boleh atau dihalang-halangi buta Cakil. Sebab dihalang-halangi
buta Cakil itulaah kemudian perang dan buta Cakil harus mati di tangannya sendiri.
Balungan karena tidak bertumpu pada logika sebab-akibat, maka sering muncul tokoh-tokoh surprise yang mengejutkan atau
tiba-tiba, bahkan menjadi kunci dari setiap peristiwa besar yang sulit dipecahkan, hingga ada dua tokoh surprise yang telah mapan
seperti Narada selalu hadir sebagai Dewa penolong yang pasti berhasil, dan disebut sebagai
deus ex machina artinya Dewa penolong. Deus: Dewa, ex: luar. machina: mesin.
Kehadiran Narada ini selalu saja dalam peristiwa-peristiwa besar yang sulit dipecahkan secara logika. Misalnya: Gatutkaca–
Antarja, keduanya berperang yang tidak ada kalah dan menang dan siapapun tidak bisa melerainya. Dalam keadaan sulit demikian
datanglah narada memberi tahu bahwa keduanya adalah kakak beradik Antarja kakak, Gatutkaca adih yang tidak boleh saling
menyakiti apalagi perang.
a. Macam Alur
Macam alur itu banyak sekali, di antaranya ada: pertama:
alur konvensional, kedua: alur inkonvensional, ketiga: alur
tunggal, keempat: alur ganda, kelima: alur maju dan keenam :
alur mundur. Keenam macam alur tersebut akan diterangkan kemudian.
1. Alur Konvensional
Alur konvensioanal, adalah peristiwa yang tidak mudah ditebak, karena dalam drama tersebut tidak diterangkan terlebih
dulu bagaimana peristiwa kemudian. Alur ini pada umumnya ada di dalam drama-drama modern. Drama yang tidak memberi tahu
peristiwa kemudian, bisa memacu penonton untuk tetap bertahan 61
menonton, karena ingin tahu bagaimana alurperistiwa kemudian, atau bagaimana akhirnya.
2. Alur Inkonvensional
Alur konvensioanal, adalah peristiwa yang mudah ditebak, karena dalam drama tersebut diterangkan terlebih dulu bagaimana
peristiwa kemudian. Alur ini pada umumnya ada di dalam drama- drama tradisi. Drama yang memberi tahu peristiwa kemudian,
bisa menjadikan penonton tidak semangat untuk tetap menonton, karena sudah tahu bagaimana peristiwa akhirnya. Alur
inkonvensional ini misalnya dalam lakon “ Banjaran Gathutkaca”.
Dalam “ Banjaran Gathutkaca” tersebut ketika Kala Bendana
meninggal dibunuh Gatutkaca, Kala Bendana kemudian mengatakan: “besuk kamu Gatutkaca akan tewas saya bunuh
lewat tangan Adipati Karna dalam perang Baratayuda”. Dengan kata-kata kala Bendana itu, sudah barang tentu sudah bisa tebak
bahwa akhirnya Gatutkaca tewas di tangan Adipati Karna dalam perang Baratayuda.
3. Alur Tunggal
Alur tunggal, adalah peristiwa yang berjalan tunggal atau searah, tidak beranak pinah. Alur tunggal ini biasanya terdapat
dalam peristiwa satu tokoh saja. Alur tunggal yang terdapat dalam peristiwa satu tokoh saja ini misalnya bisa dilihat dalam berbagai
lakon banjaran lakon atau cerita satu tokoh mulai lahir sampai
dengan mati seperti lakon banjaran Karna, lakon banjaran
Gatutkaca, lakon banjaran Bisma, dan sebagainya.
4. Alur Ganda
Alur ganda, biasa pula disebut dengan istilah alur lapis, alur cabang, dan alur degresi. Alur ganda adalah peristiwa yang
perjalanannya beranak pinah kebalikan dari alur tunggal. Alur ganda ini biasanya berangkat dari satu permasalahan yang sama
dari beberapa tokoh, tetapi beberapa tokoh tersebut kemudian mengambil jalan berbeda. Alur ganda ini misalnya seperti
terdapat dalam lakon “Wibisana Tundhung”. Dalam lakon “Wibisana Tundhung”, Wibisana dan Kumbakarna mempunyai
masalah yang sama, yakni ditundung Dasamuka dari negeri Alengka. Wibisana dan Kumbakarna yang mempunyai masalah
sama ditundung Dasamuka dari Alengka tersebut, Wibisana pergi ke Pancawati
suwita atau ikut Prabu Rama, sedang Kumbakarna pergi ke gunung Gohmuka tidur di di sana. Dalam perang besar
antara Pancawati melawan Alengka, Wibisana kemudian ikut membela Pancawati, sedang Kumbakarna ikut membela Alengka.
5. Alur Maju