Tema Analisis Struktural dalam Karya Sastra

Menurut Erich 2000 : 416, esensi sadisme adalah hasrat untuk secara mutlak dan tak terbatas menguasai makhluk hidup, baik binatang maupun manusia. Menyakiti atau melecehkan orang dengan sengaja tanpa memberinya kesempatan untuk mempertahankan diri atau menghindar merupakan salah satu wujud penguasaan mutlak , namun ini sama sekali bukan wujud satu-satunya. Seseorang yang memiliki kekuasaan penuh atas makhluk hidup yang dikuasainya itu sebagai benda miliknya atau kekayaannya, sedangkan dia sendiri sebagai dewanya. Kesadisan merupakan salah satu solusi bagi persoalan makhluk yang terlahir sebagai manusia manakala tidak diperoleh pemecahan lain yang lebih baik. Pengalaman menguasai makhluk lain secara mutlak, selama ada kaitannya dengan manusia dan binatang, mampu menimbulkan ilusi tercapainya batas-batas eksistensial manusia, terutama bagi orang-orang yang kehidupan kesehariannya kurang produktif atau kurang bahagia. Sadisme pada dasarnya tidak memiliki tujuan praktis, ia merupakan perubahan dari rasa tidak berdaya menjadi rasa menguasai secara mutlak; itulah yang dirasakan oleh orang-orang yang berjiwa kerdil Erich, 2000 : 418. Terdapat 3 jenis sadisme seperti yang dikemukakan oleh Erich 2000 : 404-410, yaitu : 1. Sadisme seksual Sadisme seksual bersama masokisme, merupakan salah satu penyimpangan seksual yang sering dan paling dikenal. Bagi kaum pria yang mengalaminya, penyimpangan ini merupakan syarat untuk melampiaskan dan mendapatkan kepuasan seksual. Bentuknya berkisar dari keinginan menyakiti si wanita, melecehkannya, membelenggunya, sampai dengan memaksa si wanita untuk sepenuhnya tunduk padanya. 2. Sadisme non-seksual fisik Perilaku sadis non-seksual dari yang bertujuan menimbulkan nyeri fisik hingga yang paling ekstrem yaitu menimbulkan kematian, mengambil sasaran makhluk yang tidak berdaya baik manusia maupun binatang, tawanan perang, budak, anak-anak, orang sakit jiwa, narapidana, etnik minoritas, kesemuanya merupakan sasaran empuk sadisme non-seksual fisik, termasuk di dalamnya penyiksaan yang paling kejam. 3. Sadisme mental Sadisme mental, keinginan untuk melecehkan dan melukai perasaan orang lain, boleh jadi lebih banyak dijumpai ketimbang sadisme fisik. Jenis serangan sadistik ini jauh lebih aman bagi pelakunya karena yang digunakan hanya kekuatan kata-kata bukannya kekuatan fisik. Akan tetapi sakit psikis atau sakit hati bisa terasa sama atau bahkan lebih menusuk ketimbang sakit fisik. Sadisme mental dapat saja bersarang di balik bermacam tuturan yang tampaknya tidak menyakitkan hati : cecaran pertanyaan atau senyum sinis, dan pernyataan yang memojokkan. Umumnya jenis sadisme ini akan lebih terasa menyakitkan jika dilakukan di depan orang banyak. Erich 2000 : 420-421 mengemukakan bahwa sadistik mempunya ciri-ciri sebagai berikut : 1. Bagi orang-orang berkarakter sadis, yang dapat dikuasai adalah sesuatu yang hidup, benda hidup ia jadikan benda mati atau lebih tepatnya makhluk hidup ia jadikan obyek yang ketakutan terhadapnya. 2. Hanya tertarik pada obyek yang tidak berdaya, dia tidak akan tertarik pada binatang atau manusia yang lebih kuat darinya. 3. Orang sadis takut akan segala sesuatu yang tidak pasti yang sulit di duga, karena sesuatu yang demikian ini akan memaksanya bereaksi secara spontan dan apa adanya.