Cara berinteraksi dengan orang lain

62 berjalan-jalan di kelas sekedar untuk bertanya kepada teman atau sahabatnya ketika tidak ada guru. ASD dapat berdiskusi dengan teman ketika ada tugas dan mengemukakan pendapat kepada teman ketika ada tugas kelompok. Saat mengalami kesulitan ASD bertanya pada teman dengan sopan. ASD berbicara dengan suara keras sambil tersenyum saat meminjam benda pada teman. Selain itu, ASD juga mau membantu teman yang sedang membutuhkan, menjawab pertanyaan teman dengan tersenyum namun kadang dengan suara keras serta diulur. Data hasil wawancara menunjukkan bahwa ASD dapat berdiskusi dengan teman dan mau mengajak teman untuk mengerjakan tugas. ASD dapat bekerja sama dengan teman untuk menyelesaikan suatu masalah atau kesulitan. ASD mengajak bicara temannya terlebih dahulu sebelum mengemukakan pendapat. Hasil wawancara dengan SK mengatakan bahwa ASD ambisius dalam mengemukakan pendapat dan cenderung ngeyel. Hal tersebut diperkuat data wawancara dengan guru Agama bahwa ASD lebih dominan saat menyampaikan pendapat. Guru kelas VA mengatakan bahwa cara berinteraksi ASD terhadap temannya sudah wajar dan sopan. ASD dapat bekerja sama dalam kelompok baik dengan laki-laki maupun perempuan. Guru kelas BP, 26 Februari 2016, lampiran 8 halaman 197 mengatakan, “Ya 63 berdiskusi. Diskusinya kalau kerja kelompok jalan. Untuk gender juga jalan.” Dalam hal cara berbicara dengan teman, ASD berbicara sedikit berlebihan dengan nada diulur dan terkadang berbelit-belit dalam berbicara atau panjang lebar dalam mengemukakan pendapat. Seperti kutipan wawancara dengan ZA dan DT sebagai berikut. “Ya agak kurang, kurang apa ya, kurang umpamanya mau ngasih tahu, jawabannya tahu tapi mau ngasih tahunya itu gimana gitu, terlalu berbelit- belit.” ZA, 29 Februari 2016, lampiran 8 halaman 232 “Ya panjang lebar. Eh ini to, njuk ini ini ini ini ini segala macam.” DT, 2 Maret 2016, lamipran 8 halaman 239 Berdasarkan hasil observasi, interaksi ASD dengan teman di luar kegiatan pembelajaran seperti saat istirahat atau jam kosong menunjukkan bahwa ASD lebih banyak menghabiskan waktu istirahat bersama sahabat dekat ke Perpustakaan atau hanya sekedar mengobrol di luar kelas. ASD lebih sering membawa bekal daripada jajan. ASD tidak segan-segan untuk menawarkan bekal makanan ke temannya. Saat persiapan lomba, ASD dapat bekerja sama dengan teman satu timnya meskipun ada yang berbeda kelas. Dalam mengikuti latihan untuk persiapan lomba tersebut, ASD sering tersenyum dan tertawa bersama teman dalam timnya. Selain itu, ketika ada teman sekelas yaitu BA yang akan mengikuti lomba menganyam, ASD 64 mengajak bicara dan memberikan dukungan semangat agar dapat meraih juara dalam lomba. Secara keseluruhan, interaksi dengan teman kelas lainnya tidak begitu terlihat, hanya sekedar tegur sapa atau menjawab ketika ditanya temannya karena ASD lebih banyak bersama denga ketiga sahabatnya yaitu DT, AT, dan TT. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan beberapa teman sekelas ASD yang menyatakan bahwa ASD sering bersama-sama dengan sahabat seperti bermain dengan sahabat, pergi ke taman sekolah dengan sahabat, jajan bersama sahabat, dan pergi ke Perpustakaan juga bersama sahabat. Guru kelas juga mengatakan bahwa ASD sering sekali berempat bersama sahabat-sahabatnya. ASD hampir setiap hari ke Perpustakaan. Seperti hasil wawancara dengan guru Agama dan guru olahraga yang menyatakan bahwa ASD sering membaca buku. Saat istirahat kalau tidak di kelas, ASD lebih sering ke Perpustakaan. Dari beberapa data tersebut, dapat disimpulkan bahwa cara berinteraksi ASD dengan teman sudah wajar. Saat kegiatan pembelajaran ASD terlihat lebih banyak mengajak berbicara atau mengobrol dengan teman sekitar tempat duduk, sering mengemukakan pendapat dalam kegiatan diskusi dan cenderung dominan, dapat berdiskusi dengan teman ketika ada tugas, bertanya saat mengalami kesulitan, serta membantu teman yang 65 membutuhkan atau bertanya padanya. Sedangkan di luar kegiatan pembelajaran lebih sering terlihat bersama dengan sahabat dekat seperti ke Perpustakaan, jajan di kantin atau bermain bersama sahabat. 2 Cara berinteraksi dengan warga sekolah dan orang lingkungan rumah Indikator cara berinteraksi dengan warga sekolah dan orang lingkungan rumah dapat ditunjukkan melalui bagaimana interaksi dengan guru saat proses kegiatan pembelajaran dan interaksi dengan guru, kepala sekolah, karyawan di luar kegiatan pembelajaran serta orang lingkungan rumah. ASD terlihat sering berinteraksi dengan guru saat proses kegiatan pembelajaran. ASD sering mengangkat tangan terlebih dahulu ataupun mendekati guru ketika mengajak bicara maupun bertanya dan sering merespon pertanyaan-pertanyaan guru. Cara berbicara ASD kepada guru cukup sopan namun terkadang dengan suara keras dan diulur. Hasil wawancara dengan guru Agama mengatakan bahwa ASD kurang sopan dalam berbicara dengan guru, namun dianggap biasa saja mengingat masih anak-anak. Seperti yang dikatakan oleh guru Agama BM, 29 Februari 2016, lampiran 8 halaman 203, “Ya kalau guru menilai, karena anak- anak ya seperti itu, walaupun kalau dilihat dari segi nganu ya agak- agak kurang sih, tapi karena pengertian anak ya saya anggap biasa 66 saja.” Hasil wawancara dengan guru kelas menyatakan bahwa ASD meminta izin terlebih dulu ketika akan bertanya pada guru. Hasil observasi menunjukkan interaksi ASD dengan guru, kepala sekolah, dan karyawan di luar kegiatan pembelajaran tidak begitu terlihat karena lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan teman atau sahabatnya. Dari hasil wawancara dengan guru dan beberapa teman sekelas, ASD sopan dengan menyapa atau berjabat tangan ketika bertemu guru atau kepala sekolah. Namun hasil observasi saat persiapan lomba, ASD kurang sopan dalam mengajak berbicara guru olahraga terlihat dari cara mengajak berbicara terlebih dulu dengan tidak menggunakan bahasa krama dan menarik lengan baju. Dari hasil wawancara dengan orang tua ASD, diketahui bahwa ASD senang berbicara dan selalu bercerita dengan orang tua terutama Ibu mengenai kegiatan ataupun hal-hal yang terjadi dalam keseharian. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu ASD pada kutipan hasil wawancara berikut. “Heem, senang ekspresif gitu lho mbak anaknya itu. Apa-apa itu cerita, apa- apa ngobrol.” BR, 10 Maret 2016, lampiran 8 halaman 214 Dalam keseharian, ASD menggunakan bahasa Jawa ngoko saat berbicara dengan orang tua dan cenderung menggunakan bahasa Indonesia. Seperti kutipan wawancara dengan Ibu ASD sebagai berikut. 67 “Nggih ngoko. Ya itu tadi, kadang-kadang itu susahnya disuruh basa itu, dek mbok sama orang tua ya nggak boleh kayak gitu. Dia cenderung bahasa sekolahan, bahasa Indonesia. Bahasa Jawa tapi ngoko. Jadi saya yang sedikit kesulitan ya disitu, kramanya nggak dipakai. Sampai bapaknya bilang gini, ayah ki dulu kalau sama orang tua ki basa lho dek. Sampai dulu kita pernah nerapin setiap hari Jumat Sabtu itu basa. Tapi ya nggak bisa. Ning yo ra isoh tenan mbak.” BR, 10 Maret 2016, lampiran 8 halaman 214 Interaksi ASD saat di lingkungan rumah lebih cenderung bermain dengan teman atau tetangga belakang dan depan rumah. Sebagaimana keterangan orang tua ASD pada kutipan hasil wawancara sebagai berikut. “Kalau belajar dia cenderung sendiri mbak. Kalau bermain itu dia sama tetangga, belakang rumah, depan rumah, gitu.” BR, 10 Maret 2016, lampiran 8 halaman 214 “Jadi tapi dia itu cenderung sama belakang rumah, depan rumah, itu saja temannya. Nggak terus main-main jauh itu nggak. Memang karena rumah saya kan pinggir jalan raya besar, jadi saya cenderung lebih senang teman-temannya main ke rumah, atau seumpama main pun tak anterin ke rumahnya, nanti waktunya magrib atau waktunya pulang tak jemput.” BR, 10 Maret 2016, lampiran 8 halaman 214 ASD mengatakan bahwa hanya seminggu sekali atau hanya sebulan sekali main dengan tetangga karena jadwal sekolah sering pulang sore seperti kutipan hasil wawancara berikut. “Soalnya kan jadwalku kan pulangnya sore, terus aku tuh udah capek nek pulang sekolah. Misalnya tidur, bangun jam 3 mandi, nanti ngrapiin kamar po ngapain po mainan kayak gitu. Nek jam 4 kan temanku nggak gimana yo, pada TPA gitu lho.” Soalnya kan jadwalku kan pulangnya sore, terus aku itu sudah lelah kalau pulang sekolah. Misalnya tidur, bangun jam 3 mandi, nanti merapikan kamar atau melakukan apa atau mainan seperti itu. Kalau jam 4 kan temanku tidak gimana ya, pada TPA begitu lho. ASD, 29 Februari 2016, lampiran 8 halaman 223 68 ASD sudah tidak mengikuti TPA di dusunnya lagi karena takut dengan teman laki-laki yang suka jahil. Oleh karena hal tersebut, orang tua ASD memanggilkan guru privat mengaji ke rumah agar ASD tetap mengaji di rumah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ASD terlihat sering berinteraksi dengan guru saat proses kegiatan pembelajaran. Cara berinteraksi ASD terlihat mengangkat tangan terlebih dahulu ataupun mendekati guru ketika mengajak bicara maupun bertanya dan sering merespon pertanyaan-pertanyaan guru. Cara berbicara ASD kepada guru cukup sopan namun dengan suara keras dan cepat. Interaksi antara ASD dengan guru, kepala sekolah, dan karyawan di luar kegiatan pembelajaran tidak begitu terlihat karena lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan teman atau sahabatnya. ASD sopan dengan menyapa atau berjabat tangan ketika bertemu guru atau kepala sekolah. ASD sopan dan hormat kepada orang tua tapi cenderung menggunakan bahasa Jawa ngoko atau bahasa Indonesia serta selalu bercerita kepada orang tua mengenai kegiatan ataupun hal-hal yang terjadi dalam keseharian. Dengan demikan, dapat disimpulkan bahwa pada aspek cara berinteraksi dengan orang lain, siswa berprestasi lebih banyak berinteraksi dengan sahabat dekatnya. Siswa berprestasi dapat berinteraksi secara wajar dengan orang lain seperti menyapa dan berjabat tangan dengan guru ataupun kepala sekolah, mengacungkan 69 tangan terlebih dahulu ketika akan bertanya pada guru, bercengkerama dengan teman sekitar tempat duduk, mengajak bicara ataupun bertanya pada teman ketika mengalami kesulitan, mengemukakan pendapat dan berdiskusi dalam kegiatan kelompok serta hormat dan sopan kepada kedua orang tua.

d. Penguatan emosi dalam bergerak dan bertindak

Aspek keempat dalam penelitian ini yaitu penguatan dalam bergerak dan bertindak. Indikator dalam aspek ini yaitu keberanian dan kesanggupan mengambil resiko. Indikator keberanian dan kesanggupan mengambil resiko dapat ditunjukkan melalui tegas dalam bersikap, berani berkompetisi serta semangat dan motivasi di dalam diri. 1 Keberanian dan kesanggupan mengambil resiko Hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas, guru olahraga, guru agama, orang tua dan beberapa teman sekelas menunjukkan bahwa ASD merupakan siswa yang mempunyai keberanian dan kesanggupan mengambil resiko. Hasil observasi menunjukkan bahwa ASD tegas dalam bersikap. Sikap ASD dalam menyikapi suatu hal terlihat tegas seperti saat memberitahu teman ketika salah dan mengadu kepada guru ketika teman mencontek. ASD memilih untuk tetap fokus dan aktif menjawab saat teman- temannya diam, serta tetap mengerjakan tugas saat banyak temannya yang ramai. ASD terlihat tegas dalam mempertahankan 70 pendapat yang diyakini dan tegas mengkoordinasi teman kelompok dalam menyelesaikan tugas kelompok. ASD mengerjakan tugas dengan mandiri dan menutupi lembar jawaban agar teman tidak dapat melihatnya. Selain itu ASD tegas tidak memberitahu jawaban kepada teman sebangku yang tidak tahu karena tidak memperhatikan, tegas menghapus jawaban di buku teman karena jawaban tersebut tidak dikerjakan sendiri dan kritis dalam mengoreksi hasil pekerjaan teman dengan bertanya pada guru. ASD terlihat spontan beranjak mengambil buku ketika guru meminta salah satu siswa ke ruang guru kemudian langsung membagikan kepada teman-temannya tanpa diminta guru. Selain itu, ASD sering terlihat mengingatkan teman untuk kebaikan seperti mengingatkan teman agar segera menyelesaikan tugas dan tidak hanya diam saat mengerjakan tugas, mengingatkan teman agar segera mengerjakan tugas dengan memberitahu tugas yang harus dikerjakan. Namun, ASD berbicara dengan suara keras dan membentak saat mengingatkan teman yang selanjutnya mendapat giliran memukul bola saat bermain kasti. Hasil wawancara dengan guru dan beberapa teman sekelas menunjukkan bahwa ASD merupakan siswa yang mempunyai percaya diri yang tinggi meskipun terkadang malu-malu. ASD tegas mengadu kepada guru saat diejek teman ataupun protes