sebagian masyarakat berinisiatif untuk memanfaatkan tanaman obat yang terdapat di sekitar lingkungannya untuk mereka gunakan dalam pengobatan. Pemanfaatan
tanaman berkhasiat obat di masyarakat terus berkembang dan diwariskan ke generasi selanjutnya. Perkembangan obat tradisional ini dimulai dari ramu-ramuan
tradisional yang berkembang di tengah masyarakat, kemudian berkembang menjadi suatu ramuan yang diyakini memiliki khasiat tertentu bagi tubuh manusia Wasito,
2011. Obat tradisional merupakan obat yang berasal dari bagian tanaman atau
berbahan alami. Tanaman obat yang paling banyak dijumpai di desa Dieng adalah Purwoceng. Purwoceng merupakan tanaman herba komersial yang akarnya
dilaporkan berkhasiat obat sebagai afrodisiak meningkatkan gairah seksual dan menimbulkan ereksi, diuretik melancarkan saluran air seni dan tonik mampu
meningkatkan stamina tubuh. Langkanya budidaya purwoceng di tingkat petani karena adanya pencurian yang terkait dengan mahalnya komoditas tersebut.
Kendala lain adalah mahalnya harga bibit yang dapat mencapai Rp 4.000-Rp 10.000 per batang, bahkan harga benih dapat mencapai jutaan rupiah setiap ons Darwati
dan Roostika, 2006. Dalam Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Bab I Pasal
1 ayat 9 disebutkan bahwa: “obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan
yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian galenik, campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
dipergunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat
”.
1. Penggolongan obat tradisional
Menurut Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia BPOM RI nomor HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria dan Tata Laksana
Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka dalam Ketentuan Umum Pasal 1 tercantum beberapa definisi sebagai berikut.
a. Jamu adalah obat tradisional Indonesia.
b. Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di standarisasi.
c. Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi.
Pada Keputusan BPOM RI nomor HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia dalam Pasal 1
tercantum berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, obat bahan alam Indonesia dikelompokkan menjadi tiga, antara
lain: a.
Jamu. Pasal 2 mengenai kriteria jamu sebagai berikut:
Pasal 2
1. Jamu harus memenuhi kriteria:
a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
b. Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris
c. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
2. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan
tingkat pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian umum dan medium. 3. Jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata-kata: Secara tradisional
digunakan untuk ..., atau sesuai dengan yang disetujui pada pendaftaran.
Pasal 5 mengenai ketentuan logo jamu sebagai berikut:
Pasal 5
1. Kelompok jamu sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir a untuk pendaftaran baru harus mencantumkan logo dan tulisan “JAMU”
sebagaimana contoh terlampir. 2.
Logo sebagaimana dimaksud ayat 1 berupa “RANTING DAUN TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan ditempatkan pada bagian atas
sebelah kiri dari wadah pembungkus brosur. 3. Logo ranting daun dalam lingkaran sebagaimana dimaksud pada ayat 2
dicetak dengan warna hijau di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan warna logo.
4. Tulisan “JAMU” sebagaimana dimaksud pada ayat 2 harus jelas dan mudah
dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok
kontras dengan tulisan “JAMU”.
Gambar 1. Logo Jamu
Keputusan BPOM RI, 2004. b. Obat herbal terstandar OHT. Pasal 3 mengenai kriteria OHT sebagai berikut:
Pasal 3
1. Obat herbal terstandar harus memenuhi kriteria:
a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
b. Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah pra klinik
c. Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan
dalam produk jadi d.
Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. 2. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian yaitu tingkat
pembuktian umum dan medium. Pasal 7 mengenai ketentuan logo obat herbal terstandar sebagai berikut:
Pasal 7
1. Obat herbal terstandar sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir b harus
mencantumkan logo dan tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR” sebagaimana contoh terlampir.