Aspek dan Tahapan Kematangan Emosi

20 kebanyakan contoh dianggap sebagai perilaku yang bersifat kekanak- kanakan dalam arti bahwa perilaku itu hanya dijumpai pada tingkat usia yang lebih muda. Dalam setiap tahap perkembangan, individu satu dengan yang lainnya akan berbeda dalam menyalurkan emosi yang dialaminya. Hal ini berkaitan erat dengan kematangan emosi seseorang yang mempunyai beberapa tahapan. Berikut tahapan kematangan emosi menurut Anthony Dio Martin 2003: 190-256. a. Emotional Awareness Kematangan emosi diawali dengan langkah dasar berupa penyadaran emosi. Dalam kehidupan sehari-hari, kematangan emosi dapat dimulai dengan menyadari apa yang terjadi di sekeliling lingkungan sekitar. Orang yang cerdas secara emosi mempunyai kesadaran penuh akan emosi yang dikeluarkannya. Sehingga dapat dikatakan emosi yang cerdas adalah emosi yang disadari atau dipikirkan secara matang. Faktor emosi mempunyai peranan penting dalam diri seseorang. Emosi yang tidak terkontrol dengan baik dapat menyebabkan seseorang mempunyai masalah dalam kehidupannya. Anthony Dio Martin dalam bukunya “Emotional Quality Management, Refleksi, Revisi dan Revitalis asi Hidup Melalui Kekuatan Emosi” menyatakan bahwa dalam dunia psikologi, anak-anak atau dewasa yang bermasalah tumbuh dari keluarga yang mengekspresikan emosinya tanpa pikir panjang. 21 b. Emotional Acceptance Tahap kematangan emosi yang kedua berkaitan tentang penerimaan diri. Prinsip utama dalam kecerdasan emosi menegaskan bahwa setiap orang memiliki kebutuhan emosi berbeda-beda yang perlu dihargai. Perbedaan pada individu dalam hal kebutuhan emosi ini berkaitan pula dengan bagaimana seseorang berempati terhadap orang lain. Menurut Daniel Goleman kemampuan empati merupakan salah satu kunci utama kecerdasan emosi. Dalam buku terbarunya “Working with Emotional Intelligence ” Goleman mengatakan bahwa empati adalah radar sosial kita. Intisari empati adalah kemampuan mengindera perasaan seseorang. Orang bahkan jarang mengungkap perasaan mereka lewat kata-kata. Sebaliknya, mereka memberitahu lewat nada suara, ekspresi wajah atau cara-cara nonverbal lainnya. Untuk dapat memahami orang, seseorang harus mencoba menempatkan diri pada posisinya dan mencoba merasakan apa yang dirasakan oleh orang tersebut. Salah satu hal yang mendasari dalam menerima orang lain menurut Tan Tuan Hock dalam Anthony Dio Martin, 2003: 232 yaitu basis psikologis, yang mana seseorang mengakui dan menghargai setiap orang sebagai makhluk unik yang berbeda dalam hal nilai, minat, serta kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, seseorang menerima dan menghargai ide, pendapat dan keputusan orang lain, meskipun mungkin tidak selalu setuju dengan orang lain tersebut. 22 c. Emotional Affection Tahapan kematangan emosi ini berkaitan mengenai cara berinteraksi dengan orang lain. Hal ini menyangkut individu sebagai makhluk sosial. Terdapat beberapa prinsip dasar mengenai individu di dalam kehidupan yaitu sebagai berikut: 1 Individual differences Dalam prinsip ini, tidak ada manusia yang sama persis. Walaupun berupa sama atau kembar sekalipun, namun dalam hal kebutuhan dasar, proses mental serta cara berpikir dan bersikap pasti berbeda. Oleh karena itu, setiap orang mempunyai minat, kebiasaan dan karakter yang berbeda-beda. 2 Different treatment Setiap orang tidak dapat diperlakukan dengan sama. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan individu yang unik sehingga perlakuan untuk setiap orang pun dilakukan secara unik. 3 Starting from me Dalam hal ini, hubungan emosi yang sehat harus dimulai dari hubungan emosi yang nyaman, aman, dan damai dengan diri sendiri. 4 Golden rule Prinsip sederhana dalam hal ini dapat dikatakan sebagai berikut: “kalau tidak ingin dicubit, Anda tidak boleh mencubit”. 23 5 Risk taking Kenyataan menunjukkan bahwa hubungan dengan orang lain terkadang mengandung adanya risiko. Sama halnya saat kita mempersepsi dan menilai orang lain, mereka pun akan menilai diri kita. 6 Menyesuaikan, bukan mengontrol Saat mengontrol interaksi dengan orang lain, emosi akan kencang. Semakin besar perbedaan yang timbul, biasanya semakin kuat pula memaksa kehendak pada orang lain. Akibatnya semakin banyak kesulitan dan ketidakcocokan yang timbul. Solusi dari hal ini adalah menyesuaikan diri dengan keadaan. Anthony Dio Martin 2003: 241 menyatakan bahwa pada akhirnya kesuksesan adalah bagaimana kita membina relasi sehat dengan orang lain. Termasuk di dalamnya mengelola emosi yang menyenangkan saat berinteraksi dengan orang lain. d. Emotional Affirmation Tahapan tertinggi dan terpenting dari proses kematangan emosi yaitu penguatan emosi emotional affirmation. Tahapan ini berkaitan dengan bagaimana seseorang bergerak dan bertindak. Tahapan yang berbicara mengenai aksi yang membutuhkan keberanian serta kesanggupan mengambil resiko-resiko emosi. Ketika berhubungan dengan orang lain, ada pertimbangan resiko emosi yang harus ditanggung seperti resiko dimarahi, dibenci, dikusilkan, diremehkan 24 dan sebagainya. Kekuatan emosi manusia justru ditempa melalui berbagai pengalaman pahit, penderitaan, kesulitan atau masalah hidup. Salah satu hal penting untuk mendidik anak yang mempunyai EQ tinggi adalah mengajari mereka berkompetisi, kalah serta mengambil hikmah dari pengalaman kekalahannya. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kematangan emosi mempunyai beberapa aspek dan tahapan. Aspek dan tahapan ini dapat menunjukkan bagaimana kematangan emosi seseorang yang terlihat dari sikap atau tindakan seseorang dalam mengungkapkan emosi yang dialaminya. Aspek kematangan emosi diantaranya stabilitas emosi, kepercayaan diri dan kemampuan berpartisipasi dalam kelompok. Sementara tahapan kematangan emosi yaitu: 1 kesadaran emosi, 2 penerimaan emosi, 3 cara berinteraksi dengan orang lain, dan 4 penguatan emosi dalam bergerak dan bertindak.

5. Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Emosi

Syamsu Yusuf 2009: 128 mengungkapkan bahwa untuk memiliki kematangan emosional, diperlukan waktu yang panjang, dalam proses pengalaman yang tidak sebentar. Matang tidaknya emosi seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti : faktor usia, sikap dan perlakuan orang tua, dan kualitas interaksi sosial komunikasi baik dengan orang tua, teman sebaya, atau orang lain yang bermakna baginya. Untuk berperilaku secara matang, seseorang hendaknya sudah mampu meninggalkan sifat-sifat kekanak-kanakannya. 25 Goleman dalam Fatchurrahman, 2012: 83 menyebutkan ada dua faktor yang mempengaruhi kematangan emosi sebagai berikut: 1 Faktor internal, yaitu faktor yang timbul dari dalam individu yang dipengaruhi oleh keadaan otak emosional seseorang, otak emosional dipengaruhi oleh keadaan amigdala, neokorteks, sistem limbik, lobus prefrontal dan hal-hal lain yang berada pada otak emosional, 2 Faktor eksternal, yaitu faktor yang datang dari luar individu dan mempengaruhi individu untuk mengubah sikap. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa masing-masing individu mempunyai pengalaman yang tidak sama dalam kehidupannya. Begitu pula faktor yang mempengaruhi kematangan emosi pada seseorang berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi telah disebutkan oleh pendapat di atas sebagai berikut: 1 Faktor internal, yaitu timbul dari dalam diri individu yang dipengaruhi keadaan otak emosional, 2 Faktor eksternal, yaitu timbul dari luar diri individu, seperti: sikap dan perlakuan orang tua, serta kualitas interaksi sosial dengan orang lain.

6. Kematangan Emosi pada Anak Sekolah Dasar

Perkembangan emosi mempunyai peranan penting dalam kehidupan anak. Syamsu Yusuf 2014: 15 mengungkapkan bahwa perkembangan merupakan perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik