Tema Cerpen Eugénie de Franval karya Marquis de Sade

1. Unsur Sadisme dalam Cerpen Faxelange ou Les Torts de L’ambition

Karya Marquis de Sade Tokoh yang dominan berperilaku sadis pada cerpen Faxelange ou Les Torts de l’ambition adalah Franlo. Franlo adalah tokoh tambahan dalam cerita ini, namun ia merupakan tokoh sadis dalam cerita ini. Unsur sadisme yang dilakukan oleh tokoh Franlo ditunjukkan pengarang dalam kutipan di bawah ini : “Or, quand je vous enverrai des prisonnier, il faudra les faire dépouiller vous-même et les faire égorger devant vous.” p. 31 Ketika aku mengirimkan kepada Anda para tahanan, Anda harus menanggalkan pakaian mereka dan menggorok mereka di depan Anda. hal.31 Kutipan di atas menunjukkan adanya perbuatan sadis yang dilakukan oleh tokoh Franlo kepada Faxelange dan para tahanannya. Kata yang digunakan untuk menunjukkan perbuatan sadis tersebut adalah égorger yang artinya adalah menggorok. Kata “égorger” mempunyai arti lebih luas yaitu menyembelih atau membunuh binatang dengan cara memotong leher. Tahapannya mulai dari melukai leher dengan gesekan benda tajam seperti pisau, golok, atau pedang secara berulang-ulang hingga binatang tersebut mengeluarkan darah dan mati secara perlahan-lahan. Kata “égorger” juga bisa digunakan dalam kalimat “égorger le bois” yang artinya menggorok kayu. Untuk menggorok kayu biasanya digunakan gergaji, baik itu gergaji tangan atau yang lebih canggih lagi dengan menggunakan gergaji mesin. Kedua penerapan kata “égorger“ tersebut berlawanan dengan konteks kutipan di atas. Pada konteks di atas, kata “égorger” ditujukan untuk manusia para tahanan Franlo, padahal lazimnya kata tersebut digunakan untuk binatang atau benda mati. Hal ini menunjukkan adanya tindakan sadis yang dilakukan tokoh Franlo kepada Faxelange dan juga para tahanannya karena membunuh manusia dengan cara menggorok merupakan hal yang tidak wajar. Membunuh dengan cara seperti ini akan lebih terasa sakitnya karena korban dibunuh secara perlahan, tidak langsung dikenakan sasaran pada nadinya. Korban akan merasakan siksaan sebelum akhirnya ia benar-benar mati. Orang-orang yang berkarakter sadis seperti Franlo menguasai sesuatu yang hidup, benda hidup ia jadikan benda mati atau lebih tepatnya makhluk hidup ia jadikan obyek yang ketakutan terhadapnya. Orang-orang sadis memilih obyek yang tidak berdaya. Dalam konteks kutipan di atas sasaran Franlo adalah para tahanannya yang tidak mungkin bisa melakukuan perlawanan lagi karena markas besar Franlo dijaga sangat ketat dan berada di lembah pegunungan yang jauh dari hiruk pikuk kota. Sasaran Franlo yang kedua adalah Faxelange. Perkataan sadis yang dilontarkan Franlo kepada Faxelange di atas merupakan bentuk sadisme mental, karena ucapan tersebut bersifat memojokkan dan melecehkan. Dikatakan memojokkan karena Faxelange adalah istri Franlo dan mereka tinggal jauh dari orang tua Faxelange, sehingga Franlo mempunyai kekuasaan penuh atas kelangsungan hidup Faxelange. Dengan begitu, Faxelange tidak mempunyai daya untuk melawan perintah Franlo. Dikatakan melecehkan karena Faxelange adalah wanita baik-baik, dari keluarga baik-baik dan dia tidak tahu apa-apa sebelumnya tentang kejahatan-kejahatan yang dilakukan Franlo, tapi dia diminta untuk melibatkan dirinya ke dalam aksi kejahatan tersebut. Kata-kata yang diucapkan Franlo kepada Faxelange sangat melukai perasaan Faxelange dan menimbulkan kengerian dalam diri Faxelange yang ditunjukkan dalam kutipan berikut. “Moi monsieur, s’écria Mlle de Faxelange, en reculant d’horreur, moi plonger mes mains dans le sang innocent,… “ P.31 Saya Tuan, teriak nona Faxelange sambil mundur selangkah karena merasa ngeri, melibatkan diri saya ke dalam darah yang tidak berdosa hal.31 Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bentuk sadisme yang dilakukan tokoh Franlo ada dua, yaitu sadisme non-seksual fisik yang dilakukan Franlo kepada para tahanannya dan sadisme mental yang dirasakan oleh Faxelange dari kata-kata sadis yang dilontarkan oleh Franlo kepada Faxelange. Unsur sadisme yang kedua dalam cerita ini ditunjukkan pada kutipan berikut : “j’ai là-bas six hommes qui n’attendent que l’instant de la mort, je m’en vais les faire assumer,…” p.32 Aku memiliki 6 orang di sana yang hanya tinggal menunggu kematian, aku akan memukuli mereka sampai mati,… hal.32 Kutipan di atas menunjukkan adanya tindakan sadis yang dilakukan tokoh Franlo kepada keenam tahanannya. Kata yang digunakan untuk menunjukkan tindakan sadis tersebut adalah “faire assumer” yang artinya adalah memukuli sampai mati. Memukuli adalah perbuatan menghajar orang dengan benda keras