah 39,4 menjadi 75,9 Sedangkan persentase siswa yang mencapai KKM dari 10 meningkat menjadi 75. Dari hasil tersebut dikatakan telah mencapai indikator yang ditetapkan oleh peneliti. 20 40 60 80 Post-Test I Post-Test II Nilai Rata-rata Nilai Rata-rata 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 Post-Test I Post-Test II Persentase Ketuntasan Siswa Persentase Ketuntasan Pembelajaran yang kondusif juga mempengaruhi hasil belajar kognitif siswa. Dibandingan dengan siklus I, pada siklus II peneliti memperbaiki proses pembelajaran yang terjadi pada siklus I. Jadi, pada siklus II peneliti membagi kelompok berdasarkan hasil belajar kognitif pada siklus I. Sehingga pada siklus II, setiap kelompok akan ada siswa yang memiliki hasil belajar tinggi dan hasil belajar rendah, dengan demikian dalam kelompok siklus II semua anggota kelompok akan terlibat aktif dan siswa yang memiliki hasil belajar tinggi akan membantu temannya yang memiliki hasil belajar rendah. Di akhir pembelajaran Snowball Throwing peneliti bertanya kepada beberapa siswa mengenai tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif Tipe Snowball Throwing yang telah dilaksanakan. Siswa yang memiliki hasil belajar rendah mengemukakan bahwa pembelajaran Tipe Snowball Throwing membuat pelajaran matematika menjadi asyik, pembelajaran menjadi menarik, tidak membosankan, jadi seperti bermain sambil belajar, menjadi lebih aktif, lebih mengingat materi yang diajarkan. Dari pernyataan yang mereka kemukakan dan dari data yang membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif Tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Aspek Afektif Observasi kelompok merupakan hasil belajar aspek afektif yang dilaksanakan ketika proses pembelajaran menggunakan Tipe Snowball Throwing berlangsung. Dari hasil observasi pada Tabel 4.8 menunjukkan hasil belajar siklus I diperoleh 3 kategori yaitu kategori sangat tinggi dengan persentase 25, kategori tinggi dengan persentase 50, dan kategori rendah dengan persentase 25. Hasil belajar dalam aspek afektif dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan bahwa pada siklus I masih ada hasil belajar siswa aspek afektif kategori rendah dengan persentasi sebesar 25, sedangkan pada siklus II hasil belajar siswa aspek afektif kategori rendah sudah tidak ada atau 0, sehingga pada siklus II hasil belajar siswa aspek afektif diperoleh 2 kategori yaitu kategori sangat tinggi dan kategori tinggi dengan masing-masing persentase yang diperoleh yaitu 50. Berikut merupakan grafik perbandingan hasil belajar aspek afektif siklus I dan siklus II. Gambar 4.12 Grafik Perbandingan Persentase Hasil Belajar Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II Dari data hasil observasi dapat diperoleh persentase ketercapaian hasil belajar aspek afektif siklus I dan siklus II. Persentase ketercapaian hasil belajar aspek afektif pada siklus I adalah 75 dan persentase ketercapaian hasil belajar aspek afektif pada siklus II adalah 100, sehingga hasil belajar siswa aspek afektif siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 25. Hal ini ditunjukkan pada saat siswa bersama dengan kelompoknya sangat bersemangat dan antusias mengikuti pembelajaran menggunakan Snowball Throwing. Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa terlihat aktif dan serius, ini juga disebabkan oleh pembelajaran Snowball Throwing yang menyenangkan membuat seluruh siswa dikelas terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Berikut merupakan grafik persentase ketercapaian hasil belajar aspek afektif siklus I dan siklus II. 25 50 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Persentase Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif Siklus I Persentase Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif Siklus II Gambar 4.13 Grafik KetercapaianPersentase Hasil Belajar Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II Berdasarkan persentase ketercapaian hasil belajar aspek afektif menunjukkan bahwa proses pembelajaran termasuk dalam kategori tinggi, karena persentase ketercapaian hasil belajar aspek afektif siklus I dan siklus II lebih dari 70, sehingga menunjukkan bahwa pembelajaran Tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek afektif. Ada beberapa kendala yang timbul pada proses pembelajaran siklus I, diantaranya adalah siswa sangat lama membuat soal karena masih bingung soal seperti apa yang harus dibuat, siswa terlalu aktif bertanya sehingga membuat suasana kelas menjadi tidak kondusif, dan waktu melebih yang telah ditargetkan. Pada siklus II peneliti sudah membagi kelompok dengan anggota yang memiliki kemampuan 20 40 60 80 100 120 Siklus I Siklus II Persentase Ketercapaian Hasil Belajar Aspek Afektif Persentase Ketercapaian Hasil Belajar Aspek Afektif berpikir tinggi dan rendah berdasarkan hasil post-test I agar dapat saling membantu dalam satu kelompok, maka dari itu proses pembelajaran siklus II dapat berjalan dengan baik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor terstruktur untuk meningkatkan aktivitas belajar matemetika siswa (penelitian tindakan kelas di SMP Islam al-Ikhlas Cipete)

1 9 47

Pengaruh model cooperative learning tipe snowball throwing terhadap hasil belajar matematika siswa

0 34 169

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep gaya bernuansa nilai (penelitian tindakan kelas di MTs Hidayatul Islamiyah Karawang)

0 8 223

Penerapan model pembelajaran direct instruction untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep termokimia

0 2 18

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur dalam meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa SMPN 3 kota Tangerang selatan

1 12 173

Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta: studi penelitian pada siswa kelas VIII D di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta.

5 21 92

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle (ioc) untuk meningkatkan hasil belajar ips siswa kelas VII-B smp muhammadiyah 17 ciputat tahun ajaran 2014/2015

3 43 0

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair square pada materi ruang dimensi tiga untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Baubau

1 3 12

Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 (studi eksperimen) - Digital Library IAIN

0 0 22