Mme. de Sancerre dan M. de Franval. Selain itu, ada beberapa nama-nama tokoh tambahan yang menandakan bahwa mereka dari golongan bangsawan, yaitu
nama-nama yang diawali dengan “Saint” seperti : M. de Saint-Prât, Saint-Ange, dan Saint-Surin.
Latar tempat yang mendominasi dalam kumpulan cerpen Les Crimes de L’amour adalah Prancis. Namun, dalam cerpen yang kedua yang bejudul
Dorgeville ou Le Criminel Par Vertu, terdapat sedikit penceritaan yang berlatar di Amerika. Sedangkan Latar waktu dalam kumpulan cerpen ini terjadi sekitar tahun
1800. Latar sosial yang ditunjukkan dalam kumpulan cerpen ini adalah adanya kekuasaan dan cerminan kehidupan masyarakat modern yang kurang
memperhatikan pendidikan moral. Unsur intrinsik dalam kumpulan cerpen Les Crimes de L’amour saling berkaitan dan membangun keutuhan cerita yang diikat
oleh tema. Tema mayor yang mendasari kumpuan cerpen Les Crimes de L’amour adalah sadisme yang disebabkan karena ambisi. Tema minor yang terdapat dalam
kumpulan cerpen ini yaitu ketulusan, kesetiaan, persaingan, rendahnya kesadaran akan pentingnya pendidikan moral.
2. Wujud Keterkaitan Antarunsur Intrinsik dalam Kumpulan Cerpen Les
Crimes de l’amour Karya Marquis de Sade
Unsur-unsur intrinsik dalam karya sastra memiliki keterkaitan yang saling mendukung dan terkait sehingga membentuk satu rangkaian cerita yang utuh.
Unsur-unsur tersebut memiliki satu kesatuan rangkaian cerita yang tidak dapat berdiri sendiri. Alur sebagai salah satu aspek yang membangun sebuah cerita
terbentuk melalui berbagai macam peristiwa dan konflik yang saling berkaitan.
Peristiwa dan konflik tersebut merupakan bentuk dari interaksi antartokoh dalam cerita yang membentuk sebuah jalinan cerita yang menarik.
Terdapat lima tokoh utama dalam kumpulan cerpen Les Crimes de L’amour yang menggerakkan cerita yaitu Faxelange, Florville, Dorgeville, Mme.
de Sancerre dan M. de Franval. Selain tokoh utama, terdapat pula tokoh beberapa tokoh tambahan yang juga berpengaruh terhadap jalannya cerita, yaitu tokoh Goé,
Franlo, M. de Courval, M. de Saint-Prât, Mme. de Verquin, Mme. de Lérince, Senneval, Saint-Ange, Cécile, Saint-Surin, Mme. de Sancerre, Monrevel, Amélie,
Eugénie dan Mlle. de Farneille yang diceritakan dalam lima cerita secara beurutan. Peristiwa-peristiwa yang dialami oleh para tokoh terjadi di Prancis pada
sekitar tahun 1800 dalam lingkungan masyarakat yang mementingkan kekuasaan dan mengalami kebobrokan moral. Ketiga aspek dalam latar tersebut akan
mempengaruhi perwatakan dan cara berpikir tokoh dalam cerita. Keterkaitan antarunsur akan membentuk sebuah kesatuan cerita yang diikat oleh tema. Tema
yang mendasari kumpulan cerpen ini adalah sadisme yang disebabkam karena ambisi. Tema cerita dapat terungkap berdasarkan alur cerita, konflik, dan kejadian
yang dialami para tokoh, serta latar sebagai tempat landasan cerita dilukiskan.
3. Unsur sadisme dalam Kumpulan Cerpen Les Crimes de l’amour Karya
Marquis de Sade
Tokoh yang dominan berperilaku sadis dalam cerita Faxelange ou Les Torts de L’ambition adalah tokoh M. de Franlo. Kata-kata yang menunjukkan perilaku
sadis M. de Franlo dalam cerita ini diantaranya “égorger” yang artinya menggorok dan “faire assumer” yang artinya memukuli sampai mati. Bentuk
sadisme yang dilakukan M. de Franlo kepada korbannya merupakan bentuk sadisme non-seksual fisik. Sedangkan bentuk sadisme yang dilakukan oleh M.
de Franlo kepada Faxelange merupakan bentuk sadisme mental. Tokoh yang dominan berperilaku sadis dalam cerita Florville et Courval
ou Le Fatalisme adalah Mme. de Verquin. Unsur sadisme yang terdapat dalam cerita ini adalah kalimat sadis yang ia lontarkan kepada Florville. Kalimat sadis
tersebut adalah ““ notre sexe à la plus ville espèce des animaux” yang artinya adalah hubungan sex kami lebih hina dari spesies hewan. Pernyataan yang
diucapkan Mme. de Verquin kepada Florville tersebut meupakan bentuk sadisme mental.
Tokoh yang dominan berperilaku sadis dalam cerita Dorgeville ou Le Criminel Par Vertu adalah Cécile. Perilaku sadis yang ia lakukan adalah
membohongi dan memanfaat kebaikan hati Dorgeville yang selama ini begitu peduli ingin membuat hidupnya menjadi lebih baik. Bahkan demi Saint-Surin, ia
mau meracuni Dorgeville, padahal Dorgeville adalah kakak kandung Cécile. Semua perbuatan Cécile ini diakuinya lewat pengakuannya kepada Dorgeville di
akhir cerita yang menimbulkan derita batin dalam diri Dorgeville. Jenis sadisme yang dilakukan oleh Cécile terhadap Dorgeville termasuk sadisme mental, karena
yang digunakan hanya kekuatan kata-kata yang dapat melukain perasaan. Tokoh yang dominan berperilaku sadis dalam cerita La Comtesse de
Sancerre ou La Rivale de Sa Fille adalah tokoh Mme. de Verquin. Kata-kata yang menunjukkan perilaku sadis dalam cerita ini adalah “frappe sans voir, et
laisse à terre dans flots de sang” yang artinya adalah menusuk dengan membabi buta dan menjatuhkan ke lantai dalam darah yang mengucur. Jenis sadisme yang
dilakukan Mme. de Sancerre termasuk ke dalam sadisme non-seksual fisik. Tokoh yang dominan berperilaku sadis dalam cerita Eugénie de Franval
adalah M. de Franval. Kata-kata yang menunjukkan tindakan sadis dalam cerita ini adalah “il faut que ta mère périsse” yang artinya adalah ibumu yang harus
mati dan “il faut que tu m’égorges moi-même yang artinya adalah kamu harus menggorokku. Tindakan sadis yang dilakukan M. de Franval kepada Eugénie
merupakan bentuk sadisme mental. Dari uraian di atas, maka dapat disimpukan bahwa plihan kata-kata dalam
kumpulan cerpen Les Crimes de l’amour menunjukkan kesadisan. Tokoh-tokoh sadis dalam kumpulan cerpen Les Crimes de l’amour dapat diklasifikasikan ke
dalam golongan borjuis bourgeois. Hal ini terlihat dari artikel ‘de’ yang mengawali nama-nama mereka seperti : M. de Franlo, Mme. de Verquin, Mme. de
Sancerre dan M. de Franval. Mereka mempunyai harta dan kekuasaan untuk menindas orang-orang yang lemah. Sedangkan jenis sadisme yang mendominasi
dalam kumpulan cerpen Les Crimes de l’amour adalah sadisme mental. Sadisme mental yang ditunjukkan dalam kumpulan cerpen ini berupa bermacam tuturan
yang menyakitkan hati, seperti cecaran pertanyaan yang memojokkan dan melecehkan.