juga berkelakar: “dirilah yang paling penting, sebab diri ini lebih dulu ada, buktinya begitu bayi lahir kemudian bergerak.
Apresiasi, merupakan fitrah manusia yang ada, dibawa sejak lahir, maksudnya setiap manusia lahir terhadap sesuatu suara,
gerak, dan rupa itu pasti melakukan apresiasi, hanya saja, apresiasi itu walaupun pengertiannya sebagai kata kerja yang
bersifat aktif, tetapi dalam perjalanannya kemudian bertingkat- tingkat ada yang rendah, ada yang tinggi, artinya ada yang pasif
ada yang aktif.
C. Tingkat-tingkatan Apresiasi
Tingkat-tingkatan apresiasi itu banyak sekali, paling tidak Rusyana 1978:65 membagai menjadi empat tingkatan:
pertama: pengenalan
, kedua: penghargaan, ketiga: penghayatan, dan keempat: implikasi. Tingkat-tingkatan apresiasi tersebut kemudian
diterangkan sebagai berikut.
1. Tingkat Pengenalan
Tingkat pengenalan, maksudnya apresiasiator bisa merasakan sesuatu, tetapi tidak tahu apa yang sedang dilakukan,
dan tidak tahu pula apa yang sesungguhnya sedang terjadi. Contoh apresiasi tingkat pengernalan ini: layaknya anak bayi
digendong oleh ibunya, di- puk-puk, diayun dan sebagainya, anak
bayi itu merasakan sesuatu enak dan nyaman, tetapi tidak tahu apa yang sedang dilakukan: di-
puk-puk, digendong, dan sebagainya, dan tidak tahu pula apa yang sedang terjadi: enak
dan nyaman.
2. Tingkat Penghargaan
Tingkat penghargaan, maksudnya apresiasitor bisa merasakan sesuatu, dan tahu apa yang sedang dilakukan, dan
tahu pula apa yang sedang terjadi, tetapi tidak tahu mengapa sesuatu itu terjadi. Contoh apresiasi tingkat penghargaan,
layaknya anak kecil yang sedang bermain ayunan, ia tahu apa yang sedang dilakukan, yakni bermain ayunan, dan tahu pula apa
yang sedang terjadi: merasa enak, nyaman dan sebagainya, tetapi tidak tahu mengapa sesuatu: enak, nyaman dan sebagainya itu
terjadi.
3. Tingkat Penghayatan
Tingkat penghayatan, maksudnya apresiasitor bisa merasakan sesuatu, tahu apa yang sedang dilakukan, tahu apa
yang sedang terjadi, dan tahu pula mengapa sesuatu itu terjadi. Contoh apresiasi tingkat penghayatan, layaknya orang dewasa
yang sedang bermain ayunan, ia tahu apa yang sedang dilakukan, yakni main ayunan, tahu apa yang sedang terjadi, enak dan
nyaman, dan tahu pula mengapa sesuatu—enak dan nyaman—itu terjadi—yakni karena adanya gerakan-gerakan ritmis dari ayunan
tersebut.
4. Tingkat Implikasi
Tingkat implikasi atau tepat guna, yakni apresiasitor di mana tidak saja bisa merasakan sesuatu, tahu apa yang sedang
terjadi, dan tahu pula mengapa sesuatu itu terjadi, tetapi lebih dari itu adalah sudah bisa merasakan manfaat atau tepat guna bahkan
bersifat makrifat di balik dari apresiasi apa yang sedang dilakukan, apa yang sedang terjadi dan mengapa sesuatu itu terjadi. Contoh
apresiasi tingkat implikasi, layaknya ketika orang dewasa itu bermain ayunan, maka dibenaknya: “ini sebagai terapi dan Tuhan
yang menggerakkan”. Contoh lain: seperti orang menari Gatutkaca, karena sedemikian rupa tinggi aprisiasinya aprisiasi
tingkat implikasi, maka kemudian tidak merasa diri sebagai 6
penari, tetapi merasa diri sebagai Gatutkaca benar, itulah apresiasi implikasi atau tepat guna.
D. Apresisasi yang Diharapkan