Contoh: Saya sejak tadi bertanya-tanya dalam hati, apakah Bapak mau menolong saya?
3 Bersikap pesimis
Contoh: Saya ingin minta tolong, tetapi saya takut Bapak tidak bersedia. 4
Meminimalkan paksaan Contoh: Boleh saya mengganggu Bapak sebentar ?
5 Memberi penghormatan
Contoh: Saya memohon bantuan Ibu, saya tahu Ibu selalu berkenan membantu orang.
6 Meminta maaf
Contoh: Sebelumnya saya minta maaf atas kenakalan anak saya ini, tetapi.. 7
Pakailah bentuk impersonal yaitu dengan tidak menyebutkan penutur dan lawan tutur.
Contoh: Tampaknya meja ini perlu dipindahkan. 8
Menyatakan tindakan pengancaman muka sebagai aturan yang bersifat umum.
Contoh: Penumpang tidak diperkenankan merokok di dalam bus.
3. Kaidah Kesantunan Leech
Berbeda dengan Grice, Brown dan Levinson, Leech 1993: 161 melihat sopan santun dari sudut pandang petutur dan bukan dari sudut pandang
penutur. Leech 1993: 166 menyatakan bahwa tuturan yang sopan bagi petutur atau pihak ketiga bukan merupakan tuturan yang sopan bagi penutur,
begitu pula sebaliknya. Prinsip kesantunan Leech berhubungan dengan dua PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pihak, yaitu pihak diri dan lain. Diri ialah penutur dan lain adalah petutur, dalam hal ini lain juga dapat menunjuk kepada pihak ketiga baik yang hadir
maupun yang tidak hadir dalam situasi tutur Leech 1993: 206. Leech merumuskan prinsip kesantunannya dalam enam maksim. Keenam maksim
tersebut adalah sebagai berikut. 1.
Maksim kebijaksanaan tact maxim a.
Buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin b.
Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin 2.
Maksim Kedermawanan Generosty Maxim a.
Buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin b.
Buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin 3.
Maksim Pujian Approbation Maxim a.
Kecamlah orang lain sedikit mungkin b.
Pujilah orang lain sebanyak mungkin 4.
Maksim Kerandahan Hati Modesty Maxim a.
Pujilah diri sendiri sedikit mungkin b.
Kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin 5.
Maksim Kesepakatan Agreement Maxim a.
Usahakan agar ketaksepakatan antara diri dan lain terjadi sesedikit mungkin
b. Usahakan agar kesepakatan antara diri dan lain terjadi sebanyak
mungkin 6.
Maksim Simpati Sympathy maxim PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Kurangi rasa antipati antara diri dan lain hinggga sekecil mungkin
b. Tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri dan lain.
Berikut uraian setiap maksim kesopanan itu. 1 Maksim kebijaksanaan
Maksim kebijaksanaan mengharuskan penutur untuk meminimalkan kerugian orang lain atau memaksimalkan keuntungan orang lain. Maksim
ini dilaksanakan dengan bentuk tuturan impositif dan komisif. Tuturan impositif adalah bentuk tuturan yang digunakan untuk menyatakan
perintah. Tuturan komisif adalah tuturan yang berfungsi untuk menyatakan janji, penawaran, dll. Berkaitan dengan itu, Leech 1993: 168
mencontohkan beberapa tuturan di bawah ini secara berurutan berdasarkan tingkat kesantunannya.
Ketaklangsungan Kurang Sopan 1 Answer the phone.
Angkat telepon 2 I want you to answer the phone.
Saya ingin kamu angkat telepon? 3 Will you answer the phone?
Maukah Anda mengangkat telepon? 4 Can you answer the phone?
Dapatkah Anda mengangkat telepon? 5 Would you mind answering the phone?
Apakah Anda keberatan mengangkat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
telepon? 6 Could you possibly answer the phone?
Apa mungkin Anda mengangkat telepon?
Lebih Sopan Keenam tuturan itu digunakan untuk memerintah mitra tutur
mengangkat telepon. Namun, tuturan 6 memiliki kadar kesantunan tertinggi daripada kelima tuturan lainnya. Penutur telah meminimalkan
kerugian orang lain dan memaksimalkan keuntungan orang lain melalui pemilihan tuturan tersebut.
2 Maksim Kedermawanan Maksim kedermawanan mengharuskan penutur untuk meminimalkan
keuntungan diri sendiri dan memaksimalkan kerugian diri sendiri. Maksim ini diutarakan dengan tuturan impositif dan komisif. Sebagai ilustrasi atas
pernyataan itu, Leech 1993: 210 memberikan contoh tuturan berikut. 1 Could I borrow this electric drill?
„Dapatkah saya pinjam bor listrik ini?‟ 2 Could you lend me this electric drill?
„Dapatkah kamu meminjamkan bor listrikmu kepada saya?‟ Tuturan 1 lebih santun daripada tuturan 2. Tuturan 1 secara
halus telah menghilangkan acuan pada kerugian mitra tutur dengan menggunakan kata saya daripada kata kamu. Hal itu disebabkan oleh
berpusatnya maksim ini kepada konsep diri atau penutur. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 Maksim Pujian Maksim pujian mengharuskan penutur untuk meminimalkan
kecaman terhadap orang lain, tetapi harus memaksimalkan pujian kepada orang lain itu. Maksim ini diungkapkan dengan bentuk tuturan ekspresif
dan asertif. Sebagai ilustrasi, Leech 1993: 212 memberikan contoh tuturan di bawah ini.
1 What a marvellous meal you cooked. „Masakanmu enak sekali‟.
2 What an owful meal you cooked. „Masakanmu sama sekali tidak enak‟.
Tuturan 1 dianggap lebih sopan daripada tuturan 2. Tuturan 1 mengungkapkan sebuah pujian, sedangkan tuturan 2 mengecam kepada
mitra tuturnya. Contoh dalam bahasa Indonesia dapat dipertimbangkan melalui
tuturan 3. Tuturan ini diungkapkan seorang istri kepada suaminya yang telah membantu untuk memasak.
3 “Bapak memang tidak hanya pandai mengasuh anak-anak, tetapi juga
pandai membantu ib u di dapur.”
4 Maksim Kerendahan Hati Maksim
kerendahan hati
mengharuskan penutur
untuk meminimalkan pujian kepada dirinya, tetapi harus mengecam diri sendiri
sebanyak mungkin. Seperti halnya maksim pujian, maksim ini juga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diungkapkan dengan bentuk tuturan ekspresif dan asertif. Untuk itu, Leech 1993: 214 mencontohkan dengan tuturan berikut.
1 Please accept this small as a token of our esteem. „Terimalah hadiah yang kecil ini sebagai tanda penghargaan kami‟.
Tuturan 1 sesuai dengan maksim ini karena penutur telah meminimalkan pujian atau kemurahan hati diri sendiri. Hal ini dapat
dibandingkan dengan contoh dalam bahasa Indonesia berikut. 2 “Maaf Pak, semoga Bapak sudi menerima kenang-kenangan yang
tidak berharga dari kami semua yang merasa berhutang budi atas kebaikan Bap
ak membimbing kami selama ini.” Tuturan 2 dituturkan seorang kepala desa kepada wakil dari
rombongan penyuluh pertanian. Peristiwa itu terjadi saat rombongan penyuluh akan meninggalkan desa tempat mereka berpraktik.
5 Maksim Kesepakatan Maksim kesepakan mengharuskan seseorang untuk memaksimalkan
kesepakatan dengan orang lain dan meminimalkan ketidaksepakatan dengan orang lain. Maksim ini diungkapkan dengan bentuk tuturan asertif.
Leech 1993: 217 memberikan contoh sebagai ilustrasi maksim ini. 1
A : It was an interesting exhibition, wasn’t it?
„Pamerannya menarik, bukan?‟ B :
No, it was very uninteristing. „Tidak, pamerannya sangat tidak menarik‟.
Jawaban B terasa kurang santun karena melanggar maksim kesepakatan yang menggariskan agar memaksimalkan kesepakatan dengan
orang lain. Hal ini dapat dipertimbangkan dengan contoh berikut. 2
A : “Ujiannya tadi sulit sekali, ya?” B : “Betul, kepalaku sampai pusing.”
Jawaban B telah mematuhi maksim ini dengan cara memaksimalkan kesepakatan dengan A.
6 Maksim Kesimpatian Maksim kesimpatian mengharuskan penutur dan mitra tutur
memaksimalkan rasa simpati dan meminimalkan rasa antipati di antara mereka. Maksim ini diperlukan untuk mengungkapkan suatu kesantunan
karena setiap orang perlu bersimpati terhadap prestasi yang dicapai atau musibah yang melanda orang lain. Maksim ini diungkapkan dengan
bentuk tuturan asertif. Leech 1993: 219 mencontohkan ucapan selamat berikut untuk menunjukkan kepatuhan terhadap maksim simpati.
1 I’m delighted to hear about your cat.
„Saya senang sekali mendengar tentang kucingmu‟. Penutur mengucapkan selamat atas kemenangan kucing temannya
yang menjuarai kontes kucing. Contoh dalam bahasa Indonesia dapat dipertimbangkan tuturan berikut.
2 “Sabar dan tawakal, ya. Kami yakin pada ujian tahun depan
kamu akan dapat menyusul kami.” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tuturan 2 merupakan ucapan simpati dari penutur kepada salah seorang temannya yang gagal ujian masuk perguruan tinggi.
Dengan melihat paparan di atas, kini dalam menentukan santun tidaknya suatu tuturan dapat diketahui, yakni dengan melihat kaidah kesantunan dari
Grice, Brown dan Levinson juga Leech. Akan tetapi, dalam kenyataannya prinsip-prinsip kerjasama Grice tidak selalu dapat menjawab pertanyaan
mengapa dalam penuturan peserta tutur cenderung menggunakan cara yang tidak langsung untuk menyatakan apa yang mereka maksudkan dan juga
prinsip nosi muka face dari Brown dan Levinson masih kurang terperinci jadi tidak mudah untuk dipahami. Melihat hal tersebut, maka kaidah
kesantunan berbahasa dari Leech masih dianggap yang paling lengkap, paling mapan dan relatif paling komprehensif.
Dengan menerapkan kaidah kesantunan dari Leech, maka diharapkan suatu tuturan dapat menjadi lebih santun dan proses komunikasi pun dapat
berjalan dengan lebih baik. Sejalan dengan ukuran untuk menentukan kesantunan berbahasa, Leech kembali membuat ukuran kesantunan yang
dinamakan dengan skala kesantunan. Dalam Rahardi 2005: 66-68 dijelaskan bahwa dalam model kesantunan Leech, setiap maksim interpersonal itu dapat
dimanfaatkan untuk menentukan peringkat kesantunan sebuah tuturan, berikut penjelasan mengenai skala kesantunan dari Leech:
1. Cost benefit scale atau skala kerugian dan keuntungan, menunjuk kepada
besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur pada sebuah pertuturan. Semakin tuturan tersebut merugikan
diri penutur, akan semakin dianggap santunlah tuturan itu. Demikian sebaliknya, semakin tuturan itu menguntungkan diri penutur akan semakin
dianggap tidak santunlah tuturan itu. 2.
Optionality scale atau skala pilihan, menunjuk kepada banyak atau sedikitnya pilihan options yang disampaikan si penutur kepada si mitra
tutur di dalam kegiatan bertutur. Semakin pertuturan itu memungkinkan penutur atau mitra tutur menentukan pilihan yang banyak dan leluasa,
akan dianggap semakin santunlah tuturan itu. Sebaliknya, apabila pertuturan itu sama sekali tidak memberikan kemungkinan memilih bagi si
penutur dan si mitra tutur, tuturan tersebut dianggap tidak santun. 3.
Indirectness scale atau skala ketidaklangsungan menunjuk kepada peringkat langsung atau tidak langsungnya maksud sebuah tuturan.
Semakin tuturan itu bersifat langsung akan dianggap semakin tidak santunlah tuturan itu. Demikian sebaliknya, semakin tidak langsung,
maksud sebuah tuturan, akan dianggap semakin santunlah tuturan itu. 4.
Authority scale atau skala keotoritasan menunjuk kepada hubungan status sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan.
Semakin jauh jarak peringkat sosial rank rating antara penutur dan dengan mitra tutur, tuturan yang digunakan akan cenderung menjadi
semakin santun. Sebaliknya, semakin dekat jarak peringkat status sosial di antara keduanya, akan cenderung berkuranglah peringkat kesantunan
tuturan yang digunakan dalam bertutur itu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Social distance scale atau skala jarak sosial menunjuk kepada peringkat
hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam sebuah pertuturan. Ada kecenderungan bahwa semakin dekat jarak peringkat
sosial di antara keduanya, akan menjadi semakin kurang santunlah tuturan itu. Demikian sebaliknya, semakin jauh jarak peringkat sosial antara
penutur dengan mitra tutur, akan semakin santunlah tuturan yang digunakan itu. Dengan perkataan lain, tingkat keakraban hubungan antara
penutur dengan mitra tutur sangat menentukan peringkat kesantunan tuturan yang digunakan dalam bertutur.
Selain menggunakan kaidah dan skala kesantunan untuk mengukur suatu tuturan, seperti halnya bidang kajian lain dalam menentukan kesantunan
berbahasa juga
diperlukan indikator-indikator,
terutama mengenai
penggunaan kata diksi. Pranowo 2009 :104 memberikan saran agar tuturan dapat mencerminkan rasa santun, misalnya:
1 Gunakan kata “tolong” untuk meminta bantuan pada orang lain.
2 Gunakan kata “maaf” untuk tuturan yang diperkirakan akan
menyinggung perasaan lain. 3 Gunakan kata “terima kasih” sebagai penghormatan atas kebaikan
orang lain. 4
Gunakan kata “berkenan” untuk meminta kesediaan orang lain melakukan sesuatu.
5 Gunakan kata “beliau” untuk menyebut orang ketiga yang dihormati.
6 Gunakan kata “bapakibu” untuk menyapa orang ketiga.
Dengan adanya indikator kesantunan dalam berkomunikasi, maka diharapkan
kajian mengenai
kesantunan dapat
dilakukan dengan
mengimplementasikannya ke dalam bidang lain seperti halnya pendidikan, karena pada dasarnya bidang kajian kesantunan berbahasa bahkan pragmatik
jarang diimplementasikan ke dalam bidang pendidikan padahal pengaruhnya akan baik. Implementasi indikator kesantunan dalam berkomunikasi
digunakan agar kegiatan berbahasa dapat mencapai tujuan. Lebih jelasnya Pranowo 2009: 110 menguraikan hal-hal yang perlu diperhatikan agar
komunikasi dapat mencapai tujuan, yakni sebagai berikut. 1 Perhatikan situasinya.
2 Perhatikan mitra tuturnya. 3 Perhatikan pesan yang disampaikan.
4 Perhatikan tujuan yang hendak dicapai. 5 Perhatikan cara menyampaikan.
6 Perhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat. 7 Perhatikan ragam bahasa yang digunakan.
8 Perhatikan relevansi tuturannya. 9 Jagalah martabat atau perasaan mitra tutur.
10 Hindari hal-hal yang kurang baik bagi mitra tutur konfrontasi dengan mitra tutur.
11 Hindari pujian untuk diri sendiri. 12 Berikan keuntungan pada mitra tutur.
13 Berikan pujian pada mitra tutur. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14 Ungkapkan rasa simpati pada mitra tutur. 15 Ungkapkan hal-hal yang membuat mitra tutur menjadi senang.
16 Buatlah kesepahaman dengan mitra tutur. Berdasarkan kaidah, skala dan indikator kesantunan yang telah dijelaskan
di atas, maka kesantunan dapat diukur atau diketahui, begitu halnya dengan kegiatan pembelajaran diskusi kelas, karena dalam proses diskusi terdapat
interaksi dan tuturan serta konteks sehingga dapat dianalisis mengenai kesantunan berbahasa tuturan santun dan tidak santun dan penanda
kesantunan berbahasa dalam kegiatan pembelajaran yakni diskusi kelas.
2.2.1.2 Diskusi