Latar Analisis Struktural dalam Karya Sastra
Freud melalui Semiun, 2006: 82 mengemukakan sadisme adalah insting yang dimanifestasikan bila kenikmatan seksual diperoleh dari menimbulkan rasa
sakit atau penghinaan kepada orang lain. Freud menambahkan kalau perbuatan sadis ini dilakukan secara ekstrem, maka sadisme dilihat sebagai perbuatan
seksual yang tidak wajar. Namun, sadisme yang tidak berlebihan adalah suatu kebutuhan umum dan dalam batas-batas tertentu ada dalam semua hubungan
seksual. Dikatakan tidak wajar bila tujuan seksual dari kenikmatan erotic menjadi sekunder terjhadap tujuan destruktif.
Menurut Erich 2000 : 403-404, ada dua konsep konvensional tentang sifat sadisme, yang terkadang digunakan secara terpisah namun ada kalanya
terpadu. Salah satunya diistilahkan dengan “algolagnia” algos= nyeri, lagneia= nafsu atau keinginan kuat. Dalam konsep ini esensi sadisme dilihat sebagai
keinginan untuk menimbulkan rasa nyeri, baik yang ada atau tidak ada, kaitannya dengan seks.
Marcuse melalui Erich, 2000: 405 menilai sadisme sebagai salah satu ungkapan kebebasan seks manusia. Tulisan-tulisan Marquis de Sade ditanggapi
oleh beberapa media masa yang secara politik cukup radikal sebagai manifestasi dari “ kebebasan “ ini. Menurut Sade melalui Erich, 2000: 405 sadisme
merupakan suatu hasrat manusia, dan bahwa kebebasanlah yang menuntut agar manusia memiliki hak untuk melampiaskan hasrat sadistik dan masokistik
mereka, seperti juga hak-hak lain, jika ini member kenikmatan bagi mereka.
Menurut Erich 2000 : 416, esensi sadisme adalah hasrat untuk secara mutlak dan tak terbatas menguasai makhluk hidup, baik binatang maupun
manusia. Menyakiti atau melecehkan orang dengan sengaja tanpa memberinya kesempatan untuk mempertahankan diri atau menghindar merupakan salah satu
wujud penguasaan mutlak , namun ini sama sekali bukan wujud satu-satunya. Seseorang yang memiliki kekuasaan penuh atas makhluk hidup yang dikuasainya
itu sebagai benda miliknya atau kekayaannya, sedangkan dia sendiri sebagai dewanya.
Kesadisan merupakan salah satu solusi bagi persoalan makhluk yang terlahir sebagai manusia manakala tidak diperoleh pemecahan lain yang lebih
baik. Pengalaman menguasai makhluk lain secara mutlak, selama ada kaitannya dengan manusia dan binatang, mampu menimbulkan ilusi tercapainya batas-batas
eksistensial manusia, terutama bagi orang-orang yang kehidupan kesehariannya kurang produktif atau kurang bahagia. Sadisme pada dasarnya tidak memiliki
tujuan praktis, ia merupakan perubahan dari rasa tidak berdaya menjadi rasa menguasai secara mutlak; itulah yang dirasakan oleh orang-orang yang berjiwa
kerdil Erich, 2000 : 418. Terdapat 3 jenis sadisme seperti yang dikemukakan oleh Erich 2000 :
404-410, yaitu : 1.
Sadisme seksual Sadisme seksual bersama masokisme, merupakan salah satu
penyimpangan seksual yang sering dan paling dikenal. Bagi kaum pria yang