Penggolongan obat tradisional Obat Tradisional

Menurut Handayani dkk. 2002, obat tradisional dapat diperoleh dari berbagai sumber sebagai pembuat yang memproduksi obat tradisional dan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: a. Obat tradisional buatan sendiri. Obat tradisional jenis ini merupakan akar dari pengembangan obat tradisional di Indonesia saat ini. Pada zaman dahulu, nenek moyang kita mempunyai kemampuan untuk menyediakan ramuan obat tradisional yang lebih mengarah kepada self care untuk menjaga kesehatan anggota keluarga serta penanganan penyakit ringan yang dialami oleh anggota keluarga. b. Obat tradisional yang berasal dari pembuat jamu herbalist. Pembuat jamu gendong merupakan salah satu penyedia obat tradisional dalam bentuk cairan yang sangat digemari masyarakat. Jamu gendong sangat populer. Tidak hanya di pulau Jawa, tetapi juga dapat dijumpai di berbagai pulau di Indonesia. c. Obat tradisional buatan industri. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 246MenkesPerV1990, industri obat tradisional digolongkan menjadi industri obat tradisional dan industri kecil obat tradisional. Semakin maraknya obat tradisional, tampaknya industri farmasi mulai tertarik untuk memproduksi obat tradisional. Pada umumnya yang berbentuk sediaan modern seperti bentuk tablet, kapsul, pil, salep dan krim. Pada dasarnya, minum jamu merupakan kebiasaan yang dilakukan turun- temurun dan merupakan budaya hidup sehat Indonesia. Penggunaan jamu memang cocok bagi masyarakat Indonesia karena dua hal, yaitu Indonesia kaya akan sumber alam hayatinya dan kaya akan budaya serta adat istiadat, sehingga mempengaruhi gaya hidup masyarakatnya. Ada beberapa tujuan penggunaan jamu oleh masyarakat, antara lain: promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi Tilaar dkk., 2014.

2. Bentuk sediaan obat tradisional

Menurut Wasito 2011, obat tradisional agar lebih mudah diterima dan digunakan oleh masyarakat, maka dibuat bentuk sediaan yang beragam untuk tujuan dan penggunaan yang bermacam-macam, mulai yang sederhana hingga yang membutuhkan teknologi yang tinggi. Bentuk sediaan obat tradisional dapat dibagi menjadi: a. Sediaan padat atau kering. Beberapa bentuk sediaan padat atau kering yang beredar di masyarakat, yaitu bentuk rajangan yang berupa potongan simplisia, campuran simplisia, atau campuran simplisia dengan sediaan gelanik, yang penggunaannya dilakukan dengan pendidihan atau penyeduhan dengan air panas. Biasanya proses perebusan dianggap selesai apabila air yang digunakan untuk merebus bahan obat tersisa setengah dari jumlah air sebelumnya. Namun, jika bahan obat yang direbus banyak yang keras seperti biji, batang dan kulit kayu, maka perebusan dianggap selesai setelah air rebusan tersisa sepertiga dari jumlah air semula. Selain itu, dalam bentuk serbuk, kapsul, tablet, pil, pastiles, koyok, parem, pilis dan tapel. b. Sediaan semi padat, yaitu sediaan dodol atau jenang dan dalam bentuk krim dan salep. Obat bentuk semi padat dapat digunakan obat dalam maupun luar. c. Sediaan cair, yaitu seperti sirup, emulsi, suspensi, larutan, jamu cair dan bentuk cairan lainnya, baik untuk penggunaan obat dalam maupun obat luar. Jamu gendong merupakan salah satu bentuk sediaan cair obat tradisional.

C. Perilaku Pengobatan Mandiri

Perilaku kesehatan health behavior merupakan respons seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan dalam memelihara kesehatan, mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan sebagainya Notoatmodjo, 1993. Perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan Sarwono, 2007. Menurut Skiner cit. Notoatmodjo, 2010, seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku manusia dijelaskan melalui teori “S-O-R” stimulus- organisme-respons dan dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. Perilaku tertutup covert behavior. Perilaku ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut belum dapat diamati orang lain dari luar secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus. Bentuk unobservable behavior atau covert behavior yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. b. Perilaku terbuka overt behavior. Perilaku ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati orang lain dari luar atau observable behavior. Notoatmodjo, 2010. Perilaku terbentuk di dalam diri seseorang dari dua faktor utama, yaitu faktor dari luar diri seseorang faktor eksternal dan faktor dari dalam diri seseorang faktor internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku, yaitu faktor lingkungan, baik lingkungan fisik dan nonfisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor internal yang mempengaruhi perilaku, yaitu perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan sebagainya Notoatmodjo, 2010. Menurut Benyamin Bloom cit. Notoatmojo, 2010, seorang ahli psikologi pendidikan, membedakan perilaku manusia dibagi ke dalam 3 domain, yaitu kognitif cognitive, afektif affective dan psikomotor pcychomotor. Di dalam konteks pendidikan praktis, berdasarkan pembagian domain oleh Bloom tersebut, dikembangkan 3 tingkat domain perilaku, yaitu: pengetahuan, sikap dan tindakan. Stimulus Organisme Respons Tertutup covert behavior •Pengetahuan •Sikap Respons Terbuka overt behavior •Tindakan Praktik Gambar 4. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan

1. Pengetahuan knowledge

Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Pada waktu pengindraan, dengan sendirinya menghasilkan pengetahuan yang sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek Notoatmojo, 2010. Secara garis besar, dibagi dalam enam tingkat pengetahuan, antara lain: a. Tahu know. Tahu diartikan hanya sebagai recall memanggil memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. b. Memahami comprehension. Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi harus dapat mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. c. Aplikasi application. Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. d. Analisis analysis. Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. e. Sintesis synthesis. Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. f. Evaluasi evaluation. Evaluasi berkaitan dengan kemampuan sesorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Notoatmojo, 2010.

2. Sikap attitude

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek Notoatmojo, 1993. Newcomb, seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan reaksi terbuka atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi perilaku atau reaksi tertutup Notoatmojo, 2010. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek dan diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat Notoatmodjo, 1993. Pengukuran perilaku kesehatan dalam ranah sikap adalah bagaimana pendapat atau penilaian orang atau responden terhadap hal yang berkaitan dengan kesehatan, sehat-sakit dan faktor yang berkaitan dengan faktor resiko kesehatan Notoatmojo, 2010. Sikap tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang karena seringkali terjadi bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya Sarwono, 2007. Menurut Notoatmodjo 2010, sikap mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya sebagai berikut: a. Menerima receiving. Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan.

Dokumen yang terkait

KAJIAN POLA PERTANIAN DAN UPAYA KONSERVASI DI DATARAN TINGGI DIENG KECAMATAN KEJAJAR KABUPATEN WONOSOBO

2 13 57

Faktor faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Dieng Wetan Kecamatan Kejajar Wonosobo

4 22 100

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL UNTUK PENGOBATAN SENDIRI PADA MASYARAKAT Gambaran Penggunaan Obat Tradisional Untuk Pengobatan Sendiri Pada Masyarakat Di Desa Jimus Polanharjo Klaten.

1 3 13

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL UNTUK PENGOBATAN SENDIRI PADA MASYARAKAT Gambaran Penggunaan Obat Tradisional Untuk Pengobatan Sendiri Pada Masyarakat Di Desa Jimus Polanharjo Klaten.

0 1 15

Pola dan motivasi penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat desa Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah.

3 15 97

Pola dan motivasi penggunaan obat untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonoso Jawa Tengah.

0 13 111

Kajian pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah.

0 0 90

Hubungan antara karakteristik sosio-demografi terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan penggunaan antibiotika tanpa resep di kalangan masyarakat Desa Bantir, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah - USD Repository

0 0 165

Hubungan pengetahuan dan sikap mengenai obat tradisional dan obat modern dengan tindakan pemilihan obat untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Bantir, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah - USD Repository

0 5 142

Hubungan antara pengetahuan dan sikap mengenai obat tradisional dan obat modern terhadap tindakan pemilihan obat pada pengobatan mandiri di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 3 139