Hakikat Drama D R A M A

4. Drama

Drama, asalnya dari kata: draomai—bahasa Yunani, artinya berbuat, berlaku, bertinadak, dan bereaksi Firnandus, 1990:11. Drama ini adalah sebuah cerita dipentaskan di atas panggung oleh aktor dan aktris dengan segala tindak tanduk, gerak-gerik badan, aktor dan aktris tersebut bisa manusia atau boneka.

C. Hakikat Drama

Hakikat drama adalah konflik Depdikbud, 1984:12 Konflik adalah tarik-menarik yang dilakukan oleh tokoh berlawanan: protagonis dan antagonis karena adanya kepentingan masalah yang berbeda Depdikbud, 1984:25 Jadi, tarik menarik yang dilakukan oleh tokoh berlawanan tersebut layaknya satu kendaraan dua sopir: satu untuk kepentingan pergi ke utara, satunya lagi untuk kepentingan pergi ke selatan. Kepentingan sebab terjadinya konflik itu banyak sekali, tetapi bagaimanapun banyaknya kepentingan sebab terjadinya konflik itu, pokoknya ada tiga saja, yakni harta, tahta, dan wanita, atau disingkat dengan istilah “ tiga ta”. Untuk sekarang ini tidak hanya harta, tahta, dan wanita, tetapi ditambah lagi senjata, hingga disingkat menjadi “ empat ta”. Kepentingan terjadinya konflik itu, contohnya adalah cerita Pandawa-Kurawa, “Kikis Tunggarana”, dan Rama-Rahwana. 18 Cerita Pandawa-Kurawa, adalah sebuah cerita konflik harta dan tahta. Pandawa ingin agar negeri dan tahta raja Hastina kembali menjadi miliknya, sedang Kurawa ingin agar negeri dan tahta raja Hastina tetap lestari menjadi miliknya, hingga terjadilah konflik dalam hal ini perang besar Baratayuda Jayabinangun. Lebih lanjut ceritanya demikian: awalnya Negara Hastina itu adalah milik Pandawa: setelah Raja Abiyasa mati Pandulah yang menggantikannya. Dalam perjalanannya, oleh kurawa Pandu menggantikan Raja Abiyasa setelah mati demikian dianggap salah, yang benar Destaratra. Maka yang benar Destarata, sebab, Pandu itu anak ke dua, sedang Destaratra anak pertama. Dengan anggapan demikian, maka Kurawa kemudian berusaha sedemikian rupa untuk merebut negeri dan tahta raja Hastina, hingga setelah Raja Pandu mati, Kurawa berhasil menduduki negeri dan tahta raja Hastina. Usaha dan keberhasilan Kurawa itu Pandawa sangat tidak berkenan, hingga berusaha merebutnya kembali. Adanya tarik menarik kepentingan yang berbeda antara Pandawa dan Kurawa inilah kemudian terjadi perang besar yang disebut dengan istilah perang Baratayuda Jaya Binangun. Cerita “Kikis Tunggarana”, adalah sebuah cerita konflik karena kepentingan harta dalam hal ini adalah negara. Ceritanya: kikis Tunggarana tersebut adalah sebuah kikis atau tanah perbatasan antara negeri Pringgandani milik Gatutkaca dengan negeri Traju Trisna milik Boma Narakasura. Oleh Gatutkaca kikis tersebut diambil agar bisa menjadi wilayah Pringgandani, sedang oleh Boma Narakasura kikis tersebut diambil agar bisa menjadi wilayah Traju Tresna. Karena dua kepentingan yang berbeda inilah kemudian berujung sampai dengan konflik peperangan besar yang disebut dengan istilah perang Gojali Suta. Cerita Rama-Rahwana adalah sebuah cerita konflik karena kepentingan wanita dalam hal ini adalah Dewi Sinta. Ceritanya, 19 Rama ingin agar Dewi Sinta tetap menjadi istrinya, sedang Rahwana ingin agar Dewi Sinta cerai dengan Rama dan menjadi istrinya. Atas kepentingan yang berbeda ini, kemudian menjadi konflik yang berujung pada peperangan besar dengan istilah Sari Kuduk Palwaga. Seperti telah diterangkan di atas, karena hakikat drama itu adalah konflik, maka konflik itu kemudian menjadi hukum yang harus ada dalam sebuah drama. Drama tanpa konflik tidaklah menarik. Drama tanpa konflik yang tidak menarik itu misalnya seperti berikut. “Kupu-kupu hinggap di sekuntum bunga Melati mengisap madu. Setelah kupu-kupu itu kenyang, kemudian pergi terbang dan hinggap di atas batu”. Drama kupu-kupu tersebut tidaklah menarik, sebab tidak ada konflik. Drama itu akan menarik jika kemudian diberi konflik. Perhatikan tambahan cerita tersebut: “………., kemudian hinggap di atas batu. Kupu-kupu itu belum saja kenyang mengisap madu, kemudian ditangkap oleh anak kecil, tetapi terbang lari dan tidak kena. Karena ditangkap tidak kena, maka anak kecil itu kemudian nangis sejadi-jadinya”. Drama di atas sekarang sudah menarik, karena sudah ada konfliknya antara kupu-kupu dengan anak kecil. Kupu-kupu ingin bebas tidak terikat, tetapi anak kecil ingin kupu-kupu itu tidak bebas dan terikat. Hakikat konflik, adalah dua tokoh yang berlawanan antara tokoh protagonis melawan tokoh antagonis. Kupu-kupu sebagai tokoh protagonis, sedang anak kecil sebagai tokoh antagonis. Hakikat konflik adalah tarik menarik antar kepentingan tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Kepentingan itu: kupu-kupu ingin bebas tidak mau terikat, sedang anak kecil ingin agar kupu-kupu itu mau ditangkap sehingga tidak bebas dan mau terikat. 20

D. Konflik Drama