Alur Maju Alur Mundur Pemaparan Penggawatan

perjalanannya beranak pinah kebalikan dari alur tunggal. Alur ganda ini biasanya berangkat dari satu permasalahan yang sama dari beberapa tokoh, tetapi beberapa tokoh tersebut kemudian mengambil jalan berbeda. Alur ganda ini misalnya seperti terdapat dalam lakon “Wibisana Tundhung”. Dalam lakon “Wibisana Tundhung”, Wibisana dan Kumbakarna mempunyai masalah yang sama, yakni ditundung Dasamuka dari negeri Alengka. Wibisana dan Kumbakarna yang mempunyai masalah sama ditundung Dasamuka dari Alengka tersebut, Wibisana pergi ke Pancawati suwita atau ikut Prabu Rama, sedang Kumbakarna pergi ke gunung Gohmuka tidur di di sana. Dalam perang besar antara Pancawati melawan Alengka, Wibisana kemudian ikut membela Pancawati, sedang Kumbakarna ikut membela Alengka.

5. Alur Maju

Alur maju biasa pula disebut dengan alur progresif atau progresif plot. Alur progresif adalah alur yang peristiwanya urut dari awal sampai dengan akhir. Alur ini layaknya hitungan angka: 1, 2, 3, 4, 5 ….., dan seterusnya. Alur maju itu misalnya lakon Banjaran, maka awalnya lahir, anak, remaja, dewasa, tua, kemudian mati.

6. Alur Mundur

Alur mundur biasa pula disebut dengan alur regresif atau regresif plot, atau flas back. Alur mundur, adalah alur yang mulainya dari belakang atau kejadian sesudahnya. Alur ini layaknya hitungan terbalik: 2, 3. 4, 5, 6, 1, 7, 8 ….. Untuk membuat alur mundur ini, biasanya dilakukan dengan teknik back tracking back up lampu belakang. Alur mundur ini contohnya seperti dalam lakon “ Karna Tandhing”. Alur mundur dalam lakon “ Karna Tandhing” ini ketika Karna hendak perang melawan Janaka, terlebih dulu menampilkan kejadian lalu yakni ketika ibunya Dewi Kunti membuang Karna ke sungai. Kejadian lalu yang ditampilkan tersebut dilakukan dengan teknik back tracking atau back lamp: permainan lampu belakang.

7. Alur Patah

Alur patah, adalah alur yang peristiwanya patah-patah atau tidak runtut, atau melompat-lompat. Contoh alur patah ini misalnya dalam wayang kulit purwa. Dalam wayang kulit purwa itu mestinya setelah jejeran, kemudian kunduran, paseban nJawi, perang gagal, dan seterusnya, tetapi tidak demikian, melainkan setelah jejeran kemudian bukan kunduran, tetapi langsung paseban dan perang gagal. Juga selah perang gagal itu mestinya kemudian gara-gara, tetapi dijujug perang brubuh begitu saja.

b. Perjalanan Alur

Perjalanan alur, dari awal sampai akhir adalah: pemaparan sampai dengan pantarai. Jelasnya, perjalanan alur itu pertama pemaparan, kedua penggawatan, ketiga klimaks, kempat anti klimaks, kelima: peleraian, keenam pemberian jawaban, dan ketuju pantarai. Perjalanan alur tersebut akan diterangkan kemudian.

1. Pemaparan

Pemaparan biasa pula disebut dengan istilah perkenalan, dan eksposisi. Pemaparan adalah perjalanan alur atau peristiwa yang masih seimbang belum ada masalah. Pemaparan sebagai peristiwa yang masih seimbang belum ada masalah ini dalam pertunjukan wayang kulit purwa terdapat dalam adegan pertama atau jejer di sebuah kerajaan. Jejer di sebuah kerajaan tersebut Raja, patih, mantri bupati, dan sebagainya masih dalam satu hati, satu pikir atau se iya dan sekata.

2. Penggawatan

Penggawatan biasa pula disebut dengan istilah insiden permulaan, rising action, dan peningkatan ketegangan, Penggawatan adalah kejadian awal terganggunya keseimbangan di antara tokoh protagonis dan antagonis. Penggawatan ini bisa memacu atau memberikan semangat penonton untuk menonton drama lebih lanjut, sebab penonton tersebut kemudian ingin tahu alur berikutnya. Penggawatan ini dalam pertunjukan wayang kulit purwa terdapat dalam adegan kedua sebagai tokoh yang tidak seide dengan tokoh dalam jejeran.

3. Klimaks