61
mengelola karyawan, para pedagang tidak mengalami kesulitan karena sudah ada komitmen kerja diantara pedagang dan karyawan.
3. Faktor Pendukung Usaha Kecil Informal
Faktor pendukung menentukan bagaimana jalannya sebuah usaha untuk menjadi berkembang atau pun tidak. Peneliti telah melakukan
wawancara kepada beberapa pedagang kecil di trotoar jalan timoho-sapen untuk mengetahui apa saja yang menjadi faktor penndukung dari usaha
mereka, hasil wawancaranya adalah sebagai berikut : Bapak Joko pengusaha bakso mengatakan bahwa :
“yang menjadi faktor pendukung dalam usaha ini adalah karyawan yang mereka hampir semua masih saudara dengan saya, jadi
loyalitas mereka dapat di ketahui dan di pertanggung jawabkan. Selain itu, faktor lokasi tempat jualan yang ramai, dekat dengan
perkampungan penduduk, jalan raya serta kampus juga menjadikan usaha ini lancer sampai sekarang. Pada saat mengolah daging
untuk di jadikan bakso dan menggiling mie itu saya lakukan bersama dengan saudara-saudara yang lain, sehingga modal yang
dikeluarkan tidak terlalu banyak.” Mas Gun pengusaha es oyen, mengatakan :
“Faktor pendukungnya itu di resepnya ya mas, soalnya beda rasa lho antara penjual es oyen yang satu dengan yang lain, mungkin itu
faktor yang membuat es oyen saya ini banyak pelanggannya, karena rasa yang lebih enak. Faktor tempat jualan juga mendukung
mas, ramai atau tidaknya tempat itu mempengaruhi pendapatan.” Bapak Eko pengusaha martabak mengatakan bahwa :
“Mungkin karena ini usaha milik saya sendiri, jadi bebas dalam mengelolanya itu yang menjadi faktor pendukungnya. Selain itu
tempat jualan, kedekatan antar pedagang juga menjadi faktornya.”
62
Dari hasil wawancara tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa loyalitas karyawan, tempat atau lokasi usaha yang strategis, rasa dari sebuah
produk yang memiliki cita rasa sendiri dan pengelolaan yang di lakukan oleh pemilik usaha itu sendiri menjadi faktor-faktor pendukung pengusaha
tersebut.
4. Faktor Penghambat Usaha Kecil Informal
Selain faktor pendukung, tentu ada juga hal yang menghambat usaha para pedagang kecil, disini peneliti telah melakukan wawancara
kepada pedagang mengenai apa yang menjadi hambatan mereka pada saat berjualan. Hasil wawancara sebagai berikut :
Bapak Joko pengusaha bakso mengatakan bahwa : “Kendala dari dulu sampai sekarang itu di tempat mas, karena
sempit dan terbatas di trotoar saja jadi konsumen terkadang kurang nyaman karena harus berdesakan dengan konsumen lain pada saat
makan, menunggu pesanan atau saat antri membayar, dan bahaya juga kalau sedang antri untuk membeli karena bisa kesrempet motor.
Lalu kendalanya juga pada harga daging, bahan baku yang sekarang melonjak tinggi, membuat bingung mau naikan harga kasihan
pelanggan, tidak di naikan untung yang di dapat sedikit.”
Mas Gun pengusaha es oyen, mengungkapkan bahwa : “Faktor penghambatnya itu di SDM mas, artinya karyawan. Susah
mencari karyawan yang benar-benar bertanggung jawab dan bisa di percaya, makanya di sini sering ganti-ganti karyawan jadi perlu
adaptasi dan pengarahan dari awal lagi. Kendala lain ada di bahan, soalnya es oyen itu kan mayoritas isi esnya itu dari buah dan harus
segar agar menarik minat konsumen, jadi kita harus benar-benar bisa mengira-ngira berapa banyak buah yang akan di beli dan di gunakan.”
Bapak Eko pengusaha martabak mengatakan bahwa : “Kendala usaha ini ada di bahan bakunya, itu sangat mempengaruhi.
Apa lagi sekarang semuanya serba naik, harga telur, gas, dan
63
sebagainya. Sedangkan modal kita mepet, kalau kita menaikan harga nanti gimana, ga di naikan ya kita lama-lama rugi.“
Dari hasil wawancara tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa lokasi usaha yang sempit dan dekat jalan raya menjadi hambatan para
pedagang karena terbatasnya ruang gerak konsumen dan bahaya yang dapat ditimbulkan dari jalan raya, mencari tenaga kerja yang dapat
bertanggung jawab susah di dapatkan padahal karyawan menjadi peran penting sebuah usaha, dan terutama harga bahan pokok yang melambung
tinggi menjadi kendala pada setiap usaha tidak hanya yang berada di jalan Timoho-Sapen tersebut, pengusaha menjadi kesulitan untuk menentukan
harga dagangannya.
5. Upaya Mengatasi Hambatan Usaha Kecil Informal
Setiap mendirikan usaha,hambatan-hambatan sudah pasti ada dan harus dihadapi, namun sebuah upaya tentu sudah dipikirkan oleh para
pelaku usaha untuk mengatasi hambatannya. Pedagang yang berjualan di sepanjang trotoar jalan Timoho-Sapen juga mempunyai hambatan-
hambatan sendiri di dalam usahanya dan tentu juga mempunyai upaya untuk mengatasi hambatan tersebut. Berikut hasil wawancara peneliti
terhadap pedagang untuk mengetahui bagaimana upaya mereka mengatasi hambatan usahanya. Hasilnya sebagai berikut :
Bapak Joko pengusaha bakso dan mie ayam mengatakan bahwa : “Upaya yang kami lakukan untuk mengatasi masalah tempat, yaitu
dengan menggelar tikar di pinggir trotoar dan juga di belakang dekat parkiran kebetulan tempatnya luas dengan terlebih dahulu di
64
siram agar debu-debu hilang. Untuk mengatasi daging tadi, saya dan saudar-saudara membelinya patungan mas, jadi kita beli
berapa ton sekaligus misalnya dan nanti di bagi-bagi per orang dapat berapa, itu saja fleksibel artinya kalau ada yang mau nambah
porsi ya silahkan saja. Itu lebih murah daripada kita membelinya secara eceran gitu istilahnya, kan mending borongan.”
Mas Gun pengusaha es oyen mengatakan bahwa : “Kami mencari SDM masih mengandalkan seseorang yang kenal
dengan kita, jadi nitip promosi kalau ada yang butuh pekerjaan biar menghubungi saya gitu atau mencari dari desa saya di bandung.
Seperti itu lumayan aman lah, jadi paling tidak kan kita sedikit tahu darimana asal usul karyawan itu. Mengenai bahan baku, saya
mengakalinya dengan menggunakan lemari pendingin dan setiap dua hari sekali itu nyetok buah, jadi buah itu bisa segar terus.”
Bapak Eko pengusaha martabak mengungkapkan :
“Ya mau tidak mau, harga harus di naikan sedikit mas. Karena saya kan modal juga tidak banyak, jadi kalau tidak begitu ya tidak
dapat untung nanti, daripada harus mengurangi rasa martabaknya.” Dari hasil wawancara dapat di lihat bahwa para pelaku usaha kecil
memiliki cara sendiri-sendiri dalam upaya mengatasi hambatan mereka diantaranya adalah menggelar tikar untuk mengatasi masalah kekurangan
tempat, mencari SDM atau karyawan dengan lebih selektif, dan menaikan harga jual untuk mengurangi kerugian.
C. Pembahasan
1. Pengembangan Usaha Kecil
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dideskripsikan di atas dapat dijelaskan bahwa pengembangan usaha kecil di Jalan
Timoho-Sapen melalui proses yang panjang. Masing-masing pengusaha mengalami proses yang berbeda-beda. Proses