Pemasaran Produk Pengembangan Usaha Kecil Informal di Jalan Timoho-Sapen

60 Bapak Joko pengusaha bakso mengatakan bahwa : “Karyawan di sini mulai bekerja dari pukul 03.00 dini hari, mereka mulai membuat kuah, menggiling mie, dan juga membentuk bakso. Kami mengerjakan semua sendiri bekerja sama dengan saudara saya saat menggiling daging agar rasa tetap terjaga. Selesai semuanya karyawan beristirahat dan jam 15.30 WIB mereka mulai bersiap siap untuk berjualan hingga jam 22.00 atau lebih. System gaji di sini, karyawan mendapat gaji harian dan bulanan, jadi setiap hari mereka mendapat 60.000 dan 650.000 perbulan, terkadang mendapat bonus juga. Kalau untuk mengurus karyawan tidak ada kesusahan karena sudah saling komitmen, hanya saja waktu mereka kebetulan ada urusan di rumah masing-masing, cari karyawan untuk beberapa hari kerja yang susah. Mas Gun pengusaha es oyen, mengungkapkan bahwa : “Di sini, karyawan mulai bekerja dari pukul 08.00 pagi, menyiapkan buah-buahan, santan, merebus gula dan menyiapkan tempat. Setelah beres, baru mulai membuka warung, nanti tutup sekitar jam 21.00 malam. Gajinya mereka harian dan bulanan, setiap hari mereka mendapat 25.000 dan 650.000 perbulan, tempat tinggal saya yang sediakan. Susahnya tidak ada ya mas untuk mengatur karyawan hanya mencari yang benar-benar tanggung jawab dan rajin yang susah.” Bapak Eko pengusaha martabak mengatakan : “Kalau karyawan, mereka hanya membantu berjualan saja, yang menyiapkan bahan dan belanja untuk martabak itu saya sendiri. Gajinya perhari, di kasihkan kalau sudah seminggu, dan kalau ada hari yang tidak masuk berarti ya tidak di gaji. Perhari itu 15.000, jualan dari jam 4 atau jam 5 sore sampai jam 11 malam. Tidak ada kesulitan karena ada atau tidaknya karyawan sebenarnya belum begitu berpengaruh, masih bisa saya urus sendiri. Tapi kan tenaga juga ada batasnya, jadi ya itu alasan saya menggunakan karyawan” Dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti, dapat di ambil kesimpulan bahwa jam kerja karyawan sudah di tentukan oleh pemilik usaha, jadi mereka secara teratur akan memulai kerjaannya sesuai dengan jam yang sudah ditentukan, dan karyawan mendapat gaji harian dan juga bulanan dengan kisaran yang sudah di tentukan oleh pemilik usaha. Dalam 61 mengelola karyawan, para pedagang tidak mengalami kesulitan karena sudah ada komitmen kerja diantara pedagang dan karyawan.

3. Faktor Pendukung Usaha Kecil Informal

Faktor pendukung menentukan bagaimana jalannya sebuah usaha untuk menjadi berkembang atau pun tidak. Peneliti telah melakukan wawancara kepada beberapa pedagang kecil di trotoar jalan timoho-sapen untuk mengetahui apa saja yang menjadi faktor penndukung dari usaha mereka, hasil wawancaranya adalah sebagai berikut : Bapak Joko pengusaha bakso mengatakan bahwa : “yang menjadi faktor pendukung dalam usaha ini adalah karyawan yang mereka hampir semua masih saudara dengan saya, jadi loyalitas mereka dapat di ketahui dan di pertanggung jawabkan. Selain itu, faktor lokasi tempat jualan yang ramai, dekat dengan perkampungan penduduk, jalan raya serta kampus juga menjadikan usaha ini lancer sampai sekarang. Pada saat mengolah daging untuk di jadikan bakso dan menggiling mie itu saya lakukan bersama dengan saudara-saudara yang lain, sehingga modal yang dikeluarkan tidak terlalu banyak.” Mas Gun pengusaha es oyen, mengatakan : “Faktor pendukungnya itu di resepnya ya mas, soalnya beda rasa lho antara penjual es oyen yang satu dengan yang lain, mungkin itu faktor yang membuat es oyen saya ini banyak pelanggannya, karena rasa yang lebih enak. Faktor tempat jualan juga mendukung mas, ramai atau tidaknya tempat itu mempengaruhi pendapatan.” Bapak Eko pengusaha martabak mengatakan bahwa : “Mungkin karena ini usaha milik saya sendiri, jadi bebas dalam mengelolanya itu yang menjadi faktor pendukungnya. Selain itu tempat jualan, kedekatan antar pedagang juga menjadi faktornya.”