55
Tapi tidak sampai kekurangan modal atau kehabisan modal, Alhamdulillah usaha ini bisa lancar, soalnya keuntungan dari
martabak itu besar mas.”
Berdasarkan hasil wawancara mengenai awal usaha para pelaku usaha tersebut berjalan dapat diambil kesimpulan bahwa
terdapat persamaan dari para pelaku usaha kecil tersebut bahwa pada awal mereka berjualan tidak langsung ramai dan banyak
pelanggannya bahkan cenderung sepi, dan para pelaku usaha ini tidak mudah putus asa dan ulet dalam menjalankan usahanya.
Namun terdapat perbedaan dalam hal modal, ada yang sampai kekurangan modal tapi ada juga yang modalnya tercukupi.
b. Kebutuhan untuk memulai usaha kecil
Memulai suatu usaha tentunya memerlukan berbagai kebutuhan yang akan mendukung usaha tersebut, disini peneliti telah mewawancarai
para pelaku usaha untuk mengetahui langkah apa saja yang pelaku usaha lakukan untuk membuka atau memulai usahanya. Peneliti melakukan
wawancara dengan pengusaha bakso, hasilnya sebagai berikut : “Yang paling penting untuk memulai usaha ini itu modal mas, karena
besar kecilnya modal mempengaruhi usaha dan usaha tanpa modal itu susah. Lalu lihat pasar, dimana daerah yang ramai dan belum ada penjual
bakso disana, saya memutuskan untuk berjualan di trotoar sini kebetulan disini dulu itu masih belum ada yang jual bakso jadi sedikit saingannya,
bahkan orang jualan pun belum seramai sekarang, dulu hanya beberapa pedagang kaki lima dan usaha kuliner. Kalau tau tempat ini dari kenalan
yang kebetulan tinggal disini setelah di survey dan karena alas an tadi itu, jadi saya memutuskan untuk jualan disini. Setelah itu, baru persiapan
perlengkapan yang diperlukan untuk membuka usaha, gerobak, tempat, bahan-bahan bakso dan mie ayam, dsb. Dalam menyiapkan perlengkapan
itu tidak ada hambatannya, karena sudah tau tempat untuk membeli bahan baku, tukang buat gerobak dll.
56
Mas Gun pengusaha es oyen, mengatakan : “Kalau menurut saya yang penting itu kemauan untuk membuka usaha, itu
sangat diperlukan di samping kebutuhan materiil lainnya. Lalu seperti biasa, uang untuk modal usaha, jangan terlalu banyak sesuaikan kebutuhan
saja, usaha jangan langsung besar, di cicil sedikit-sedikit, itu juga untuk jaga-jaga apabila kita kekurangan modal. Lalu pasar dimana bahan baku
bisa di dapat, seperti, kelapa muda, es batu dll, baru mikir tempat dimana akan membuka usahanya, yang walaupun saingan usaha sejenis itu banyak
tapi tetap prospektif untuk usaha yang sedang saya buka ini, seperti mencari tempat yang dekat jalan, dekat kampus gitu,dan tingkat daya beli
yang tinggi. Memutuskan untuk jualan disini kalau yang cabang ini sih, karena mertua dulu temannya tinggal disini. Kalau cabang yang saya buka
ya karena ramai tempatnya, di belakang kampus yang di sanata darma dan dekat jalan raya kalau yang di tamsis itu.”
Sedangkan Bapak Eko mengatakan, sebagai berikut : “Yang di perlukan untuk membuka usaha khususnya di martabak ini, itu
keterampilan, karena untuk membuat satu martabak yang telur itu susah sekali, saya saja butuh waktu kurang lebih sebulan untuk belajar ini.
Setelah keterampilan cukup, dan berani membuka sendiri baru modal berupa uang. Kemudian lokasi jualan, dulu saya bisa berjualan disini
karena kebetulan punya saudara dekat sini,lalu saya melihat kondisi di sini sangat bagus untuk membuka usaha apa pun itu, karena dekat dengan jalan
raya, perkampungan, kost mahasiswa dan juga kampus. Kesulitan untuk menyiapkan usaha ini, ya pada waktu berlatih membuat itu, dulu pas buka
sendiri sampai habis berapa telur yang tidak jadi martabak.”
Dari hasil wawancara di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa modal berupa uang sangat diperlukan untuk membuka sebuah usaha,
pengamatan pasar penting dilakukan untuk mengetahui pangsa pasar dan seberapa banyak pesaing di usaha tersebut, kemauan untuk membuka
usaha dan juga keterampilan membuka usaha juga penting untuk diperhatikan.
57
c. Pemasaran Produk
Setelah semua proses telah terlaksana, selanjutnya adalah pemasaran hasil usaha tersebut. Pemasaran menjadi faktor penting untuk
menarik para konsumen agar membeli barang dagangan, maka dari itu pedagang dituntut harus kreatif atau tampil berbeda dalam memasarkan
produknya. Namun pemasaran untuk usaha kecil memang sangat terbatas selain karena keterbatasan modal, juga karena kurang kreatifnya pedagang
yang hanya sekedar mementingkan kuantitas dan tidak begitu memperhatikan faktor pemasaran. Disini peneliti telah mewawancarai
beberapa pedagang tentang bagaimana mereka memasarkan produknya. Bapak Joko, pengusaha bakso dan mie ayam mengatakan bahwa :
“Saya memasarkan usaha ini, terbatas hanya dengan menggunakan spanduk yang di tempel ini, selain untuk pemasaran, spanduk ini
juga berguna untuk menutupi konsumen yang sedang makan di dalam. Dari dulu sampai sekarang hanya menggunakan spanduk ini,
karena simple dan murah juga, lagian tempatnya kan dekat dengan jalan raya, kalau masang yang aneh-aneh seperti lampu dsb, susah
dan ribet. Konsumen juga penting untuk pemasaran mas, ini bisa ramai seperti ini selain karena memang sudah lama berjualan disini
juga karena konsumen yang mungkin menyebarkan lewat mulut ke mulut soal warung bakso ini.”
Mas Gun pengusaha es oyen mengatakan sebagai berikut : “Kalau untuk pemasaran ya mas, jalan ini pun juga alat yang
digunakan untuk pemasaran mas. Banyak pengendara yang lewat, dan melihat warung kami. Tapi menggunakan spanduk juga,
banner, seperti pada umumnya. Kalau yang cabang saya itu, nitip promosi di kios ini, masang selebaran di kaca memberitahu kalau
buka cabang di daerah sana gitu.” Selanjutnya Bapak Eko, pengusaha martabak mengatakan bahwa :
“Pemasarannya dulu si terbatas di tulisan depan gerobak itu mas, lalu tempelan stiker di kaca grobak ini. Lalu saya mikir untuk
58
promosi di kardus martabak juga, dengan menempeli kertas di penutup kardus. Konsumen juga pemasaran itu, kadang saya nitip
promosi untuk disebarkan ke orang lewat konsumen saya.” Berdasarkan hasil wawancara mengenai pemasaran dapat
disimpulkan bahwa para pengusaha memasarkan produknya melalui banner atau spanduk yang di pasang di gerobaknya karena di nilai lebih
simple dan murah dari segi biaya, menempelkan stiker tulisan pada gerobak, ada juga yang memakai selebaran yang di pasang di gerobak,
pengusaha juga memanfaatkan konsumennya sebagai sarana pemasaran.
2. Pengelolaan Usaha Kecil Informal
Sebagaimana yang di ketahui bahwa bidang keuangan merupakan bidang yang sangat penting bagi perusahaan besar atau pun usaha kecil,
banyak usaha kecil yang bangkrut karena tidak bisa mengelola keuangannya. Dengan adanya laporan keuangan, pemilik dapat
memperhitungkan keuntungan yang diperoleh,dan juga mengetahui berapa tambahan modal yang dicapai. Untuk mengetahui bagaimana pengusaha
mengelola usahanya, peneliti telah melakukan wawancara dengan hasil sebagi berikut:
Bapak Joko, pengusaha bakso dan mie ayam mengatakan : “Pengelolaan keuangan pasti ada, tapi ya tidak rinci sekali sperti
usaha-usaha besar itu, pembukuan di usaha ini, hanya sebatas berapa uang yang di keluarkan untuk berjualan hari ini, dan berapa
yang di dapat dari penjualan hari ini. Untuk kemudian, di pisah antara modal yang di keluarkan untuk usaha sehari ini dan untung
yang di dapat. Keuntungan tersebut di sisihkan sebagian untuk menggaji karyawan secara harian dan sebagian di simpan dan di
hitung sebulan sekali untuk menggaji karyawan yang bulanan, sewa tempat, sewa listrik, dan hal-hal yang tak terduga lainnya.”