Penanda Ketidaksantunan Berbahasa Pembahasan

dan meningkatkan rasa simpati sebanyak mungkin, juga berusaha menjaga muka mitra tuturnya dengan memaksimalkan strategi kesantunan positif dari Brown dan Levinson dalam Chaer 2010: 53-55, seperti yang sudah peneliti jelaskan sebelumnya. Namun seperti yang telah dijelaskan bahwa data tuturan itu merugikan mitra tuutr karena ketika mitra tutur melakukan kesalahan justru malah dibuat bahan bercanda dan hal itu akan menjatuhkan muka mitra tuturnya di depan dosen dan peserta diskusi yang lain.

4.3.3 Penanda Ketidaksantunan Berbahasa

Dari analisis data, peneliti menemukan penanda ketidaksantunan berbahasa dalam kegiatan diskusi kelas yang didapatkan dari data tututran yang melanggar prinsip kesantunan berbahasa, penanda ketidaksantunan tersebut mengakibatkan diskusi kelas menjadi terganggu bahkan terhenti. Ada lima penyebab ketidaksantunan berbahasa yang ditemukan peneliti. Pertama, penutur tidak bisa membedakan situasi serius dengan bercanda. Kedua, penutur tidak bisa mengendalikan emosinya. Ketiga, penutur mengkritik secara langsung. Keempat, penutur merendahkan mitra tutur. Kelima, penutur menyombongkan diri atau memuji diri di hadapan mitra tutur. Berikut penjelasannya. 1. Pentutur tidak bisa membedakan situasi serius dengan bercanda Salah satu penyebab ketidaksantunan dalam bertutur ialah kurang pahamnya penutur akan situasi yang sedang terjadi. Santun tidaknya sebuah tuturan dapat ditentukan oleh situasi yang menyertainya, misalnya dalam proses diskusi adalah sebuah forum formal dan serius akan tetapi masih banyak dijumpai tuturan yang dimaksudkan untuk bercanda, misalnya mengejek mitra tuturnya. Jika mitra tutur menanggapinya dengan serius maka dapat menimbulkan pertentangan dan akan terjadi perdebatan. Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, peneliti masih menemukan tuturan yang seperti ini dan menyebabkan ketidaksantunan karena ketidakmampuan penutur untuk melihat situasi. 63 Peserta Diskusi : Hahaha, eaa, eaa, itunya di klik, eaaa Penyaji : Nahh, ininya gak mau Peserta Diskusi : Aaa ininya gak mau menirukan Penyaji : Sebentar sebentar Konteks: Penutur adalah peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur penyaji berada dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari peserta diskusi mitra tutur saat media powerpoint mengalami gangguan tidak dapat di klik di tekan tombol next. 66 Penyaji : Lalu apa sih hubungan antara bunuh diri dengan moral hidup ? ini sebelumnya moral, moral itu apa ? moral sendiri berasal dari bahasa latin yakni moremm, eh morest ..... Peserta Diskusi : Hahaha morem opo morest ? hahahaha Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur penyaji berada dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur peserta diskusi atas kesalahan yang dilakukan oleh salah sorang penyaji ketika menyebutkan istilah latin. Tuturan 63 dan 66 adalah contoh yang didapatkan peneliti dari kegiatan diskusi kelas, tuturan tersebut menunjukkan bahwa penutur tidak dapat melihat situasi yang sedang terjadi. Dalam tuturan tersebut terlihat bahwa mitra tutur melakukan kesalahan atau kesusahan akan tetapi penutur malah menanggapinya dengan bercanda, dengan begitu dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI membuat mitra tuturnya marah dan tersinggung yang dapat menimbulkan perdebatan. Tuturan tersebut tentu tidak membuat mitra tuturnya senang, bukannya membantu tapi malah mengejeknya. Hal tersebut tentu dapat menyebabkan ketidaksantunan berbahasa. 2. Penutur tidak bisa mengendalikan emosinya Penyebab utama ketidaksantunan berbahasa ketika bertutur adalah ketidakmampuan penutur mengendalikan emosinya, dengan berlandaskan emosi maka tuturan akan membuat mitra tuturnya tidak senang, bahkan bisa terjadi konflik. Pada beberapa tuturan yang telah diuraikan sebelumnya, terlihat bahwa ketidakmampuan penutur mengendalikan emosinya membuat proses diskusi komunikasi menjadi terganggu. 25 Penyaji : Menurut KBBI novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan Peserta Diskusi : Kurang cepat Penyaji : Ohh iya iyaa saya ulangi Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur penyaji berada dalam sebuah diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur saat mitra tutur penyaji menjelaskan materi diskusi. 36 Peserta Diskusi : Maksudnya ? Penyaji : Jangan dipotong, ini belum selesai Jadi apakah jika dilakukan euphanasia itu tidak melanggar moral hidup ? kan jika hidup memberatkan tapi jika dilakukan menghilangkan nyawa dan itu melanggar perintah Allah. Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur berada dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur peserta diskusi ketika mitra tutur penyaji meminta penegasan terhadap pertanyaan yang diajukan oleh penutur peserta diskusi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tuturan 25 dan 36 memperlihatkan bahwa penutur tidak dapat mengendalikan emosinya ketika merespon tuturan dari mitra tuturnya. Tuturan tersebut bernada marah dan akan membuat mitra tuturnya menjadi tidak senang karena ditanggapi dengan cara yang tidak menyenangkan. Tuturan seperti itu dapat menimbulkan pertentangan dan hal tersebut tentunya membuat tuturan tersebut menjadi tidak santun. 3. Penutur mengkritik secara langsung atau terang-terangan Salah satu penyebab ketidaksantunan adalah dengan memberikan kritik secara langsung. Memberikan kritik tentu akan menjatuhkan muka mitra tuturnya karena penutur akan mengatakan kekurangan dari mitra tuturnya. Melihat hal tersebut, ketika hendak memberikan kritik seharusnya dilakukan dengan hati-hati dan menggunakan diksi yang santun agar tidak menyakiti perasaan mitra tuturnya. Terlebih dalam kegiatan diskusi karena dalam diskusi kelas banyak peserta diskusi yang hadir bahkan dosen dan apabila kritik dikatakan secara langsung dan terang-terangan tentu akan merendahkan mitra tuturnya dihadapan peserta diskusi dan dosen yang hadir. Memberikan kritik adalah hal yang tidak salah karena pandangan dan pendapat orang pastilah berbeda-beda, namun harus memperhatikan juga kesantunannya agar tidak membuat yang dikritik menjadi sakit hati dan kehilangan muka. Banyak hal yang bisa dilakukan agar kritik menjadi lebih santun, misalnya memperhatikan penggunaan kata, situasi dan yang paling penting harus bisa menghargai. Berikut contoh yang ditemukan peneliti dalam kegiatan diskusi kelas yang memperlihatkan kitdaksantunan karena mengkritik. 43 Penyaji : Ya silahkan mbak kalau mau bertanya Peserta diskusi : Terimakasih atas kesempatannya. Oke terimakasih atas presentasi yang sangat singkat dan membingungkan ini, kalian disini justru menjelaskan mengenai anak bukan keseluruhan keluarga, sementara judulnya kan keluarga, itu gimana ? makasih Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur penyaji berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur terhadap presentasi yang telah dilakukan oleh kelompok penyaji. 44 Penyaji : Ya siapa yang mau bertanya ? ohh ya mas silahkan pertanyaannya. Peserta Diskusi : Jadi begini, sejujurnya saya gak paham dengan presentasi dari kelompok ini, antara judul dan pembahasan tidak sesuai. Judulnya kan peranan keluarga, nah yang di jelaskan kelompok justru peran anak, anak dan anak. Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur penyaji berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan adalah tanggapan dari penutur yang ditujukan kepada kelompok penyaji ketika akan memulai sesi tanya jawab. Tuturan 43 dan 44 memperlihatkan bahwa penutur mengatakan kritiknya secara langsung dan terang-terangan, dengan begitu jelas hal tersebut akan merugikan mitra tutur dan menjatuhkan mukanya. Tuturan tersebut dimaksudkan penutur untuk mengkritik presentasi yang sudah dilakukan oleh mitra tuturnya, tentu saja tuturan tersebut membuat mitra tutur tidak senang karena merasa presentasinya tidak dihargai dan bisa menyebabkan perdebatan, hal itu membuat tuturan tersebut tidak santun. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. Penutur merendahkan mitra tutur Tuturan seharusnya dapat menjaga perasaan mitra tuturnya agar tidak menimbulkan konflik. penutur dapat menjaga perasaan mitra tuturnya dengan cara menghargai aatas apa yang dilakukan mitra tuturnya, karena setiap orang pasti ingin dihargai oleh orang lain bukan malah merendahkannya. Tuturan yang merendahkan mitra tuturnya menandakan bahwa penutur tidak menghargai mitra tuturnya. 24 Penyaji : Opo eneh ? Peserta diskusi : Responnya ? Penyaji : yo kui, responnya kita menangkap itu bo Konteks: Penutur adalah seorang penyaji. Penutur dan mitra tutur peserta diskusi berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur terhadap pertanyaan dari mitra tutur peserta diskusi yang belum puas akan jawaban dari penutur. 35 Penyaji : Baik saya akan menjawab pertanyaan dari puput, begini menurut kelompok kami itu hal yang luar biasa ya, itu hal yang sangat konyol, karena mereka melakukan tindakan melawan norma-norma yang sudah ditetapkan, misalnya orang tuanya bunuh diri terus apa yang dilakukan anak-anaknya ? jadi itu hal yang menyimpang menurut kelompok kami. Apakah ada tanggapan ? Peserta Diskusi 1 : Dong ra ? dong ra ? ra dong hahaha Peserta Diskusi 2 : Ojo koyo ngono to yaya mengerti Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur berada dalam diskusi kelas dalam sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari mitra tutur peserta diskusi 1 terhadap pertanyaan yang sebenarnya ditujukan kepada mitra tutur peserta diskusi 2. Tuturan 24 dan 35 memperlihatkan bahwa penutur merendahkan mitra tuturnya, penutur tidak menhargai apa yang dilakukan oleh mitra tutur. Tuturan tersebut menggunakan diksi yang tidak santun bahakan diksi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI daerah padahal ini terjadi di dalam diskusi dan forum formal. Tuturan 24 memperlihatkan bahwa penutur tidak menghargai ketika mitra tuturnya menanyakan kejelasan akan materi diskusi dan tuturan 35 memperlihatkan bahwa penutur tidak menghargai mitra tuturnya yang sedang mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, dan kedua tuturan tersebut menggunakan diksi yang dapat dimaksudkan untukndahkan mitra tutur, dengan begitu tuturan tersebut tidaklah santun. 5. Penutur menyombongkan diri atau memuji diri sendiri di hadapan mitra tutur Sombong atau memuji diri sendiri adalah hal yang tidak disukai banyak orang, dengan berlaku sombong tentu akan membuat orang lain merasa tidak senang. Tuturan yang mengandung sifat sombong dapat dikatakan tidak santun karena membuat orang lain tidak senang dan jika disadari hal itu akan merusak citra dirinya bahkan mengancam mukanya sendiri, seperti yang peneliti temukan dalam kegitana diskusi kelas berikut. 54 Penyaji : Apakah ada yang masih mau bertanya ? ngak ada ya ? woow bagus berarti presentasi dari kelompok kami ya. 55 Penyaji : Sebentar jawaban dari mas ato masih kami cari Peserta diskusi : Pertanyaan saya bagus jadi sulit ditemukan jawabannya Data tuturan 54 dan 55 jelas memperlihatkan bahawa penutur telah memuji dirinya sendiri. Hal itu tentunya akan membuat mitra tuturnya tidak senang. Pada tuturan 54 penutur mengungkapkan bahawa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI presentasinya bagus karena tidak ada yang bertanya, seharusnya penutur berfikir dengan tidak ada yang bertanya mungkin saja presentasinya kurang jelas bukan malah memuji kelompoknya sendiri seperti itu. Data tuturan 55 juga memperlihatkan hal yang sama, seharusnya penutur berfikir mungkin pertanyaannya memang sulit ditemukan namun tidak harus diungkapkan secara berlebihan seperti itu, karena akan menimbulkan rasa tidak senang dari yang lain. Hal ini tentunya membuat tuturan tidak santun karena menimbulkan rasa tidak senang bagi mitra tutur dan mempunyai kesan tidak baik.

4.3.4 Penanda Tuturan Santun