Istilah swamedikasi yang diperoleh responden sebagian besar didapatkan dari tetangga orangtua teman. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Mulyani 2013. Pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain seperti keluarga, tetangga dan teman dalam mengobati penyakit ringan dan berhasil
menjadi pertimbangan dalam memilih untuk melakukan swamedikasi. Keluarga, tetangga dan teman adalah orang terdekat yang berada di lingkungan sekitar,
sehingga berpengaruh dalam pengambilan keputusan.
2. Pengetahuan responden tentang obat tradisional
Pengetahuan knowledge dalam penelitian ini adalah hasil tahu responden mengenai obat tradisional yang meliputi: pengertian obat tradisional,
bentuk-bentuk sediaan, jenis-jenis obat tradisional, lambang atau logo pada jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka, efek samping obat tradisional, contoh,
manfaat dan cara penggunaan obat tradisional. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
a. Pengertian obat tradisional menurut jawaban responden
Berdasarkan pertanyaan pada panduan wawancara “Apakah yang
dimaksud dengan obat tradisional menurut Anda ?”, didapat hasil penelitian
dari 31 responden yang mengenal obat tradisional sebagai berikut.
Tabel III. Pengertian mengenai obat tradisional menurut jawaban responden, n=31
Pengertian obat tradisional menurut jawaban responden Persentase
Tidak ada efek samping 16
Seperti jamu 36
Tidak ada bahan kimia dan berasal dari bahan alami, seperti: beras kencur, kunyit asam kunir asam
32
Tabel III. Lanjutan
Obat herbal atau tanaman obat dari lingkungan sekitar, contohnya: purwoceng untuk mengatasi masuk angin,
menghangatkan dan menyehatkan badan, sirih, jahe dan kemukus untuk melegakan tenggorokan
16
Obat tradisional buatan atau racikan sendiri 10
Seperti Tolak Angin® 3
Keterangan: jawaban responden dapat mengandung lebih dari satu pengertian mengenai obat tradisional
Hasil penelitian Tabel III menunjukkan pengertian mengenai obat tradisional yang diketahui responden sebagian besar adalah obat tradisional
seperti jamu 36. Namun dalam hal ini, responden tidak menjelaskan apakah jamu yang dimaksud adalah jamu gendong atau jamu yang dijual dalam
kemasan atau dari pabrik jamu. Responden mengatakan obat tradisional seperti jamu dikarenakan jamu telah digunakan secara turun-temurun dan merupakan
warisan budaya bangsa dengan khasiat yang didasarkan pada pengalaman empirik yang telah berlangsung dalam kurun waktu yang sangat lama Wasito,
2011. Di Desa Dieng, jamu gendong merupakan jamu yang paling digemari, seperti jamu beras kencur dan kunyit asam, sehingga tidak dapat dipungkiri
pendapat responden mengenai obat tradisional adalah seperti jamu. Sebagian besar responden 32 juga mengungkapkan bahwa obat
tradisional merupakan obat yang tidak mengandung bahan kimia dan berasal dari bahan alami. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
sebelumnya oleh Noviana 2011 bahwa respondennya yaitu pasien geriatri RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta telah paham bahwa obat tradisional adalah obat
yang berasal dari bagian tanaman atau berbahan alami.
Pengertian-pengertian yang diungkapkan oleh responden tersebut Tabel III juga serupa dengan Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang
Kesehatan yang menyebutkan bahwa “obat tradisional adalah bahan atau
ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian galenik, campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun telah dipergunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan n
orma yang berlaku di masyarakat”. Pemahaman responden mengenai obat tradisional sudah sesuai dengan Undang-Undang yang tertera.
b. Bentuk-bentuk sediaan obat tradisional yang dikenal oleh responden
Tabel IV. Bentuk-bentuk obat tradisional yang dikenal oleh responden, n=31
Bentuk-bentuk sediaan obat tradisional Persentase
Cairan 87,1
Kapsul 25,8
Pil 6,5
Serbuk bubuk 32,3
Tablet 12,9
Tumbuhan obat kering 6,5
Keterangan: responden boleh menjawab lebih dari satu jawaban
Bentuk sediaan obat tradisional dapat berupa bentuk sediaan padat, cair, maupun semi padat. Berdasarkan hasil penelitian Tabel IV, sebagian
besar responden mengetahui bentuk sediaan cair 87,1 dan serbuk bubuk 32,3. Hal ini dikarenakan di Desa Dieng terdapat jamu gendong yang
merupakan salah satu bentuk sediaan cair obat tradisional yang banyak diminati oleh masyarakat Desa Dieng, seperti beras kencur dan kunyit asam atau kunir
asam. Selain itu, sebagian besar masyarakat Desa Dieng yang juga mengonsumsi Tolak Angin® yang berbentuk cair. Responden juga mengenal
bentuk sediaan berupa serbuk atau bubuk yang termasuk dalam sediaan padat atau kering. Cara penyajiannya dilakukan dengan pendidihan atau penyeduhan
menggunakan air panas. Salah satu tanaman obat yang populer di dataran tinggi Dieng adalah
Purwoceng. Tanaman Purwoceng Pimpinella pruatjan Molk. ini termasuk tanaman langka karena habitat endemiknya di dataran tinggi Dieng, Jawa
Tengah Abdiyani, 2008. Tanaman ini banyak diperjualbelikan dalam bentuk simplisia kering, serbuk maupun cairan. Sediaan ini banyak digunakan oleh
masyarakat Desa Dieng, khususnya laki-laki karena tanaman ini potensial untuk afrodisiaka Darwati dkk., 2006.
Dalam penelitian ini, bentuk-bentuk obat tradisional yang dikenal oleh responden sesuai menurut Wasito 2011 bahwa ada yang berbentuk sediaan
padat atau kering yang beredar di masyarakat, yaitu bentuk rajangan yang berupa potongan simplisia, campuran simplisia, atau campuran simplisia
dengan sediaan galenik. Selain itu, terdapat juga dalam bentuk serbuk, kapsul, tablet dan pil, sedangkan sediaan cair, yaitu jamu cair dan bentuk cairan lainnya.
c. Pengenalan tentang jenis-jenis obat tradisional, yaitu jamu, obat herbal
terstandar dan fitofarmaka Pada penelitian ini hanya mengacu pada pengenalan responden
mengenai jenis-jenis obat tradisional, sehingga perlu adanya penggalian lebih lanjut mengenai apakah benar yang dikenal oleh responden adalah jamu, OHT
dan fitofarmaka. Pada Keputusan BPOM RI nomor HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia
tercantum berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan
tingkat pembuktian khasiat, obat tradisional di Indonesia dikelompokkan menjadi tiga, yaitu jamu, obat herbal terstandar OHT dan fitofarmaka.
Gambar 7. Pengenalan responden tentang jenis-jenis obat tradisional, yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka, n=31
Berdasarkan pertanyaan, “Apakah Anda mengenal jenis-jenis obat
tradisional, yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka? ”, didapatkan
hasil penelitian Gambar 7 yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengenal jamu dibandingkan dengan OHT dan fitofarmaka.
Sebagian besar responden juga tidak mengenal OHT dan fitofarmaka. Hal ini menunjukkan jamu lebih banyak dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat
dalam menjaga kesehatan dan mengobati penyakit yang diderita daripada OHT dan fitofarmaka. Jamu telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-
puluh bahkan mungkin ratusan tahun yang lalu dan telah membuktikan
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Mengenal Tidak
mengenal Mengenal
Tidak mengenal
Mengenal Tidak
mengenal Jamu
Obat Herbal Terstandar OHT
Fitofarmaka 97
3 19
81
3 97