Tersurat bisa pula disebut dengan langsung. Tersurat atau langsung maksudnya adalah menyampaikan pesan dengan cara
terang-terangan. Pesan yang disampaikan dengan cara terang- terangan tersebut langsung bisa dimengerti oleh penonton, tanpa
penonton itu menafsir atau menerjemah lebih dulu. Contoh pesan tersurat ini misalnya: ketika sebuah drama hendak menyampaikan
pentingnya bersatu, langsung dalam drama itu kemudian salah satu di antara tokohnya mengutip
statement atau ayat ketetapannya: “bersatulah kamu, sebab bersatu kita teguh
bercerai kita runtuh”. Contoh lain ketika sebuah drama hendak menyampaikan pentingnya anak taat kepada orang tua, langsung
salah satu di antara tokohnya mengutip statemen atau ayat: “taatlah kamu kepada orang tua, karena sorga itu di bawah
telapak kaki ibu”, dan sebagainya. Tersirat bisa pula disebut dengan istilah tidak langsung.
Tersirat atau tidak langsung, maksudnya adalah menyampaikan pesan dengan cara tersembunyi. Pesan yang disampaikan dengan
cara tersembunyi tersebut tidak bisa langsung dimengerti oleh penonton. Pesan tersebut untuk bisa dimengerti oleh penonton,
penonton harus mentafsir atau menterjemahkan lebih dulu. Contoh pesan tersirat ini misalnya: ketika sebuah drama hendak
menyampaikan pentingnya sifat jujur, drama tersebut menampilkan adegan tokoh jujur di tengah-tengah keserakahan
tokoh lain, yang akhirnya karena kejujuran dari tokoh tersebut kemudian tokoh tersebut diangkat menjadi pejabat besar.
2. Verbal dan Non Verbal
Verbal maksudnya adalah menyampaikan pesan dengan cara lesan, hingga sifatnya lebih mudah untuk bisa dimengerti.
Contoh pesan tersurat ini misalnya: ketika sebuah drama hendak menyampaikan pentingnyabela negara, maka langsung dalam
drama itu kemudian salah satu di antara tokohnya mengatakan dengan bahasa lesan: “membela Negara adalah setengah
daripada iman”.. Non verbal, maksudnya adalah menyampaikan pesan
dengan cara isyarat hingga harus ditafsir lebih dulu, karena belum bisa dimengerti. Contoh pesan tersirat ini misalnya: ketika sebuah
drama hendak menyampaikan pentingnya menjaga lingkungan, maka drama itu kemudian menampilkan adegan alam yang karena
sampah menumpuk di sembarang tempat kemudian banjir di mana-mana.
3. Methok dan Medhang Miring
Methok sama dengan tersurat atau langsung. Methok, tersurat atau langsung ini maksudnya adalah menyampaikan
pesan dengan cara terang-terangan. Pesan yang disampaikan dengan cara terang-terangan tersebut langsung bisa dimengerti
oleh penonton, tanpa penonton itu menafsir atau menerjemah lebih dulu. Contoh pesan tersurat ini misalnya: ketika sebuah
drama hendak menyampaikan pentingnya sabar menghadapi masalah, langsung dalam drama itu kemudian salah satu di antara
tokohnya mengutip ayat: “bersabarlah karena bersabar disayang Tuhan”. Contoh lain ketika sebuah drama hendak menyampaikan
pentingnya persaudaraan, langsung salah satu di antara tokohnya mengutip ayat: “bersaudaralah kamu sekalian seperti satu tubuh,
jika sebagian sakit, bagian lain ikut merasakan”. Medhang miring sama dengan tersirat atau tidak langsung.
Medhang miring, tersirat atau tidak langsung ini maksudnya adalah menyampaikan pesan dengan cara tersembunyi. Pesan
yang disampaikan dengan cara tersembunyi tersebut tidak bisa langsung dimengerti oleh penonton. Untuk bisa dimengerti oleh
penonton, penonton harus menafsir atau menerjemahkan lebih 54
dulu. Contoh pesan tersirat ini misalnya: ketika sebuah drama hendak menyampaikan pentingnya anak taat kepada orang tua,
drama tersebut hanya mengutip terjemahan dari ayat: “surge di bawah telapak kaki ibu”. Contoh lain ketika sebuah drama hendak
menyampaikan pentingnya berlaku adil, drama tersebut hanya mengutip terjemahan dari ayat yang mengatakan bahwa Tuhan itu
berlaku adil kepada makhluknya. Nyampar pikoleh adalah menyampaikan ajaran secara lebih
tersembunyi lagi dibanding dengan medhang miring. Nyampar
pikoleh ini jangankan langsung bisa diterima, ditafsir pun juga tidak gampang. Jadi pesan
nyampar pikoleh ini hanya bisa dimengerti penonton jika ditanyakan lebih dulu kepada orang yang
memberikan pesan. Nyampar pikoleh ini miasalnya: ketika hendak
menyampaikan ajaran tentang pentingnya dakwah, dalam sajian
wayang kulit purwa ada wayang Wali yang muncul. Terhadap muncunya wayang Wali itu penonton tidak tahu, apa maksud
sebenarnya wayang Wali itu. Setelah ditanyakan kepada dalang, ternyata maksud wayang Wali itu adalah agar penonton
melakukan dakwah seperti para Wali.
b. Cara Mengajak Melakukan Pesan
Cara mengajak melakukan pesan, ini penting untuk disampaikan, sebab seperti telah diterangkan bahwa pesan itu
berisi ajaran, sedang ajaran itu disampaikan maksudnya adalah untuk dilakukan hingga pesan itu lebih bersigfat ajakan.
Cara mengajak melakukan pesan dalam sebuah drama itu itu ada dua
pertama dengan cara simbolisme, kedua dengan cara terang-terangan.
1. Dengan Cara Simbolisme
Mengajak dengan cara simbolisme, seperti bisa ditemukan dalam drama tradisi pertunjukan wayang kulit purwa dengan apa
yang disebut istilah golekan. Golekan ini bentuknya boneka
manusia menari. Golekan asalnya dari kata golek: mencari bahasa
jawa, sebagai simbol dari cara dalang mengajak kepada publik untuk mencari ajaran yang baik selanjutnya untuk dilakukan, dan
yang jelek di tinggalkan. Jadi, golekan itu sebuah perintah
“ golekana wosing crita, sing apik amalna sing ala buangen ”:
carilah inti cerita yang baik lakukan yang jelek buanglah. Dengan cara simbolisme ini juga terdapat dalam tari Jawa
bentuknya seperti misanya: gerak ngrangkul, dan sebak sampur.
Gerak ngrangkul itu artinya agar publik melakukan ajaran
kebaikan, dan seblak sampur itu artinya agar publik membuang
kejahatan.
2. Dengan Cara Terang-Terangan
Mengajak dengan cara terang-terangan, tidak ditemukan dalam drama apa pun baik tradisi maupun modern, tetapi bisa
mengadopsi dalam usaha dakwah dengan apa yang disebut tasykilan. Tasykilan, asalnya dari kata tasykil artinya membentuk
bahasa Arab.
Tasykilan ini bentuknya mengajak secara langsung atau terang-terangan kepada publik untuk melakukan ajaran
seperti disampaikan, bahkan dibimbing atau dituntun secara langsung bagaimana cara mengerjakannya.
Mengajak dengan cara terang-terangan ini bukanlah barang jadi, artinya langsung dilakukan begitu saja, tetapi melihat
kesiapan publik. Artinya, sekiranya publik itu sudah siap diajak secara terang-terangan atau istilahnya siap di-
tasyikil¸ maka ajakan secara terang-terangan itu dilakukan. Tetapi sekiranya
tidak atau belum siap, maka dilakukan secara bertahap. Dilakukan 56
secara bertahap itu mulai dari awal: tahap ta’aruf, ta’alluf, targhib,
tasykil, terakhir takhruj. Ta’aruf artinya perkenalan bahasa Arab, maksudnya
sebelum mengajak secara langsung, melakukan perkenalan terlebih dulu, sehingga
ta’aruf ini tidak mengajak baik secara langsung ataupun tidak.
Ta’alluf artinya satu hati bahasa Araf. Maksudnya dalam perjalanan dakwahnya setelah
ta’aruf kemudian ada kesatuan hati jauh dari rasa curiga, adapun tanda-tandanya adalah publik sudah
taat atau dalam bahasa Jawanya manut-mirurut.
Targhib artinya semangat bahasa Arab. Maksudnya setelah ada kesatuan hati antara da’I dan sasarannya kemudian da’I
memberikan semangat amal dengan cara menyampaikan keuntungannya jika beramal, dan kerugiannya jika tidak.
Tasykil, artinya membentuk bahasa Arab. Setelah berhasil melalui tiga tahap:
ta’aruf, targhib, dan ta’alluf tersebut, maka jatuhlah pada keputusan
tasykil, artinya membentuk bahasa Arab. Tasykil, maksudnya mengajak sasaran secara langsung
untuk takhruj.
Takhruj, artinya keluar bahasa Arab. Maksudnya adalah keluar hingga beberapa lama untuk melakukan ajaran seperti
disampaikan dalam dakwahnya.
5. Alur