Alur Cerita Eugénie de Franval Karya Marquis de Sade
tidur. Di sela-sela kebiasaan sehari-harinya yang sangat teratur tersebut, M. de Franval juga memberikan wejangan tentang moral dan agama kepada putrinya.
Waktu Eugénie yang lebih lama dihabiskan bersama ayahnya membuat ia berfikir tidak ada orang yang lebih baik dari ayahnya di dunia ini. Rasa suka di antara
mereka pun muncul dan semakin tumbuh dan mulai terlihat saat Eugénie berusia 14 tahun FU5.
Eugénie mencapai usianya yang ke 14, tiba lah waktunya ia dan M. de Franval saling mengakui perasaan cinta yang mereka miliki. Rasa cinta yang ada
di antara mereka di dukung oleh nafsu membuat mereka terhanyut akan suasana dan hilanglah keperawanan Eugénie FU6. Sementara itu Mme. de Franval,
sebagai seorang ibu yang tidak pernah merasakan hidup bersama putrinya memohon kepada suaminya, M. de Franval untuk mempertemukan mereka. Mme.
de Franval menyampaikan keinginannya kepada M. de Franval untuk menjodohkan putri mereka dengan M. de Colunce yang ia tahu betul latar
belakang keluarnganya. Namun rencana perjodohan tersebut di tentang oleh M. de Franval. Ia melarang istrinya untuk mencampuri urusan putri mereka. Eugénie
pun tanpa ragu menolak rencana perjodohan yang diinginkan ibunya dengan dalih dia belum cukup umur untuk menikah FU7. M. de Franval mengambil
kesempatan ini untuk menghasut Eugénie agar semakin membenci ibunya. M. de Franval licik, ia datang menemui salah satu temannya yang bernama Valmont. Ia
meminta tolong kepada Valmont untuk membuat skandal antara Valmont dan Mme. de Franval yang menunjukkan bahwa mereka selama ini berselingkuh
FU8.
Valmont datang menemui Mme. de Franval. Ia mengatakan kepada Mme. de Franval bahwa suaminya ingin menggagalkan perjodohan antara Eugénie dan
M. de Colunce karena sebenarnya ia ingin menikahi Eugénie. Dengan berat hati Mme. de Franval mendengar pernyataan Valmont. Namun, ia tidak begitu saja
percaya pada Valmont, ia menyimpan rasa curiga seperti ada sesuatu hal yang sendang direncanakan suaminya denga Valmont. Betul saja, kedatangan Valmont
ke rumah Mme. de Franval dimanfaatkan M. de Franval untuk memfitnah istrinya telah berselingkuh dengan Valmont, dan menunjukkannya kepada Eugénie.
Eugénie pun semakin membenci ibunya. Konflik berkembang, ketika dengan lancangnya M. de Franval menulis
surat untuk Mme. de Franval dan mengatasnamakan dirinya adalah Valmont. Ia meniru gaya penulisan Valmont. Surat tersebut ia jadikan bukti perselingkuhan
anatara istrinya dengan Valmont. Ia juga membuat struk pembayaran palsu untuk memfitnah istrinya FU9. Di hadapan Eugénie ia menuduh istrinya telah
melakukan perselingkuhan dan ia menunjukkan surat serta struk pembayaran bukti perselingkuhan Mme. de Franval dengan Valmont. Bodohnya, Eugénie
begitu saja percaya akan tipu muslihat ayahnya. Mme. de Franval tidak berdaya, ia tidak mampu menyangkal, namun sebenanrnya ia tahu semua ini adalah akal
busuk suaminya untuk menyingkirkan dirinya. Mme de Franval menceritakan hal tersebut kepada ibunya. Kemudian ibunya Mme. de Farneille menyarankan
untuk mendatangkan konsultan spiritual yang bernama M. de Clervil untuk menyadarkan M. de Franval atas keinginanannya untuk menikahi Eugénie. M. de
Clervil datang ke rumah M. de Franval dan mereka berunding. Namun sia-sia, M. de Franval tetap pada ambisinya untuk menikahi Eugénie FU11.
Valmont datang menemui Mme. de Franval dan membongkar semua rencana busuk M. de Franval FU12. M. de Franval marah besar ketika
mengetahui Valmont telah mengkhianatinya FU13. Ia menghabisi nyawa Valmont tanpa ia tahu bahwa mata-mata Mme. de Farneille menyaksikan aksi
kejahatannya tersebut FU14. Cerita kemudian bergerak menuju klimaks. M. de Franval merasa bahwa Mme. de Farneille dan M. de Clervil adalah orang-orang
yang bisa menghalangi dirinya mendapatkan Eugénie, oleh karena itu ia kembali menyusun rencana busuknya. Ia melakukan sandiwara, ia datang menemui
istrinya dan berpura-pura menyesali segala perbuatannya FU15. Ia memohon maaf kepada istrinya, dan meminta kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki
kesalahannya. Mme. de Franval tertipu oleh sandiwaranya, ia mau memaafkan kesalahan suaminya dan mau memberikan kesempatan lagi untuk suaminya
karena tidak bisa dipungkiri bahwa ia begitu mencintai suaminya. M. de Franval membawa istrinya dan Eugénie ke Valmor untuk mencoba
kembali menjalani kehidupan berkeluarga yang harmonis FU16. Selama tinggal di Valmor, M. de Franval menunjukkan tingkah manisnya kepada istrinya. Ia
berusaha lagi mendapatkan kepercayaan istrinya. Namun, liciknya ia tetap menjalin hubungan dengan Eugénie tanpa istrinya tahu FU17. Ia kembali
menyusun rencana jahatnya. Ia menuntut Eugénie untuk memilih dirinya atau ibunya. Jika Eugénie ingin menikah dengan ayahnya maka ia harus menyingkikan
ibunya, namun sebaliknya jika Eugénie lebih memilih ibunya maka dia harus
membunuh ayahnya atau lebih tepatnya lelaki yang sangat ia cintai. Fatalnya, Eugénie memilih untuk menyingkirkan ibunya. M. de Franval memberinya
minuman beracun yang harus Eugénie berikan kepada Mme. de Franval. M. de Franval pergi ke Bâle dan berjanji akan tetap mengirim kabar kepada Mme. de
Franval dan Eugénie lewat surat. Permasalahan bergerak menuju penyelesaian ketika surat yang di kirim M.
de Franval ke Valmor untuk istri dan putrinya tidak tersampaikan. Ia gelisah, kemudian ia memutuskan untuk kembali ke Valmor FU20. Dalam perjalanan
menuju Valmor, ia melewati hutan yang gelap ditemani oleh satu pelayannya. Tiba-tiba datang enam orang bersenjata menghentikan perjalanan mereka.
Kawanan perampok ini tahu betul siapa orang yang mereka hadapi. M. de Franval turun dari kudanya dan melawan kawanan perampok ini. Tiga tewas, dan yang
lainnya berhasil merampok semua yang dimiliki M. de Franval. Setelah itu mereka melarikan diri dalam sekejap. M. de Franval kehilangan semua harta yang
ia bawa sekaligus pelayannya. Ia sendirian di dalam hutan yang gelap dan mengerikan. Tiba-tiba datang badai dan hujan es, dan malam itu semakin terasa
mengerikan bagi M. de Franval. Ia tergeletak sendirian dalam suasana yang begitu mencekam. Air matanya mengalir, untuk pertama kalinya ia teringat akan semua
perbuatan jahatnya kepada istri dan putrinya. Ia menyesal, ia menyadari kemalangan yang menimpanya si malam itu adalah hukuman dari Tuhan untuk
dirinya FU21. Di saat M. de Franval terpuruk sendirian menyesali semua dosa-dosanya,
datanglah M. de Clervil FU22. M. de Franval sadar akan kedatangan M. de
Clervil, mengganggap ia adalah malaikat yang diturunkan Tuhan untuk menolongnya. M. de Clervil datang membawa berita kematian Mme. de Franval
dan Eugénie FU23. Eugénie benar-benar membunuh ibunya dengan racun yang ayahnya berikan kepadanya. M. de Clervil mendapatinya sedang sekarat, dan ia
sempat menyampaikan beberapa pesan. Ia sangat mencintai suaminya, tidak peduli seberapa kejam suaminya selama ini kepada dirinya. Ia memohonkan
ampun atas segala dosa suami dan putrinya kepada Tuhan sesaat sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya. Setelah Eugénie membunuh Mme. de Franval,
ia menyesal dan menghabisi nyawanya sendiri. M. de Clervil menyuruh M. de Fraval untuk segera bertaubat. Namun M. de Franval tidak kuasa menerima
kenyataan yang dia alami, akhirnya ia menghabisi nyawanya di depan M. de Clervil FU24.
Secara umum cerpen Eugénie de Franval mempunyai alur lurus progresif karena peristiwa-peristiwa yang ada ditampilkan secara berurutan atau kronolohis.
Cerita ini memiliki plot tunggal karena cerita dikembangkan dari satu tokoh yaitu M. de Franval.
Berdasarkan pengklasifikasian tipe akhir cerita, cerpen Eugénie de Franval karya Marquis de Sade ini merupakan sebuah cerita yang memiliki akhir
yang tragis dan tidak ada harapan fin tragique sans espoir hal ini dibuktikan pada akhir cerita, M. de Franval kehilangan kedua orang yang sangat berarti
baginya, yaitu istri Mme. de Franval dan putrinya Eugénie. Mme. de Franval mati karena diracuni oleh Eugénie atas perintah M. de Franval sebelum ia
memutuskan untuk pergi ke Bâle. Eugénie tersadar dan menyesali perbuatannya
yang selama ini telah menyakiti ibunya dan menganggapnya sebagai musuh sampai dia tega mengorbankan nyawa ibunya hanya demi menuruti ambisinya
untuk menikah dengan ayahnya sendiri. M. de Franval setelah mendengar berita kematian istri dan anaknya kemudian menyesali perbuatannya dan membunuh
dirinya sendiri di depan M. de Clervil. Adapun skema force agissante yang ada dalam cerita Eugénie de Franval
sebagai berikut:
Destinateur Objet
Destinataire
Ambisi M. de Franval Eugénie M. de Franval
untuk menikahi Eugénie
Sujet M. de Franval
Adjuvant Opposant
- Valmont - Mme. de Franval
- rasa cinta Eugénie - Mme. de Farneille
kepada M. de Franval - M. de Clervil
Gambar 6: Skema Force Agissante Cerpen Eugénie de Franval karya Marquis de Sade
Berdasarkan skema di atas, M. de Franval sebagai subjek subjet, mewarisi sifat buruk dari ayahnya terdorong oleh ambisinya untuk menikahi
Eugénie destinateur yang memiliki kecantikan lebih sempurna dari ibunya. Ambisi yang dimiliki M. de Franval mendorong dirinya yang berperan sebagai
subjek untuk mendapatkan objek objet, yaitu Eugénie. Usaha M. de Franval dalam mendapatkan Eugénie di dukung oleh temannya yang bernama Valmont
adjuvant.Ia meminta bantuan kepada Valmont untuk membuat sebuah skandal yang menunjukkan istrinya berselingkuh dengan Valmont, dengan begitu Eugénie
akan semakin membenci ibunya sehingga M. de Franval akan lebih mudah menikah dengan Eugénie. Selain itu, adanya respon balik dari Eugénie yang
ternyata juga mencintai M. de Franval adjuvant semakin mempermudah jalan M. de Franval untuk mendapatkan cinta putrinya itu. Namun dalam cerita ini
muncul beberapa penghalang yang membuat M. de Franval sulit menyatukan cintanya dengan Eugénie. Mereka adalah Mme. de Franval, Mme. de Farneille,
dan M. de Clervil opposant. Sedangkan menurut tujuan penulisannya, tempat dan waktu terjadinya
peristiwa, keadaan psikologis, dan intensitas kemunculan tokoh, cerpen Eugénie de Franval karya Marquis de Sade ini merupakan cerita realis le récit réaliste,
karena pengarang memberikan keterangan yang menggambarkan keadaan seperti kenyataannya, seperti tempat, waktu dan keadaan sosialnya. Latar tempat yang
terdapat dalam cerita ini adalah Paris, Valmor, dan Bâle. Lokasi tersebut benar- benar ada di dunia nyata.