Faktor yang mempengaruhi kematangan emosi siswa berprestasi

76 berbicaranya yang kekanak- kanakan itu lho.” BP, 26 Februari 2016, lampiran 8 halaman 199 “Kesimpulannya akhir itu cuma e apa ya, sifat kekanak-kanakan yang masih jauh dengan umurnya.” BP, 26 Februari 2016, lampiran 8 halaman 200 Informasi yang sama didapatkan dari guru agama bahwa ASD masih kekanak-kanakan sekali dan mengatakan bahwa hal itu mungkin karena ASD anak tunggal. BM, 29 Februari 2016, lampiran 8 halaman 203. Dari beberapa data tersebut diperkuat dengan dokumen gambaran hasil tes kepribadian Lampiran 12 halaman 273 yang menyatakan bahwa ASD cenderung ingin dominan, sehingga masih sangat membutuhkan bimbingan dari keluarga atau lingkungan sekitar agar dapat menyesuaikan diri secara sosial dengan lebih baik dimanapun berada.

B. Pembahasan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa kematangan emosi pada siswa berprestasi dapat ditunjukkan dari empat aspek yang mencakup kesadaran emosi, penerimaan emosi, cara berinteraksi dengan orang lain dan penguatan dalam bergerak dan bertindak.

1. Kesadaran emosi pada siswa berprestasi

a. Menyadari perasaan diri sendiri

Data hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa siswa berprestasi sudah dapat menyadari perasaan diri sendiri. Kesadaran emosi tersebut terlihat dari tingkah laku siswa berprestasi seperti saat mengungkapkan dengan lisan maupun mengekpresikan perasaan yang 77 sedang dialami. Sebagaimana pendapat Rita Eka Izzaty 2008: 113 bahwa emosi anak dapat diketahui atau dideteksi dari gejala tingkah lakunya. Siswa berprestasi mampu mengungkapkan perasaan dengan kata- kata yang baik, namun cara berbicaranya kurang wajar karena masih banyak bicara dan cenderung berlebihan seperti berteriak dengan keras dan nada dibuat-buat seperti diulur. Seperti pendapat Hurlock 1980: 154 yang menyatakan bahwa secara normal, menjelang berakhirnya masa kanak-kanak, anak-anak semakin sedikit berbicara. Ini bukan disebabkan anak takut di kritik atau dicemooh melainkan merupakan sebagian dari sindromatik menarik diri yang merupakan ciri dari masa puber. Oleh karena itu, siswa berprestasi kurang wajar dalam mengungkapkan perasaan yang dialami karena masih berlebihan dalam berbicara terutama ketika sedang senang. Saat sedang jengkel atau marah, siswa berprestasi kurang wajar dalam mengungkapkan karena sering membentak dan dengan nada keras. Siswa berprestasi mengekpresikan perasaan senang dengan tersenyum ataupun tertawa. Hal ini senada dengan pendapat Hurlock 1978: 227 bahwa emosi kegembiraan selalu disertai dengan senyuman dan suatu relaksasi tubuh sepenuhnya. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa berprestasi kurang wajar dalam mengekspresikan perasaan yang dialami saat senang maupun saat marah atau jengkel karena berlebihan atau meledak-ledak seperti