Manajemen Permodalan Manajemen Usaha Kecil

28 untuk meraih keuntungan. Dengan adanya kas di tangan, maka transaksi per kas pertama yang biasa mendadak dan dalam waktu relatif singkat dan dengan leluasa bisa segera dilakukan. 2 Motif berjaga-jaga dimaksudkan sebagai usaha perusahaan menyediakan uang tunai untuk berjaga- jaga. Motif ini bertujuan untuk menjaga kemung-kinan timbulnya hambatan terhadap kontinuitas proses usaha perusahaan. 3 Motif transaksi dimaksudkan untuk menutup transaksi operasional setiap hari yang merupakan rutinitas kegiatan perusahaan. Transaksi pada umumnya dapat ditutup dengan cara tunai dan cara kredit. b Piutang, dimaksudkan sebagai sejumlah tagihan terhadap pihak lain akibat transaksi usaha yang disetujui dengan pembayaran yang ditunda selama jangka waktu tertentu. c Persediaan barang merupakan jenis investasi modal kerja yang dinamis, baik di perusahaan perdagangan maupun manufaktur. Untuk perusahaan perdagangan jenis persediaan berupa barang dagangan. Untuk perusahaan yang melakukan proses produksi, jenis persediaan dibagi dalam 3 bentuk persediaan, yaitu: 1 bahan mentah , 2 barang sedang dalam proses atau 3 barang jadi. 29 d Mesin, peralatan yang digunakan untuk proses produksi dan diperhitungkan sebagai biaya overhead pabrik. e Gedung dan bangunan f Aktiva tetap lain, seperti tanah. 2 Sumber-sumber Modal Kebutuhan modal, baik modal investasi maupun modal kerja dapat dicari dari berbagai sumber dana yang ada, yaitu modal sendiri atau modal pinjaman modal asing. Berikut pengertian modal sendiri dan asing menurut Kasmir 2006:86 : a Modal Sendiri Modal sendiri adalah modal yang diperoleh dari pemilik perusahaan dengan cara mengeluarkan saham. Saham yang dikeluarkan perusahaan dapat dilakukan secara tertutup atau terbuka. Keuntungan menggunakan modal sendiri untuk membiayai suatu usaha adalah tidak adanya beban biaya bunga, tetapi hanya akan membayar dividen. Pembayaran dividen dilakukan apabila perusahaan memperoleh keuntungan dari perusahaan. Kemudian, tidak ada kewajiban untuk mengembalikan modal yang telah digunakan. Kerugian menggunakan modal sendiri adalah jumlahnya sangat terbatas dan relatif sulit memperolehnya. 30 b Modal Asing Pinjaman Modal asing atau modal pinjaman adalah modal yang diperlukan dari pihak luar perusahaan dan biasanya diperoleh dari pinjaman. Penggunaan modal pinjaman untuk membiayai suatu usaha akan menimbulkan beban biaya bunga, biaya administrasi, serta biaya provisi dan komisi yang besarnya relatif. Penggunaan modal pinjaman mewajibkan pengembalian pinjaman setelah jangka waktu tertentu. Keuntungan modal pinjaman adalah jumlahnya yang tidak terbatas, artinya tersedia dalam jumlah banyak. Di samping itu, dengan menggunakan modal pinjaman biasanya timbul motivasi dari pihak manajemen untuk mengerjakan usaha dengan sungguh-sungguh. Sumber dana modal asing dapat diperoleh dari: 1. Pinjaman dari dunia perbankan, baik dari perbankan swasta, pemerintah, maupun perbankan asing 2. Pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusahaan pegadaian, modal ventura, asuransi, leasing, dana pensiun, koperasi atau lembaga pembiayaan lainnya 3. Pinjaman dari perusahaan nonkeuangan 31

c. Pengelolaan Sumber Daya Manusia

Salah satu aspek yang tak kalah pentingnya untuk dikelola oleh wirausahawan adalah sumber daya manusia SDM yang dimiliki. Manusia karyawan sebagai motor penggerak kegiatan usaha perlu dikelola secara profesional. Pengelolaan SDM ini dikenal dengan Manajemen Sumber Daya Manusia MSDM. Pengelolaan manusia sebagai aset yang paling penting dalam perusahaan dimulai dari : langkah ke-1 analsisis jabatan yang meliputi: a penentuan jabatan yang dibutuhkan perusahaan, b penentuan tugas, kewenangan dan tanggungjawab masing-masing jabatan, c penentuan kualifikasi seseorang untuk menduduki jabatan tertentu. Kegiatan ke-2 adalah perencanaan tenaga kerja, yang meliputi a menentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, dan b persyaratan yang diinginkan. Langkah ke-3 adalah pengadaan tenaga kerja yang meliputi a penarikanrekrutmen dan b seleksi. Langkah ke-4 adalah pendidikan dan pelatihan tenaga kerja. Langkah ke-5 adalah menentukan upahgajikompensasi yang akan diterima karyawan. Langkah ke-6 adalah perencanaan karir pegawai, langkah ke-7 kebijakan kesejahteraan pegawai dan langkah ke-8 adalah pemutusan hubungan kerja dengan pensiun 32

A. Sektor Informal

1. Pengertian Sektor Informal

Istilah sektor informal biasanya digunakan untuk menunjukkan sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala kecil. Namun, menurut Safaria,dkk 2003: 4 kalangan akademisi masih memperdebatkan teori dan konsep mengenai sektor informal ini. Ada yang menganggap bahwa sektor informal muncul karena terbatasnya kapasitas industri- industri formal dalam menyerap tenaga kerja yang ada, sehingga terdapat kecenderungan bahwa sektor informal ini muncul di pinggiran kota besar. Sebagian yang lain menganggap bahwa sektor informal ini sudah lama ada. Ini adalah pandangan dari perspektif yang “dualistik”, yang melihat sektor ”informal” dan “formal” sebagai dikotomi antara model ekonomi tradisional dan modern. Menurut Safaria, dkk 2003: 6 sektor informal dipandang sebagai kekuatan yang semakin signifikan bagi perekonomian lokal dan global, seperti yang dicantumkan dalam pernyataan visi WIEGO Woman In Informal Employment Globalizing and Organizing yaitu mayoritas pekerja di dunia kini bekerja di sektor informal dan proporsinya terus membengkak sebagai dampak dari globalisasi: mobilitas capital, restrukturisasi produksi barang dan jasa, dan deregulasi pasar tenaga kerja mendorong semakin banyak pekerja ke sektor informal. Menurut ILO Internasional Labour organization dalam Yustika 2000:193 yang dimaksud sektor informal adalah aktivitas-aktivitas 33 ekonomi yang antara lain ditandai dengan mudah untuk dimasuki, bersandar pada sumber daya lokal, usaha milik sendiri, operasinya dalam skala kecil, padat karya dan teknologinya bersifat adaptif, ketrampilan diperoleh dari luar sistem sekolah formal, dan tidak terkena langsung oleh regulasi dan pasarnya bersifat kompetitif. Menurut Breman dalam Manning, Eds.1991: 139 bahwa sektor informal merupakan suatu istilah yang mencakup dalam istilah “usaha sendiri”, merupakan jenis kesempatan kerja yank kurang terorganisir, sulit di cacah, sering dilupakan dalam sensus resmi, persyaratan kerjanya jarang dijangkau oleh aturan hukum. Mereka adalah kumpulan pedagang, pekerja yang tidak terikat dan tidak terampil, serta golongan-golongan lain dengan pendapatan rendah dan tidak tetap, hidupnya serba susah dan semi kriminal dalam batas-batas perekonomian kota. Kemudian menurut Hart Manning, Eds. 1991: 76 mereka yang terlibat dalam sektor informal pada umumnya miskin, kebanyakan dalam usia kerja utama prime age, bependidikan rendah, upah yang diterima di bawah upah minimum, modal usaha rendah, serta sektor ini memberikan kemungkinan untuk mobilitas vertikal. Menurut Breman Manning, Eds. 1991:142 sektor informal memiliki ciri-ciri sebagai berikut: padat karya, tingkat produktivitas yang rendah, pelanggan yang sedikit dan biasanya miskin, tingkat pendidikan formal yang rendah, penggunaan teknologi menengah, sebagian besar pekerja keluarga dan pemilik usaha oleh keluarga, 34 gampangnya keluar masuk usaha, serta kurangnya dukungan dan pengakuan pemerintah. Ditinjau dari tipe pasarnya, sektor informal mempunyai beberapa keuntungan untuk dipertahankan dan diperluas kegiatannya oleh karena : i terdapat daerah-daerah yang secara eksklusif menjadi domain sektor informal dimana sektor formal tidak mencapainya, ii pasar yang berskala kecil tidak merangsang sektor formal untuk memasukinya, iii kegiatan-kegiatan seperti mengumpulkan barang bekas memerlukan tenaga kerja intensif, dan akan sangat mahal bagi sektor formal, iv sektor informal tidak memerlukan overhead coast yang lebih mahal disbanding sektor formal, v sektor informal mampu berkompetisi karena diferensiasi produk, v sektor formal mungkin tidak mampu menghasilkan tipe barang dan jasa untuk kelompok masyarakat berpendapatan rendah dan menengah dan karena itu meninggalkan pasar seperti itu untuk sektor informal dan vii sektor formal mungkin bekerja dengan sektor informal melalui subkontrak untuk memperoleh masukan memasarkan produk-produknya Sethurahman, 1981: 39 Salah satu ciri sektor formal adalah bahwa mereka yang terlibat di dalamnya, sebagian besar direkrut dari strata Sosial yang lebih tinggi, dengan tingkat pendidikan yang tinggi pula. Sedangkan mereka yang berada pada sektor informal dianggap memiliki ciri-ciri: lebih miskin karena pendapatannya lebih rendah, pekerjaan tidak tetap,