Kesadaran emosi Deskripsi Hasil Penelitian
52 ataupun yang dialami orang lain. Dalam hal ini emosi yang dialami
terdiri dari emosi yang menyenangkan dan emosi yang tidak
menyenangkan. 1
Menyadari perasaan diri sendiri
Kesadaran emosi pada ASD dapat terlihat dari cara ASD mengungkapkan perasaan yang dialami dengan lisan dan
mengekspresikan perasaan yang dialami. Dari hasil observasi dan wawancara, diketahui bahwa ASD sudah menyadari perasaan yang
sedang dialami baik saat senang maupun tidak senang. Hal atau kejadian yang biasanya membuat ASD senang yaitu
saat mendapatkan nilai tinggi, bermain bersama sahabat, pergi bersama orang tua atau berkumpul dalam acara-acara keluarga.
Data hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas, guru olahraga, orang tua dan beberapa teman sekelas ASD menyatakan
bahwa ASD sering berteriak kata-kata seperti: yeee; yes; alhamdulillah; hore; dan asyik saat sedang senang. Nada suara
ASD keras dan sering berlebihan dengan nada diulur. Hasil observasi menunjukkan bahwa ASD mengungkapkan dengan lisan
perasaan saat senang mendapatkan nilai bagus dengan berteriak “Yes Horee..horee..hore...” Saat senang bermain dengan teman
dengan bersorak berlebihan dengan suara keras “Menang... Yeee” ASD juga mengungkapkan dengan lisan saat senang
jawabannya benar dengan berteriak “Yes”, “Yess Horee”,
53 “Aaaa... Yeee”, “Yeee”, “Horee” Hasil wawancara dengan
guru menyebutkan ASD senang atau banyak bicara. Seperti kutipan hasil wawancara dengan guru pendidikan Agama Islam
BM, 29 Februari 2016, lampiran 8 halaman 201 yang mengatakan, “Hmm... Contohnya dalam mengungkapkan waktu
senang itu menggebu-gebu. Ya menggebu-gebu seakan-akan orang itu nggak boleh nyela, bahkan gurunya sendiri nggak boleh nyela,
harus, harus didengar penuh.” Hasil wawancara dengan teman sekelas ASD ZA, 29
Februari 2016, lampiran 8 halaman 230 menyatakan bahwa ASD berlebihan karena masih seperti anak-anak padahal sudah besar.
Sedangkan hasil wawancara dengan guru olahraga BY, 1 Maret 2016, lampiran 8 halaman 205 tentang bagaimana ASD dalam
mengungkapkan dengan lisan perasaan yang dialami saat senang menyataka
n, “Sudah wajar, he’e. Hanya tingkat e kadang emosinya yang tidak stabil itu karena masih anak-
anak.” ASD mampu mengungkapakan dengan lisan perasaan yang dialami saat senang
dengan mengucapkan kata-kata yang baik namun cara berbicaranya kurang wajar karena masih berlebihan seperti berteriak dengan
keras dan nada dibuat-buat seperti diulur. ASD kurang wajar dalam mengekspresikan perasaan senang karena sering berlebihan atau
meledak-ledak.
54 Sedangkan hal atau kejadian yang membuat ASD tidak
senang biasanya saat mendapatkan nilai rendah, dijahili teman dan marahan dengan sahabat. Saat mendapatkan nilai rendah ASD
sering merasa takut kalau dimarahi oleh orang tua. ASD biasanya akan menyembunyikan hasil pekerjaan yang mendapatkan nilai
rendah agar tidak diketahui oleh orang tuanya. ASD cenderung mengembalikan kepada diri sendiri dengan melakukan introspeksi
diri ketika mengalami kegagalan seperti kalah dalam lomba atau belum berhasil menyelesaikan tugas.
Dalam mengungkapkan dengan lisan dan mengekspresikan perasaan ketika tidak senang terlihat bervariasi. Saat sedih ASD
cenderung ke diam, tidak mengungkapkan dengan lisan. Dalam mengekspresikan rasa sedih, ASD cenderung terlihat murung atau
cemberut dan hanya diam saja atau menyendiri. Dari wawancara dengan ASD, orang tua ASD dan sahabat ASD diketahui bahwa
ASD sering menulis diary untuk menuangkan perasaan tidak senang yang sedang dialami seperti sedih, kecewa dan marah. Saat
jengkel atau marah, ASD mengungkapkannya dengan lisan apa yang menyebabkan dia jengkel dan juga mengadu pada orang lain.
ASD mengungkapkan dengan lisan perasaan yang dialami saat takut dan marah secara kurang wajar. Hal tersebut didukung
oleh hasil observasi yang menunjukkan ASD mengungkapkan rasa takut dengan berlebihan atau meledak-ledak seperti berteriak
55 dengan keras dan nada diulur, sedangkan mengungkapkan rasa
marah dengan membentak, nada diulur dan keras. Dari data hasil observasi diketahui ASD kurang wajar dalam mengekspresikan
perasaan jengkel atau marah seperti memukul meja, menginjak kaki teman, menendang kaki teman, dan menjambak rambut
teman. Teramati pula ASD menyobek-nyobek kertas miliknya sendiri dengan raut muka cemberut sekali saat jengkel pada
temannya. Hasil observasi tersebut diperkuat oleh hasil wawancara
dengan ASD yang mengat akan, “Kalau aku marah ya paling apa
ya, kalau yo marahnya gimana? Marahnya karena apa. Misalnya marah karena dijahilin ya bentak po apa gitu.” Kalau aku marah
ya paling apa ya, ya marahnya bagaimana? Marahnya karena apa. Misalnya marah karena dijahilin ya bentak atau apa gitu. Dari
wawancara dengan orang tua ASD didapatkan informasi bahwa ASD saat sedang marah biasanya menghentak-hentakkan kaki
sambil cemberut. Hasil wawancara dengan SRY didapatkan informasi bahwa ASD terkadang berlebihan saat marah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ASD sudah dapat menyadari perasaan diri sendiri. Kesadaran tersebut terlihat dari
tingkah laku ASD seperti saat mengungkapkan dengan lisan maupun mengekpresikan perasaan yang sedang dialami. Namun
56 ASD masih kurang wajar dalam mengekspresikan perasaan karena
berlebihan atau meledak-ledak.
2 Menyadari perasaan orang lain
Data hasil observasi menunjukkan bahwa ASD memberikan respon ikut tersenyum, tertawa, bersorak riang dan bertepuk tangan
ketika ada temannya yang sedang senang. Seperti ketika AT tertawa riang karena berhasil memukulkan bola ke badan lawan,
ASD ikut tertawa lepas mengikuti langkah AT yang berjalan sambil tertawa riang. ASD memberikan tepuk tangan kepada
kelompok AU yang diberikan pujian oleh guru karena tampil dengan bagus dan kompak dalam bernyanyi dan bergerak. Ketika
ada sahabatnya yang mendapatkan nilai tinggi, ASD ikut tersenyum dan bertepuk tangan. Beberapa kali ASD juga terlihat
mengungkapkan dengan lisan kepada temannya yang mendapatkan nilai tinggi. Seperti saat SK mendapatkan nilai tinggi, ASD berkata
berulang kali pada SK, “SK elok e...” Dari hasil wawancara dengan guru, orang tua dan beberapa
teman sekelas ASD didapatkan informasi bahwa ketika ada teman yang mendapatkan nilai tinggi, ASD lebih cenderung biasa atau
hanya diam saja dan lebih cenderung termotivasi. Berikut ini kutipan wawancara dengan guru kelas.
“Ya biasa, tapi agaknya dia ingin menyaingi.” BP, 26 Februari 2016, lampiran 8 halaman 195
“He’e termotivasi. Rasa persaingannya memang ketat. Ya tinggi rasa bersaingnya. Pokoke saya harus bisa, saya harus
57 bisa, saya harus, keliatannya itu saya harus yang paling.”
BP, 26 Februari 2016, lampiran 8 halaman 195
Begitu pula ketika ada teman yang tidak senang karena mendapatkan nilai rendah, ASD cenderung biasa saja dan tidak
mau terlalu ikut campur. Namun, ASD terlihat selalu memberikan respon tindakan ketika ada teman yang sedang menangis. Seperti
saat ZD menangis, ASD pergi ke ruang guru untuk memberitahu guru kelas. ASD juga terlihat mengingatkan teman yang membuat
ZD menangis untuk minta maaf. Saat NL menangis, ASD terlihat mengajak bicara NL dan menenangkan NL agar tidak perlu
menangis lagi. Saat ada sahabatnya yang murung karena kurang sehat, ASD mendekatinya dan meminta izin kepada guru untuk
membawa sahabatnya ke UKS. Ketika ada teman yang sedang jengkel saat kegiatan
kelompok dan membentak ASD dengan nada suara keras, ASD hanya diam saja dan menatap ke arah teman dengan ekspresi
cemberut. Dari hasil wawancara diketahui bahwa ASD mempunyai simpati terhadap teman. ASD mengingatkan teman yang bersalah
untuk meminta maaf kepada teman yang sedang menangis. Namun saat tidak merasa bersalah, ASD tidak mau minta maaf ketika ada
teman yang sedang marah kepadanya. ASD mengatakan, “Gini, kan misalnya ada yang marah sama aku, misalnya aku nggak salah,
aku nggak mau minta maaf.”
58 ASD termasuk siswa yang sudah dapat menyadari perasaan
orang lain. Hal ini ditunjukkan dengan memberikan respon terhadap orang lain yang sedang senang maupun yang sedang tidak
senang. Namun begitu, ASD cenderung bersikap biasa saja ketika temannya mendapatkan nilai tinggi atau nilai rendah dan lebih
memilih mengembalikan kepada dirinya sendiri serta tidak terlalu mau ikut campur urusan orang lain.
Dari beberapa data tersebut, dapat disimpulkan bahwa ASD sudah dapat menyadari perasaan orang lain yang sedang senang
maupun tidak senang dengan memberikan respon tindakan. Meskipun demikian, ASD lebih cenderung bersikap biasa saja dan
tidak mau terlalu ikut campur urusan orang lain. Pada aspek kesadaran emosi, dapat disimpulkan bahwa ASD sudah
dapat menyadari perasaan diri sendiri maupun orang lain. ASD sudah dapat mengungkapkan dengan lisan maupun mengekpresikan perasaan
yang sedang dialami, dan memberikan respon tindakan terhadap orang lain meskipun lebih cenderung tidak mau terlalu ikut campur urusan
orang lain. Namun demikian, ASD masih kurang wajar dalam mengekspresikan perasaan karena masih berlebihan atau meledak-
ledak.