“ notre sexe à la plus ville espèce des animaux, Mme. de Verquin éclata de rire, …” p.52
Hubungan sex kami lebih hina dari spesies hewan, Mme. de Verquin tertawa, …” hal.52
Kutipan di atas menunjukkan adanya tindakan sadis yang dilakukan oleh Mme. de Verquin kepada Florville. Kata yang menunjukkan tindakan sadis Mme.
de Verquin adalah “notre sexe à la plus ville espèce des animaux” yang artinya adalah hubungan sex kami lebih hina dari spesies hewan. Secara istilah, hubungan
seks adalah perbuatan yang mendatangkan kenikmatan dan untuk mendapatkan keturunan dalam hidup. Namun, bagi Mme. de Verquin, ia melakukan hubungan
seks hanya untuk mencari kesenangan saja sex for fun dan tidak menghendaki kehamilan. Dalam kutipan di atas, Mme. de Verquin merendahkan kedudukan
manusia, khususnya dalam hubungan seks di hadapan Florville. Pernyataan yang dilontarkan Mme. de Verquin kepada Florville tersebut
merupakan bentuk sadisme mental, karena ucapannya bersifat memojokkan dan melecehkan. Dikatakan memojokkan karena Mme. de Verquin berusaha
membujuk Florville agar mengikuti gaya hidupnya tersebut. Mme. de Verquin memerintahkan kepada Florville untuk menerima cinta Senneval, seorang perwira
muda yang sering berkunjung ke rumahnya. Ia menyuruh Florville untuk menerima kedatangan Senneval dan bercinta dengannya setiap malam. Tujuan
Mme. de Verquin melakukan hal seperti itu kepada Florville semata-mata hanya untuk memuaskan dirinya. Ia akan merasa puas ketika ia berhasil membuat orang
lain tunduk kepadanya dan mengikuti kemauannya.
Florville yang saat itu hanya menumpang tinggal di rumah Mme. de Verquin menjadi merasa dipojokkan karena ia berfikir ia tidak akan punya pilihan
lain selain mematuhi perintah-dari Mme. de Verquin. Dikatakan melecehkan karena Florville adalah wanita baik-baik yang menganggap bahwa hubungan seks
dilakukan atas dasar rasa saling mencintai dan diikat oleh janji kepada Tuhan. Florville yang dalam hal ini menjadi korban merasakan ketakutan setelah
mendengar pernyataan dari Mme. de Verquin tersebut. Ia merasa terancam hidup bersama Mme. de Verquin.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tokoh sadis dalam cerpen Florville et Courval ou Le Fatalisme adalah Mme. de Verquin. Bentuk
sadisme yang dilakukan Mme. de Verquin kepada Florville adalah sadisme mental. Jenis serangan yang dilakukan Mme. de Verquin terhadap Florville adalah
kekuatan kata-kata yang mengakibatkan sakit hati yang menusuk. Ia menjadikan Florville sebagai obyek yang dibuatnya takut.
3. Unsur Sadisme dalam Cerpen Dorgeville ou Le Criminel Par Vertu
Karya Marquis de Sade
Tokoh yang dominan berperilaku sadis dalam cerpen Dorgeville ou Le Criminel Par Vertu adalah tokoh Cécile. Cécile merupakan tokoh tambahan dalam
cerita ini, namun ia adalah tokoh sadis dalam cerita ini. Cécile melakukan kebohongan kepada suaminya, Dorgeville. Tokoh Cécile sebenarnya mempunyai
nama asli Virginie. Ia adalah adik perempuan Dorgeville yang kabur dari rumah bersama kekasihnya karena orang tua Cécile tidak merestui hubungan mereka.
Dorgeville dan Cécile dipertemukan kembali dalam keadaan dimana Dorgeville sudah tidak mengenali adiknya tersebut. Saat itu Cécile ditemukan Dorgeville
dalam keadaan putus asa sambil menggendong seorang anak. Cécile berniat untuk membunuh anak yang berada di gendongannya tersebut. Dorgeville merasa iba
dan bermaksut ingin menolongnya. Ia pun akhirnya menikahi Cécile. Namun tanpa sepengetahuan Dorgeville, Cécile masih menjalin hubungan dengan Saint-
Surin dan mereka sering bertemu secara diam-diam. Saint-Surin ingin merebut kembali Cécile dari Dorgeville. Ia menyuruh Cécile untuk membunuh Dorgeville
jika Cécile benar-benar mencintai Saint-Surin. Saint-Surin sangat benci terhadap keluarga Cécile dan ia menganggap Dorgeville akan menjadi penghalang besar
hubungan mereka. Unsur sadisme yang terdapat dalam cerita ini disimpulkan pengarang di
akhir cerita dalam kutipan berikut ini : “ Dorgeville, reconnaissez cette sœur criminelle dans votre épouse
Infortunée, et son amant dans Saint-Surin… Voyez si les crimes me coûtent, et si je sais les doubler quand il faut. Apprenez maintenant comme
je vous ai trompé,…” p.126
“ Dorgeville, kenalilah kembali adik yang jahat ini di dalam diri istri Anda yang malang ini, dan kekasihnya di dalam diri Saint-Surin… lihatlah
kejahatan yang merugikan saya, dan jika saya tahu kapan saya harus menggantinya. Ketahuilah sekarang bahwa saya telah menipu Anda,…”
hal.126
Kutipan di atas menunjukkan adanya tindakan sadis yang dilakukan tokoh Cécile kepada Dorgeville yang tak lain adalah kakak kandungnya yang telah
menikahinya. Kata yang menunjukkan perbuatan sadis dalam kutipan di atas adalah “tromper” yang artinya adalah menipu. Dalam hal ini, Cécile telah menipu
kakak kandungnya sendiri. Hal ini ia lakukan karena hasutan dari Saint-Surin, kekasihnya. Rasa cinta yang begitu besar dimiliki Cécile untuk Saint-Surin
membuat ia mengorbankan keluarganya sendiri. Bahkan ia bersedia meracuni Dorgeville atas permintaan Saint-Surin, ditunjukkan dalam kutipan berikut :
c’est de sa main que je tiens également le poison qui devait terminer vos jours, …” p.127
dari tangannya lah saya juga menggenggam racun yang harus mengakhiri hidup Anda, …” hal.127
Kutipan di atas menunjukkan adanya tindakan sadis yang dilakukan tokoh Cécile kepada Dorgeville. Hal ini ditunjukkan dengan kata “terminer vos jours”
yang artinya adalah mengakhiri hidup Anda. Cécile menghendaki kematian kakak kandungnya sendiri demi Saint-Surin. Sebenarnya Cécile tidak membenci
Dorgeville, namun ia terlalu mencintai Saint-Surin sehingga apapun yang Saint- Surin minta pasti ia turuti. Ini adalah suatu tindakan yang tidak wajar.
Menghabisi nyawa orang lain saja sudah bisa dikatakan sadis apalagi menghabisi nyawa keluarganya sendiri yang jelas-jelas masih mempunyai hubungan darah.
Kata-kata yang dilontarkan Cécile kepada Dorgeville di atas menimbulkan derita batin dalam diri Dorgeville. Dorgeville harus menerima kenyataan bahwa ia telah
menikahi adik kandungnya sendiri. Dorgeville semakin terluka ketika Cécile berkata bahwa ia telah menaruh racun ke dalam makanan yang telah dimakan
Dorgeville. Dorgeville sungguh tidak menyangka bahwa Cécile sebagai adik kandungnya tega menghendaki kematian kakaknya.