Penguatan emosi dalam bergerak dan bertindak

70 pendapat yang diyakini dan tegas mengkoordinasi teman kelompok dalam menyelesaikan tugas kelompok. ASD mengerjakan tugas dengan mandiri dan menutupi lembar jawaban agar teman tidak dapat melihatnya. Selain itu ASD tegas tidak memberitahu jawaban kepada teman sebangku yang tidak tahu karena tidak memperhatikan, tegas menghapus jawaban di buku teman karena jawaban tersebut tidak dikerjakan sendiri dan kritis dalam mengoreksi hasil pekerjaan teman dengan bertanya pada guru. ASD terlihat spontan beranjak mengambil buku ketika guru meminta salah satu siswa ke ruang guru kemudian langsung membagikan kepada teman-temannya tanpa diminta guru. Selain itu, ASD sering terlihat mengingatkan teman untuk kebaikan seperti mengingatkan teman agar segera menyelesaikan tugas dan tidak hanya diam saat mengerjakan tugas, mengingatkan teman agar segera mengerjakan tugas dengan memberitahu tugas yang harus dikerjakan. Namun, ASD berbicara dengan suara keras dan membentak saat mengingatkan teman yang selanjutnya mendapat giliran memukul bola saat bermain kasti. Hasil wawancara dengan guru dan beberapa teman sekelas menunjukkan bahwa ASD merupakan siswa yang mempunyai percaya diri yang tinggi meskipun terkadang malu-malu. ASD tegas mengadu kepada guru saat diejek teman ataupun protes 71 kepada guru saat menerima hasil yang tidak sesuai. Namun saat mendapat tugas sebagai pembaca Undang-Undang Dasar, ASD menunjukkan sikap malu-malu ditunjukkan dari suara yang dipelankan. Data dari studi dokumentasi memperlihatkan bahwa sikap sosial ASD dideskripsikan diantaranya sudah baik dalam perilaku jujur, sudah baik dalam sikap percaya diri, disiplin, tanggung jawab, santun, sopan dan sudah baik dalam kerjasama. Dari hasil observasi diketahui bahwa ASD berani untuk berkompetisi meskipun terkadang ragu-ragu atau malu-malu. ASD mempunyai keberanian untuk bersaing dengan teman-temannya. Selama proses kegiatan pembelajaran ASD sering mengacungkan jari dengan cepat dan suara keras saat mengemukakan pendapat kepada guru dan saat kegiatan diskusi, sering menjawab soal dari guru dengan cepat dibandingkan teman-temannya. Namun terkadang ASD kurang berani ketika ada soal dari guru karena terlihat ragu-ragu untuk maju mengerjakan, kurang berani karena terlihat belum siap dalam kegiatan presentasi tugas dari guru. Hasil wawancara dengan orang tua ASD diketahui bahwa ASD cenderung berani. Berikut kutipan hasil wawancara dengan orang tua ASD. “Dia itu cenderung berani mbak. Apapun hasilnya dia itu cenderung berani. Meskipun hasilnya dia itu nggak maksimal lho, meskipun hasilnya pas-pasan pun dia wes sudah, aku dipilih e, dia itu ada kebanggaan tersendiri kalau dia itu.” BR, 10 Maret 2016, lampiran 8 halaman 215 72 Data tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan ASD sebagai berikut. “Yo berani lah ya, kan kalau misalnya lagi kayak gitu tuh aku yang harus paling banyak jawab, soalnya kan kayak gitu itu tuh masuk nilai kayak gitu lho.” ASD, 29 Februari 2016, lampiran 8 halaman 223 ASD memiliki sikap untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik dan mau ketika ditunjuk untuk mewakili sekolah dalam lomba. Namun begitu, terkadang ASD tidak mau mengikuti lomba yang tidak terlalu disukainya ataupun tidak diizinkan oleh Ibunya. Dari pengamatan di kelas ketika ASD ditunjuk untuk mengikuti lomba cipta pantun dan puisi, terlihat ASD kurang berani karena raut muka terlihat ragu-ragu dan berkata tidak mau dengan nada diulur. Hasil wawancara dengan guru Agama mengatakan bahwa sering timbul keragu-raguan pada ASD saat berkompetisi dengan teman karena takut salah. Berikut ini kutipan wawancara dengan guru Agama. “Nah itu, kalau sudah berkompetisi dengan teman-temannya sok sering timbul keragu-raguannya itu sok timbul. Sebenarnya tahu tapi takut salah gitu lho. Yang termasuk tidak mendukung kalau ditandingkan itu ya itu. “Iya. Kalau menulis kalau dia itu runtut. Misalnya jawaban harus ditulis, dia nulisnya runtut. Tapi kalau bersaing itu sok sering timbul kayak ragu- ragu itu sok ada.” “Iya. Walaupun mengucapkannya dengan PD tapi sok takut salah, takut salah, gitu. Ada kata- kata itu sok’an.” BM, 29 Februari 2016, lampiran 8 halaman 204 Dari data studi dokumentasi diketahui bahwa ASD sering mengikuti lomba baik di sekolah maupun lomba umum seperti 73 olimpiade IPA tingkat seleksi gugus, lomba cerdas cermat, cerdas cermat Agama, lomba mewarnai dan try out. ASD memiliki kemauan kuat untuk dapat berkompetisi dan berani berkompetisi. Ada keberanian di dalam diri ASD namun terkadang masih timbul keragu-raguan pada situasi dan kondisi tertentu. Berkaitan dengan semangat dan motivasi di dalam diri, data hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa ASD merupakan siswa yang selalu bersemangat dan memiliki motivasi tinggi. ASD semangat ketika kegiatan pembelajaran, kegiatan diskusi, persiapan lomba. ASD menunjukkan sikap tekun dan semangat dalam menyelesaikan tugas dan mandiri dalam mengerjakan tugas individu. Selama proses kegiatan pembelajaran, ASD aktif dalam kegiatan diskusi kelompok, mempunyai motivasi tinggi untuk dapat menjawab pertanyaan dari guru, dan bertanya ketika kurang paham dengan tugas yang dikerjakan. ASD mempunyai kemauan kuat untuk bisa dan menjadi yang terbaik. Banyak prestasi yang pernah diraih diantaranya juara 5 olimpiade cerdas cermat, juara 4 cerdas cermat Agama dan juara 2 try out serta menjadi rangking 2 kompetisi pengetahuan di kelas VA semester 1. Ada semangat dan kemauan untuk introspeksi diri dan memperbaiki ketika mengalami kegagalan ataupun kekalahan. Saat ada temannya yang meraih suatu prestasi, ASD cenderung termotivasi. ASD mempunyai motivasi tinggi terlihat dari sering 74 belajar, meminjam dan membaca buku, serta mencari informasi dari berbagai sumber ketika mendapati kesulitan dalam pelajaran. Data tersebut diperkuat oleh pernyataan guru kelas seperti pada kutipan hasil wawancara berikut. “Ya biasa, tapi agaknya dia ingin menyaingi.” BP, 26 Februari 2016, lampiran 8 halaman 195 “He’e termotivasi. Rasa persaingannya memang ketat. Ya tinggi rasa bersaingnya. Pokoke saya harus bisa, saya harus bisa, saya harus, keliatannya itu saya harus yang paling.” BP, 26 Februari 2016, lampiran 8 halaman 195 Hasil wawancara dengan orang tua ASD BR, 10 Maret 2016, lampiran 8 halaman 215 menyatakan, “Nah gini, seperti kalau prestasi dia menurun, dia cenderung gini mbak, ya besok ASD lebih berusaha lagi ya bu, gitu.” Selain itu, berkaitan dengan motivasi di dalam diri, Ibu ASD meng ungkapkan, “Itu luar biasa mbak. Dia sangat sangat kepengen istilahnya itu lebih diantara yang lainnya. Motivasinya dia sendiri itu ada makanya saya dukung.” ASD selalu belajar setiap hari seperti yang diungkapkan orangtua, “Terus kalau kayak belajar mbak, memang kalau belajar itu dia dengan sendirinya belajar sendiri. Jadi pagi habis jalan- jalan, habis lari- lari itu dia belajar. Setiap habis isya’ otomatis dia belajar. Dia setiap habis isya’ belajarnya mbak.” Dapat ditarik kesimpulan bahwa pada aspek penguatan emosi dalam bergerak dan bertindak, ASD mempunyai keberanian dan kesanggupan mengambil resiko. Hal tersebut meliputi: tegas dalam bersikap yang ditunjukkan dengan sikap spontan dalam menyikapi 75 suatu hal dan dilakukan dengan percaya diri; mempunyai keberanian untuk berkompetisi meskipun terkadang ragu-ragu atau malu-malu; dan memiliki semangat dan motivasi yang tinggi untuk meraih prestasi.

e. Faktor yang mempengaruhi kematangan emosi siswa berprestasi

Hasil wawancara dengan guru kelas, guru olahraga, guru agama, orang tua dan beberapa teman sekelas diketahui bahwa terdapat kematangan emosi ASD dipengaruhi oleh kepribadian ASD sebagai anak tunggal. Hasil wawancara dengan orang tua siswa, didapatkan informasi bahwa ASD egoisnya cukup tinggi. Berikut kutipan hasil wawancara dengan orang tua ASD. “Kadang-kadang ya sok ngeyel itu tadi. Ngeyel memang.” “Kadang-kadang dia merasa benar itu tadi. Kadang belum tentu jawaban dia benar tapi dia merasa pendapatku kayak gini, ya egoisnya agak tinggi. Agak tinggi memang, egoisnya agak tinggi.” BR, 10 Maret 2016, lampiran 8 halaman 214 ASD memperlihatkan sikap yang cenderung egosentris dan dianggap kekanak-kanakan. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai hal seperti situasi dan kondisi yang sedang dialami ASD serta kepribadian ASD yang merupakan anak tunggal. Hal ini diperkuat dengan kutipan hasil wawancara dengan orang tua ASD dan guru sebagai berikut. “Anak pertama. Iya anak tunggal.” BR, 10 Maret 2016, lampiran 8 halaman 209 “Iya anak tunggal. Mungkin bisa jadi karena itu. Terus sifatnya masih kekanak-kanakan banget. Kekanak-kanakannya dari segi berbicara tadi.” BP, 26 Februari 2016, lampiran 8 halaman 196 “Lebaynya itu pas mengungkapkan pendapat juga ada lebaynya, pas bercerita juga ada lebaynya, cara berbicaranya itu. Cara 76 berbicaranya yang kekanak- kanakan itu lho.” BP, 26 Februari 2016, lampiran 8 halaman 199 “Kesimpulannya akhir itu cuma e apa ya, sifat kekanak-kanakan yang masih jauh dengan umurnya.” BP, 26 Februari 2016, lampiran 8 halaman 200 Informasi yang sama didapatkan dari guru agama bahwa ASD masih kekanak-kanakan sekali dan mengatakan bahwa hal itu mungkin karena ASD anak tunggal. BM, 29 Februari 2016, lampiran 8 halaman 203. Dari beberapa data tersebut diperkuat dengan dokumen gambaran hasil tes kepribadian Lampiran 12 halaman 273 yang menyatakan bahwa ASD cenderung ingin dominan, sehingga masih sangat membutuhkan bimbingan dari keluarga atau lingkungan sekitar agar dapat menyesuaikan diri secara sosial dengan lebih baik dimanapun berada.

B. Pembahasan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa kematangan emosi pada siswa berprestasi dapat ditunjukkan dari empat aspek yang mencakup kesadaran emosi, penerimaan emosi, cara berinteraksi dengan orang lain dan penguatan dalam bergerak dan bertindak.

1. Kesadaran emosi pada siswa berprestasi

a. Menyadari perasaan diri sendiri

Data hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa siswa berprestasi sudah dapat menyadari perasaan diri sendiri. Kesadaran emosi tersebut terlihat dari tingkah laku siswa berprestasi seperti saat mengungkapkan dengan lisan maupun mengekpresikan perasaan yang