Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4
formal, tenaga kerja dari sektor tradisional berusaha dan bekerja terlebih dahulu di sektor informal. Setelah memperoleh pengetahuan, keahlian dan
pengalaman di sektor informal barulah mereka beralih dan mengalihkan usahanya ke sektor formal yang bersifat modern. Selain itu, sektor informal
penting artinya bagi Negara berpenduduk besar, dimana sektor informal yang bersifat padat karya mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.
Namun demikian UKM dalam penanganannya tidak terlepas dari berbagai hambatan dan permasalahan. Beberapa permasalahan yang
menyebabkan kelemahan serta hambatan bagi pengelola suatu UKM di antaranya menyangkut faktor intern dan ekstern dari UKM itu sendiri Hani
Handoko, 1989:12. Menurut Hani Handoko bahwa permasalahan yang mendominasi pada faktor intern dan ekstern adalah:
1. Pada umumnya pengelola UKM merasa tidak memerlukan ataupun
tidak pernah melakukan studi kelayakan, penelitian pasar, analisis perputaraan uang tunaikas, serta berbagai penelitian lain yang
diperlukan untuk aktifitas bisnis;
2. kurangnya petunjuk pelaksanaan teknis operasional kegiatan dan
pengawasan mutu hasil kerja dan produk serta sering tidak konsisten dengan ketentuan order yang mengakibatkan klaim atau produk yang
ditolak
3. pembagian kerja tidak proporsional, sering terjadi pengelola memiliki
pekerjaan yang melimpah atau karyawan yang bekerja di luar batas jam kerja standar
4. kesulitan modal kerja atau tidak mengetahui secara tepat berapa
kebutuhan modal kerja, sebagai akibat tidak adanya perencanaan kas; 5.
persediaan yang telalu banyak terutama jenis barang yang salah kurang laku
6. hal lain yang menyangkut mismanagement dan ketidakpedulian
pengelola terhadap prinsip-prinsip manajerial 7.
sumber modal terbatas pada kemampuan pemilik; dan 8.
perencanaa dan program pengendalian tidak pernah merumuskannya.
5
Dalam hal pelayanan terhadap konsumen dan pelanggan lainnya, UKM tetap bisa menjaga hubungan bisnisnya sehingga usahanya tetap eksis.
Tidak semua pernyataan di atas benar adanya, karena sebagian dari mereka pengelola UKM yang memiliki pendidikan memadai, memiliki visi misi ke
depan yang jelas, serta memiliki kesungguhan dalam berusaha, mereka dapat membuktikan bisa maju dan mampu berkompetisi atau bersaing dengan
perusahaan besar dalam menjalankan usahanya. Pemerintah yang dalam konteks sebagai penyelenggara negara yang
bertanggung jawab atas ketersediaan lapangan kerja atau kesempatan kerja, seharusnya juga memandang prospek UKM informal ini sebagai salah satu
alternatif solusi mengatasi tingkat pengangguran yang setiap tahun bertambah. Pada intinya pemerintah memiliki kewajiban untuk turut memecahkan tiga
hal masalah klasik yang kerap kali menerpa UKM, yakni akses pasar, modal, dan tekhnologi. Secara keseluruhan, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam melakukan pengembangan terhadap unit usaha UKM, antara lain kondisi kerja, promosi usaha baru, akses informasi, akses
pembiayaan, akses pasar, peningkatan kualitas produk dan SDM, ketersediaan layanan pengembangan cluster, jaringan bisnis, dan kompetisi.
Usaha kuliner dan sejenisnya merupakan usaha yang sedang berkembang di Indonesia. Peluang bisnis kuliner dapat ditemukan dimanapun
dan kapanpun dengan beragam dan akan selalu ada selama manusia masih memerlukan makanan sebagai kebutuhan pokoknya. Peluang bisnis makanan
masih terbuka sangat lebar, segmen pasar yang luas dan variasi menu yang
6
mudah untuk dikembangkan. Di samping itu bisnis dibidang kuliner juga merupakan contoh bisnis yang sangat fleksibel karena tidak dibatasi oleh
besarnya modal yang dimiliki. Misal dengan modal yang kecil kita sudah bisa untuk memulai usaha ini dengan cara menitipkan dagangan kita ke beberapa
kantin atau warung-warung, namun jika memiliki modal yang besar, tentunya kita dapat menyesuaikannya, mungkin dengan memanfaatkan tenaga kerja
yang maksimal yang sesuai dengan bidangnya, pendirian lokasi usaha yang strategis dan sebagainya.
Setiap usaha tidak selalu berjalan mulus, usaha kecil pun tidak selalu akan sesuai yang diharapkan dan pasti akan mengalami hambatan juga
kendala. Dalam perjalanannya kendala yang di hadapi beraneka macam, diantaranya adalah kurangnya modal usaha, persaingan usaha yang ketat,
belum mendapat keuntungan, dan kenaikan harga bahan pokok. Selain masalah pokok tersebut, tingginya harga sewa tempat, biaya pembayaran
listrik, dana kebersihan dan lain lain, juga merupakan permasalahan yang harus di hadapi oleh pelaku usaha.
Kondisi masyarakat di Yogyakarta yang mayoritas adalah pendatang dan mahasiswa membuat bisnis usaha kuliner semakin berkembang di kota
tersebut, tidak terkecuali makanan-makanan kecil atau berbagai jajanan seperti martabak, roti bakar, aneka gorengan, angkringan, dan masih banyak
lagi, yang juga ikut berkembang. Bentuk usaha kecil kuliner dapat di jumpai di berbagai tempat, salah satunya adalah di sepanjang trotoar jalan Timoho –
Sapen. Lokasi ini sangat strategis untuk membuka usaha kecil khususnya
7
usaha kuliner karena lokasinya yang berdekatan dengan kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, selain itu di sekitar daerah tersebut banyak di jumpai
kos mahasiswa dan rumah-rumah warga. Usaha kecil yang berada di sepanjang trotoar jalan Timoho – Sapen
berbeda-beda dalam proses pendirian dan pengembangan usahanya. Selama proses tersebut berlangsung tentunya para pedagang atau pelaku usaha kecil
mengalami berbagai macam hambatan-hambatan serta bagaimana dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Hal ini menjadi menarik untuk di
kaji lebih jauh proses, hambatan, serta cara untuk mengatasi hambatan pada usaha tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian studi kasus mengenai proses pendirian, pengambangan, hambatan
dan cara mengatasi hambatan pada usaha kecil di sekitar jalan Timoho-Sapen.