PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS KARAKTER DAN KEBENCANAAN SEBAGAI BAHAN AJAR IPS KELAS VIII MATERI LINGKUNGAN HIDUP DI SMPN KABUPATEN SEMARANG

(1)

i

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS

KARAKTER DAN KEBENCANAAN SEBAGAI

BAHAN AJAR IPS KELAS VIII MATERI

LINGKUNGAN HIDUP DI SMPN

KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Geografi

Oleh :

Himmatul Amanah NIM. 3201409097

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I

Dr. Purwadi Suhandini, S.U. NIP. 19471103 197501 1 001

Pembimbing II

Drs. Tukidi, M.Pd.

NIP. 19540310198303 1 002 Mengetahui,

Ketua Jurusan Geografi

Drs. Apik Budi Santoso, M.Si NIP. 19620904 198901 1 001


(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari :

Tanggal :

Penguji Utama

Drs. Sunarko, M.Pd. NIP. 19520718 198003 1 003 Penguji I

Dr. Purwadi Suhandini, S.U. NIP. 19471103 197501 1 001

Penguji II

Drs. Tukidi, M.Pd.

NIP. 19540310198303 1 002 Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Dr. Subagyo, M.Pd NIP. 19510808 198003 1 003


(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 21 Juni 2013

Himmatul Amanah NIM. 3201409097


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO:

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Q.S Ar Ra’d ayat 11)

Keep SPIRIT…. Berjuang sampai akhir… Pasti ada

kemudahan setelah kesulitan. Jalani setiap proses yang ada, pasti akan membuahkan hasil yang maksimal (Himmatul Amanah)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya skripsi ini kupersembahkan untuk:

1) Abahku Drs. Ali Maksum, MM. (Alm) dan Ibuku Sri

Syafa’atun S.Pdi., atas nasehat, petuah dan dukungannya yang selalu menjadi sumber inspirasi serta semangat yang mengalir dalam darahku selama ini. Terimakasih untuk amanah dari abah yang selalu aku pegang teguh sebagai sebuah kepercayaan paling tinggi. Untuk ibuku, wanita terhebat dalam hidupku yang berjuang seorang diri dan dengan doanya mengantarkanku hingga sejauh ini.

2) Ketiga adikku Laily Ummi Afwina Ali, Arifani Umami Ali, dan Akhmad Zahid Maksum yang menjadi sumber semangatku untuk berjuang sampai akhir.

3) Seluruh keluargaku yang menanti kelulusanku dan mendoakanku untuk menjadi manusia sukses.

4) Sahabatku Ayib, Ummu, Merien, Nata, Sri Jhon, Isna, Mbk Eka, Faizah, Anif, Leli, Ana, Dek Ummi, Ayum, Deasy H, Dhimas yang udah designin LKSku, teman-taman Black Hole (terimakasih buat pengalaman muncak gunungnya) dan seluruh teman-teman Pend. Geo ‘09. 5) Almamaterku.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Karakter dan Kebencanaan sebagai Bahan Ajar IPS Kelas VIII Materi Pokok Lingkungan Hidup di SMPN Kabupaten Semarang” dapat terselesaikan.

Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah mengijinkan penulis untuk menempuh studi di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Subagyo, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan fasilitas yang memungkinkan penulis melakukan penelitian ini.

3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si, Ketua Jurusan Geografi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas yang memungkinkan penulis melakukan penelitian ini.

4. Dr. Purwadi Suhandini, S.U, Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Tukidi, M.Pd, Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Drs. Sunarko, M.Pd, Dosen Penguji Utama yang telah memberikan koreksi dan pengarahan dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Dr. Eva Banowati, M.Si, Dr. Juhadi, M.Si, Prof. Dr. Dewi Liesnoor, M.Si, Drs. Suroso, M.Si, Drs. Apik Budi Santoso, M.Si. sebagai tim ahli yang memvalidasi LKS berbasis karakter dan kebencanaan sehingga bisa memperbaiki banyak kekurangan LKS yang penulis buat.


(7)

vii

8. Ana Prastiwi, S.Pd, Siti Nur Indriyati, S.Pd, Antonius Subiyanto, S.Pd, dan Endang S, S.Pd. sebagai guru pengajar mata pelajaran IPS yang memvalidasi LKS berbasis karakter dan kebencanaan.

9. Seluruh Dosen dan Karyawan Jurusan Geografi atas ilmu yang telah diberikan selama menempuh perkuliahan serta bantuan dan motivasi yang telah diberikan selama ini.

10. Kepala Sekolah, Guru, dan Staf SMP Negeri 1 Ungaran, SMP Negeri 2 Ungaran, SMP Negeri 3 Ungaran dan SMP Negeri 4 Ungaran Kabupaten Semarang yang telah memberikan izin dalam penelitian ini serta kerjasamanya.

11. Keluarga besar mahasiswa Pendidikan Geografi 2009, yang telah memberikan motivasi, semangat dan bantuan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini, serta kenangan yang indah selama masa kuliah.

12. Keluarga besar Dian Ratna Kos dan Brata Sejati Kos yang memberikan kenangan dan pengalaman selama aku tinggal saat kuliah.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan serta bantuannya baik secara langsung maupun tidak langsung.

Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi amal kebaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan guna kelengkapan dan kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan berguna bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, 12 Juni 2013


(8)

viii SARI

Himmatul Amanah. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Karakter dan Kebencanaan sebagai Bahan Ajar IPS Kelas VIII Materi Pokok Lingkungan Hidup di SMPN Kabupaten Semarang. Skripsi. Jurusan Geografi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang.

Kata kunci: Bahan Ajar, Lembar Kerja Siswa (LKS), Karakter, Kebencanaan.

Pengembangan Lembar Kerja Siswa yang dipadukan dengan prinsip-prinsip karakter dan kebencanaan diharapkan dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar dan penggunaannya dalam pembelajaran IPS dapat membantu guru untuk membentuk karakter siswa dan rasa peduli terhadap bencana yang terjadi di sekitar mereka. Disamping itu LKS juga diharapkan dapat mengembangkan ketrampilan proses, meningkatkan aktifitas siswa dan dapat mengoptimalkan hasil belajar. Pengembangan LKS oleh guru dirasa sangat penting untuk meningkatankan kualitas pendidikan di Indonesia. Melihat pada tingkat SMP, dibutuhkan keaktifan siswa dalam pendalaman materi, dengan pengembangan LKS yang dirancang secara inovatif dan menarik minat belajar siswa maka akan meningkatkan partisipasi dan pemahaman siswa dalam materi yang disampaikan. Tujuan penelitian ini adalah: “Untuk menghasilkan LKS berbasis karakter dan kebecanaan materi pelajaran Lingkungan Hidup yang sesuai standar BSNP dan layak digunakan dalam proses belajar mengajar IPS kelas VIII di SMP Negeri Kabupaten Semarang”.

Metode Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan (Reseacrh and Development/R&D). Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian ini mempunyai subyek penelitian yaitu LKS di SMPN 1 Ungaran, LKS di SMPN 2 Ungaran, LKS di SMPN 3 Ungaran dan LKS di SMPN 4 Ungaran. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen penelitian yang dikembangkan peneliti berpedoman pada instrumen BSNP. Instrumen penelitian ini meliputi: angket penilaian LKS berbasis karakter dan kebencanaan untuk dosen, angket penilaian LKS berbasis karakter dan kebencanaan untuk guru, angket penilaian LKS berbasis karakter dan kebencanaan untuk siswa. Data penelitian dianalisis dengan teknik deskriptif persentase.

Penelitian ini menghasilkan LKS berbasis karakter dan kebecanaan materi pelajaran Lingkungan Hidup yang sesuai standar BNSP untuk proses belajar mengajar IPS kelas VIII di SMP Negeri Kabupaten Semarang. Dari keseluruhan uji coba pada tim ahli (expert), guru, dan siswa dapat ditarik kesimpulan bahwa LKS berbasis karakter dan kebencanaan layak digunakan dalam sistem pembelajaran dengan rincian sebagai berikut: (1) LKS berbasis karakter dan kebencanaan yang dibuat oleh peneliti dinyatakan layak dengan persentase rata-rata dari tim ahli (expert) sebesar 84.57%, (2) LKS berbasis karakter dan kebencanaan yang dibuat oleh peneliti dinyatakan layak dengan persentase rata-rata dari guru sebesar 86.58%. (3) LKS berbasis karakter dan kebencanaan yang dibuat oleh peneliti dinyatakan layak oleh siswa dari SMPN 1 Ungaran, SMPN 2


(9)

ix

Ungaran, SMPN 3 Ungaran dan SMPN 4 Ungaran dengan persentase rata-rata sebesar 84.72%.

Saran yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) Hasil dari penelitian dan pengembangan ini bisa dikembangkan pada mata pelajaran lainnya maupun materi pokok lain yang mempunyai karakteristik sama dengan materi pada LKS yang sudah dikembangkan peneliti. (2) Bahan ajar yang digunakan dalam sistem pembelajaran khususnya LKS sebaiknya disesuaikan dengan standar BSNP untuk memperoleh kelayakan dari LKS tersebut. (3) Guru bisa mengembangkan LKS pada tiap KD dengan basis karakter dan kebencanaan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran itu sendiri. (4) Bagi siswa, diharapkan LKS berbasis karakter dan kebencanaan bisa meningkatkan kreatifitas dan aktivitas belajar siswa, meningkatkan karakter bangsa dan menambah wawasan kebencanaan.


(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

SARI ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Penegasan Istilah ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 11

B. Karakter ... 19

C. Kebencanaan ... 32

D. Bahan Ajar ... 42

E. Lingkungan Hidup ... 46


(11)

xi

Halaman BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian ... 61

B. Subyek Penelitian ... 67

C. Variabel Penelitian ... 67

D. Metode Pengumpulan Data ... 68

E. Prosedur Penelitian. ... 71

F. Pengumpulan Data ... 80

G. Metode Analisis Data ... 80

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 85

1. Lokasi Penelitian... ... 86

2. Kondisi Sekolah... ... 88

3. Hasil Analisis LKS tiap Sekolah di Kecamatan Ungaran.... . 90

4. Pembuatan LKS berbasis Karakter dan Kebencanaan……. . 95

5. Kelayakan Isi, Penyajian, Bahasa dan Kegrafikan. ... 107

B. Pembahasan Penelitian ... 111

1. Evaluasi LKS Tiap SMP ... 111

2. Evaluasi LKS Berbasis Karakter dan Kebencanaan ... 114

3. Kelayakan LKS Berbasis Karakter dan Kebencanaan ... 118

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 126

B. Saran ... 127

DAFTAR PUSTAKA ... 138


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Pilar Keluarga dalam Pendidikan Karakter……… 29

Tabel 2.2. Pilar Sekolah dalam Pendidikan Karakter……….. 30

Tabel 2.3. Pilar Masyarakat dalam Pendidikan Karakter……… 31

Tabel 3.1 Data kelayakan LKS SMPN 1 Ungaran dan SMPN 2 Ungaran... 68

Tabel 3.2. Data kelayakan LKS SMPN 3 Ungaran... 69

Tabel 3.3. Data kelayakan LKS SMPN 4 Ungaran... 70

Tabel 4.1. LKS SMP N Kelas VIII di Kabupaten Semarang……….. 91

Tabel 4.2. Analisis kelayakan LKS SMPN 1 Ungaran dan SMPN 2 Ungaran Kelas VIII di Kabupaten Semarang………. 91

Tabel 4.3. Analisis kelayakan LKS SMPN 3 Ungaran dan Kelas VIII di Kabupaten Semarang……….. 92

Tabel 4.4. Analisis kelayakan LKS SMPN 4 Ungaran dan Kelas VIII di Kabupaten Semarang……… 94

Tabel 4.5. Data Dosen Tim Penilai LKS Berbasis Karakter dan Kebencanaan.. 108

Tabel 4.6. Masukan dari Validator (Tim Ahli)……… 108

Tabel 4.7. Data Guru Pengampu Mata Pelajaran IPS Terpadu………... 110

Tabel 4.8. Masukan dari Validator (Guru)……… 110

Tabel 4.9. Evaluasi LKS dari SMPN 1 Ungaran dan SMPN 2 Ungaran……… 112

Tabel 4.10. Evaluasi LKS dari SMPN 3 Ungaran………. 112

Tabel 4.11. Evaluasi LKS dari SMPN 4 Ungaran………. 113

Tabel 4.12. Revisi Produk LKS berbasis karakter dan kebencanaan dari Tim Ahli (expert)……… 115 Tabel 4.13. Revisi Produk LKS berbasis karakter dan kebencanaan dari Guru………... 117 Tabel 4.14. Penilaian dari Validator Tim Ahli (expert)………. 119

Tabel 4.15. Penilaian dari Validator Guru……… 121 Tabel 4.16. Hasil dari Angket Penialaian Siswa dari Keempat SMP di Ungaran. 124


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Diagram alir langkah-langkah penyusunan LKS…………... 19

Gambar 2.2. Unsur-unsur Lingkungan Hidup………. 50

Gambar 2.3. Kerangka Berpikir……….. 60

Gambar 3.1. Langkah-langkah Penggunaan Metode Research and Development (R&D)……….. 66

Gambar 3.2. Alur Persiapan Penelitian………... 72

Gambar 3.3. Langkah-langkah Penggunaan Metode Research and Development dalam Penelitian ini dari Sugiyono (2008)…... 73

Gambar 4.1. SMP Negeri 1 Ungaran……….. 86

Gambar 4.2. SMP Negeri 2 Ungaran……….. 87

Gambar 4.3. SMP Negeri 3 Ungaran……….. 88

Gambar 4.4. SMP Negeri 4 Ungaran……….. 89

Gambar 4.5. Cover depan LKS berbasis karakter dan kebencanaan…….. 95

Gambar 4.6. Cover belakang LKS berbasis karakter dan kebencanaan…. 97 Gambar 4.7. Struktur bagian awal LKS berbasis karakter dan kebencanaan………... 99

Gambar 4.8. Struktur isi LKS berbasis karakter dan kebencanaan………. 100

Gambar 4.9. Grafik penilaian kelayakan LKS berbasis Karakter dan kebencanaan oleh tim ahli (expert)……… 120

Gambar 4.10. Grafik penilaian kelayakan LKS berbasis Karakter dan kebencanaan oleh guru………... 122

Gambar 4.11. Grafik penilaian kelayakan LKS berbasis Karakter dan kebencanaan oleh siswa………. 124


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian 132

Lampiran 2. LKS Berbasis Karakter dan Kebencanaan 133 Lampiran 3. Angket Penilaian LKS dari Tim Ahli (Dosen) 174

Lampiran 4. Angket Penilaian LKS dari Guru 177

Lampiran 5. Angket Penilaian Siswa 183

Lampiran 6. Analisis Data Angket Penilaian LKS dari Tim Ahli (Dosen) 184 Lampiran 7. Analisis Data Angket Penilaian LKS dari Guru 185 Lampiran 8. Analisis Data Penilaian Siswa Tehadap Keterbacaan LKS 187

Lampiran 9. Dokumentasi Kegiatan Penelitian 193

Lampiran 10. LKS dari SMPN 1 dan 2 Ungaran 199

Lampiran 11. LKS dari SMPN 3 Ungaran 207

Lampiran 12. LKS dari SMPN 4 Ungaran 213


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang menjunjung tinggi pendidikan, dimana pendidikan digunakan sebagai alat untuk mencerdaskan bangsa. Pemerintah sangat mendukung secara penuh dalam peningkatan kualitas pendidikan masyarakat Indonesia, khususnya untuk kalangan SD, SMP, dan SMA Sederajat, terbukti dengan adanya empat pilar pendidikan yang salah satunya berbunyi “Wajib Belajar 9 Tahun”. Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari input, proses, dan output. Input merupakan peserta didik yang akan melaksanakan aktivitas belajar, proses merupakan kegiatan dari belajar mengajar sedangkan output merupakan hasil dari proses yang akan dilaksanakan. Pelaksanaan proses pendidikan tersebut diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan di era globalisasi dewasa ini.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu penekanan dari tujuan pendidikan, seperti yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang tujuan Pendidikan Nasional yang berfungsi mengembangkan kemampuan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakal mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


(16)

Pencapaian tujuan pendidikan nasional diperlukan sebuah sistem pembelajaran yang efektif, sehingga akan tercipta sekolah yang efektif. Para peneliti pendidikan mengakui bahwa sekolah yang efektif secara alami memiliki wajah yang beragam, misalnya mengkategorikan kegiatan sekolah yang efektif menjadi dua dimensi yaitu kegiatan yang bersifat ekspresif dan bersifat instrumental (Jamaludin,2003:21). Guru harus mampu menyediakan dan memilih sumber-sumber belajar serta media yang bermutu bagi para siswa, sehingga dalam proses belajar mengajar di kelas bisa dilaksanakan secara inovatif dan kreatif dengan menggunakan bahan ajar dan media ajar yang bervariasi dan komunikatif dalam menarik minat siswa mendalami materi. Guru tidak memberikan jawaban final, tetapi para siswa sendiri yang akan menyimpulkan dan merumuskannya melalui bahan ajar dan media ajar yang telah diberikan kepada siswa untuk belajar mandiri dan kreatif, dengan demikian tugas guru sebagai komunikator adalah mendayagunakan potensi-potensi spesifik dari tanda-tanda atau lambang-lambang visual, menyusun isi pelajaran, serta memelihara hubungan khusus dengan para siswa dalam artian menyimak situasi komunikasi pengajaran berikut minat, keinginan, tuntutan dan kebutuhannya (Sudjana,2007:21).

Peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 pasal 42 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga menekankan pentingnya sumber belajar, pasal tersebut menjelaskan mengenai standar sarana dan prasarana tertulis bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang


(17)

3

proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Pemaparan peraturan pemerintah di atas dapat diketahui bahwa setiap lembaga pendidikan harus bisa menyediakan bahan ajar yang dapat menunjang proses belajar mengajar. Bahan ajar yang komunikatif dan berbasis karakter dan kebencanaan diharapkan akan mampu mencetak siswa yang berkarakter bangsa dan peduli akan lingkungan sekitar, sehingga diperlukan adanya pengembangan bahan ajar yang mencerminkan karakter bangsa dan kritis terhadap kebencanaan untuk menumbuhkan rasa peduli terhadap lingkungan. Jadi perlu adanya sebuah bahan ajar yang semula konvensional ke bahan ajar yang inovatif dan menarik bagi para siswa, untuk menumbuhkan ketertarikan terhadap pembelajaran.

Prastowo (2011:31) menjelaskan bahwa sumber belajar dan bahan ajar yang tampak sama tetapi berbeda, dimana sumber belajar adalah bahan mentah untuk menyusun bahan ajar. Jadi untuk bisa disajikan kepada peserta didik, sumber belajar harus diolah terlebih dahulu, sedangkan bahan ajar adalah bahan jadi yang merupakan hasil ramuan dari bahan-bahan yang diperoleh dari berbagai sumber belajar yang siap disajikan kepada peserta didik. Jadi bahan ajar merupakan bahan siap saji bagi peserta didik untuk proses pembelajaran.

Bahan ajar memiliki berbagi jenis dan bentuk, hal inilah yang menyebabkan adanya perbedaan antara sumber belajar dan bahan ajar. Beberapa kriteria yang menjadi acuan dalam membuat klasifikasi bahan ajar adalah berdasarkan bentuknya, cara kerjanya dan sifatnya. Menurut National Centre for Competency Based Training (2007), bahan ajar adalah segala


(18)

bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis.

Bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Misalnya, buku pelajaran, modul, handout, LKS, model atau maket, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif, dan sebagainya (Prastowo 2011:17).

LKS (Lembar Kerja Siswa) merupakan salah satu dari bahan ajar, dimana LKS bisa dirancang dan dikembangkan sendiri oleh guru sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Materi serta pelatihan soal-soal yang ada dalam LKS bisa diambil dari berbagai sumber belajar, baik dari buku paket, ensiklopedia, internet, lingkungan sekitar, dan lain sebagainya. LKS digunakan dalam proses belajar mengajar dengan tujuan siswa dapat dengan mandiri mendalami materi dan memahami setiap teori yang disampaikan oleh guru, dengan mengerjakan soal-soal formatif, maka akan meningkatkan pemahaman siswa tentang materi, sedangkan jika dalam LKS terdapat perintah yang berupa praktek akan meningkatkan kompetensi psikomotorik daris siswa.

LKS merupakan bentuk dari salah satu bahan ajar yang bisa digunakan oleh guru dalam penilaian hasil belajar siswa, dalam penerapannya LKS digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan prestasi siswa. Setiap


(19)

5

kegiatan belajar mengajar IPS sering sekali menggunakan berbagai sumber belajar yang memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu, namun perlu adanya pembuatan bahan ajar yang nyata disini, khususnya dalam bentuk LKS (Lembar Kerja Siswa), dimana guru merancang dan membuat secara sistematis materi-materi yang berhubungan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang disampaikan dalam proses pembelajaran. Guru akan memberikan pelatihan soal-soal dan ringkasan materi melalui LKS, sesuai dengan kebutuhan siswa dan potensi siswa.

Sumber belajar yang sering digunakan guru di SMP Negeri 1, SMP Negeri 2, SMP Negeri 3 dan SMP Negeri 4 Ungaran dalam pembelajaran berupa buku paket, handout, modul, lembar kerja siswa, foto/gambar, video, dan compact disk interactive. Sumber belajar (learning resources) dapat membantu siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan karena dalam sumber belajar secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa. Di keempat sekolah tersebut belum ada pengembangan LKS secara mandiri yang dilakukan oleh guru mata pelajaran IPS bagi kelas VIII.

Berdasarkan penuturan guru IPS di SMP Negeri 1, SMP Negeri 2, SMP Negeri 3 dan SMP Negeri 4 Ungaran mengenai kualitas Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dipergunakan oleh siswa setiap pembelajaran dirasa bermutu rendah dan “miskin ilmu”. Hal ini dikarenakan materi yang ada dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) yang beredar di sekolah ini sangat


(20)

minim/kurang dan masih kurang optimal dalam mengembangkan aktivitas belajar siswa. Disamping itu juga guru merasa bahwa LKS yang dikeluarkan penerbit cenderung kurang cocok antara materi yang ada dalam LKS dengan standar kompetensi yang akan diajarkan kepada siswa.

Berdasarkan hasil observasi peneliti tentang kelayakan LKS dari tiap SMP Negeri 1, 2, 3, dan 4 Ungaran dapat ditarik kesimpulan bahawa di dalam LKS tersebut mengandung materi lingkungan hidup yang masih deskripsional dan narasi yang kurang menarik, gambar dan informasi yang disediakan masih minim dan kurang lengkap. LKS dari tiap sekolah masih konvensional dan kurang mengembangkan karakter siswa serta tidak ada wawasan kebencanaan di dalamnya. Untuk LKS dari SMPN 1 dan 2 Ungaran memiliki kelayakan isi dan penyajian yang cukup layak namun pada kelayakan bahasa dan kegrafikan termasuk tidak layak dikarenakan bahasa yang kurang komunikatif dan kualitas cetak LKS yang buruk. Pada LKS dari SMPN 3 Ungaran memiliki kelayakan isi yang layak, kelayakan bahasa dan kegrafikan cukup layak sedangkan kelayakan bahasa yang tidak layak. Pada LKS dari SMPN 4 Ungaran memiliki kelayakan isi dan penyajian yang layak sedangkan kelayakan bahasa dan kegrafikan yang cukup layak.

Frekuensi penggunaan LKS oleh siswa yang cukup tinggi tersebut haruslah diimbangi dengan kualitas LKS yang tinggi pula. Jika LKS yang digunakan adalah LKS yang bermutu rendah, tentu sangat merugikan penggunanya yakni siswa. Apalagi dalam kurikulum saat ini siswa dituntut untuk aktif dan dapat bekerja secara mandiri. Sarana yang tepat sebagai pendukung bagi siswa untuk dapat aktif dan mandiri dalam pembelajaran


(21)

7

adalah LKS. Atas dasar itulah hendaknya guru dapat mengembangkan LKS sendiri sesuai kebutuhan siswanya dan tidak tergantung pada LKS yang beredar di pasaran.

Pengembangan Lembar Kerja Siswa yang dipadukan dengan prinsip-prinsip karakter dan kebencanaan diharapkan dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar dan penggunaannya dalam pembelajaran IPS dapat membantu guru untuk membentuk karakter siswa dan rasa peduli terhadap bencana yang terjadi di sekitar mereka. Disamping itu LKS juga diharapkan dapat mengembangkan ketrampilan proses, meningkatkan aktifitas siswa dan dapat mengoptimalkan hasil belajar. Pengembangan LKS oleh guru dirasa sangat penting untuk peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Melihat pada tingkat SMP, dibutuhkan keaktifan siswa dalam pendalaman materi, dengan pengembangan LKS yang dirancang secara inovatif dan menarik minat belajar siswa maka akan meningkatkan partisipasi dan pemahaman siswa dalam materi yang disampaikan. Pengembangan LKS, maka akan tercipta bahan ajar yang efektif dan efisien dalam menunjang proses belajar mengajar.

Pendalaman materi yang akan dipelajari melalui LKS ini mengambil materi pokok lingkungan hidup, dimana materi pokok lingkungan hidup sangat cocok dalam penerapan karakter dan kebencanaan. Lingkungan hidup merupakan segala keadaan yang ada di sekitar tempat kita tinggal, baik itu lingkungan secara biotik maupun abiotik. Lingkungan hidup sangat berpotensi untuk dilanda bencana, oleh karena itu perlu dibentuk suatu karakter yang peduli lingkungan dan sikap siaga bencana dalam menghadapinya bagi para siswa, khususnya bagi siswa SMP melalui pembelajaran di sekolah.


(22)

Berdasarkan uraian yang melatar belakangi permasalahan dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk mengembangkan LKS berbasis karakter dan kebencanaan pada materi pelajaran lingkungan hidup pada mata pelajaran IPS kelas VIII sekaligus mengadakan penelitian dengan judul: ” Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Karakter Dan Kebencanaan Sebagai Bahan Ajar IPS Kelas VIII Materi Lingkungan Hidup Di SMPN Kabupaten Semarang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

“Apakah LKS berbasis karakter dan kebecanaan materi pelajaran Lingkungan Hidup merupakan bahan ajar sesuai standar BSNP dan layak untuk digunakan dalam proses belajar mengajar IPS kelas VIII di SMP Negeri Kabupaten Semarang?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah seperti tersebut di atas, maka dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

“Untuk menghasilkan LKS berbasis karakter dan kebecanaan materi pelajaran Lingkungan Hidup yang sesuai standar BSNP dan layak digunakan dalam proses belajar mengajar IPS kelas VIII di SMP Negeri Kabupaten Semarang” D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan konseptual bagi perkembangan ilmu pendidikan, khususnya mengenai pengembangan LKS berbasis karakter


(23)

9

dan kebencanaan sebagai bahan ajar pada pembelajaran IPS siswa kelas VIII SMP Negeri di Ungaran.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi seluruh kalangan masyarakat yang menggunakan hasil produk dari pengembangan LKS berbasis karakter dan kebencanaan khususnya guru dan siswa. LKS tersebut bermanfaat siswa untuk lebih peduli dan memiliki karakter yang baik dalam menghadapi bencana yang ada di sekitar lingkungan hidup mereka. LKS tersebut juga berfungsi bagi guru sebagai contoh produk pengembangan LKS yang dapat dikembangkan secara mandiri nantinya. E. Penegasan Istilah

Berdasarkan pemilihan judul di atas, maka untuk menghindari salah tafsir terhadap istilah-istilah yang digunakan, maka perlu diberi penegasan istilah sebagai berikut:

1. Pengembangan

Pengertian pengembangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:414) adalah hal mngembangkan; pembangunan secara bertahap dan teratur, dan yang menjurus ke sasaran yang dikehendaki. Pengembangan dalam penelitian ini diartikan sebagai proses dalam mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) konvensional menjadi Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis karakter dan kebencanaan.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Karakter dan Kebencanaan Lembar kerja siswa merupakan lembaran-lembaran yang berisikan pedoman bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar pada pokok


(24)

kajian tertentu (Anggraini, 2006:8). Sedangkan karakter merupakan titian ilmu pengetahuan dan keterampilan, karakter yang baik mencakup pengertian, kepedulian, dan tindakan berdasarkan nilai-nilai etika, serta meliputi aspek kognitif, emosional, dan perilaku dari kehidupan moral (Jamal 2011:27). Pembelajaran berbasis karakter dan kebencanaan adalah pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip-prinsip karakter dan kebencanaan yakni siswa akan terbentuk karakternya dalam kegiatan pembelajaran yang sudah disajikan di dalam LKS dan memahami kebencanaan yang terjadi dan bagaimana menanggulanginya.

Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis karakter dan kebencanaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah alat yang digunakan sebagai sumber belajar dalam menyampaikan materi pembelajaran dan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis karakter dan kebencanaan tersebut menyajikan materi dengan dilengkapi gambar, teks, dan soal-soal dengan materi pokok lingkungan hidup dengan basis karakter dan kebencanaan. 3. Bahan Ajar IPS

Bahan ajar (instructional materials) disini adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari peserta didik dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan, maka bahan ajar mengandung isi yang substansinya meliputi tiga macam, yaitu pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, dan prosedur), keterampilan, dan sikap (nilai).


(25)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa (Prastowo 2011:204) merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai. Sebagaimana diungkap dalam Panduan Pengembangan Bahan Ajar

(Departemen Pendidikan Nasional, 2008) lembar kerja siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kerja biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kerja siswa harus jelas KD yang akan dicapainya.

Sementara itu, menurut pandangan lain (Belawati dalam Prastowo, 2011), LKS bukan merupakan singkatan Lembar Kegiatan Siswa, akan tetapi Lembar Kerja Siswa, yaitu materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga peserta didik diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. Dalam LKS, peserta didik akan mendapatkan materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu, peserta didik juga dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan.

Lembar Kerja Siswa atau LKS merupakan sarana kegiatan pembelajaran yang dapat membantu mempermudah pemahaman terhadap


(26)

materi yang dipelajari. LKS diharapkan dapat membantu siswa lebih aktif dan mandiri sehingga dapat meningkatkan mutu belajar serta mutu pendidikan IPS (Fahrucah dan Sugiarto: 2012).

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKS yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi. LKS juga merupakan media pembelajaran, karena dapat digunakan secara bersama dengan sumber belajar atau media pembelajaran yang lain. LKS menjadi sumber belajar dan media pembelajaran tergantung pada kegiatan pembelajaran yang dirancang (Roehaeti dkk: 2005)

Dalam menyiapkan LKS, ada beberapa syarat yang mesti dipenuhi oleh pendidik. Untuk bisa membuat LKS yang bagus, pendidik harus cermat serta memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Karena, sebuah lembar kerja harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai atau tidaknya sebuah kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik.

Pentingnya LKS bagi Kegiatan Pembelajaran: berbicara mengenai pentingnya LKS bagi kegiatan pembelajaran, maka hal ini tidak bisa lepas dari pengkajian tentang fungsi, tujuan, dan kegunaan LKS itu sendiri. Berikut adalah penjabaran dari masing-masing kajian tersebut:

1. Fungsi LKS

Lembar Kerja Siswa mempunyai fungsi yang terdiri atas (a) sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih


(27)

13

mengaktifkan peserta didik, (b) sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan, (c) sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih, (d) semudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.

2. Tujuan Penyusunan LKS

Adapun tujuan dari penyusunan LKS adalah (a) menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan, (b) menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberikan, (c) melatih kemandirian belajar peserta didik, (d) memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.

3. Kegunaan LKS bagi Kegiatan Pembelajaran

Mengenai kegunaan LKS bagi kegiatan pembelajaran, pasti ada banyak kegunaan tersebut, khususnya untuk menunjang dan mendukung peningkatan kualitas pendidikan. Bagi guru selaku pendidik, melalui LKS, guru mendapat kesempatan untuk memancing peserta didik agar secara aktif terlibat dengan materi yang dibahas. Salah satu metode yang bisa diterapkan untuk mendapatkan hasil yang optimal dari pemanfaatan LKS adalah metode “SQ3R” atau Survey, Question, Read, Recite, and Review

(menyurvei, membuat pertanyaan, membaca, meringkas, dan mengulang), (Prastowo 2011:206). Adapun penjelasan masing-masing tahap itu adalah sebagai berikut:


(28)

a. Tahap Survey.

Pada kegiatan ini, peserta didik diminta untuk membaca secara sepintas keseluruhan materi, termasuk membaca ringkasan materi jika ringkasan diberikan.

b. Tahap Question.

Pada kegiatan ini, peserta didik diminta untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang harus mereka jawab sendiri pada saat membaca materi yang diberikan.

c. Tahap Read.

Pada kegiatan ini, peserta didik dirangsang untuk memperhatikan pengorganisasian materi dan membubuhkan tanda tangan khusus pada materi yang diberikan. Contohnya, peserta didik diminta untuk membubuhkan tanda kurung pada ide utama, menggarisbawahi rincian yang menunjang ide utama, dan menjawab pertanyaan yang sudah disiapkan pada tahap question.

d. Tahap Recite.

Pada kegiatan ini, peserta didik diminta untuk menguji diri mereka sendiri pada saat membaca, kemudian diminta untuk meringkas materi menggunakan kalimat mereka sendiri.

e. Tahap Review.

Pada kegiatan ini, peserta didik diminta sesegera mungkin untuk melihat kembali materi yang sudah selesai dipelajari sesaat setelah selesai mempelajari materi tersebut.


(29)

15

4. Unsur-unsur LKS sebagai Bahan Ajar.

Dilihat dari strukturnya, bahan ajar LKS lebih sederhana daripada modul, namun lebih kompleks daripada buku. Bahan ajar LKS jika dilihat dari formatnya (Ditjen Dikdasmenum dalam Prastowo, 2011:208), LKS paling tidak memuat delapan unsur, yaitu: (a) judul, (b) kompetensi dasar yang akan dicapai, (c) waktu penyelesaian, (d) peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, (e) informasi singkat, (f) langkah kerja, (g) tugas yang harus dilakukan, (h) laporan yang harus dikerjakan. 5. Macam-macam Bentuk LKS.

Dari berbagai LKS yang digunakan oleh setiap sekolah, pasti mempunyai spesifikasi yang berbeda-beda. Baik dari kemasan secara cover, isi, bobot soal, penilaian, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu dari berbagai bentuk LKS yang sudah diterbitkan oleh beberapa penerbit, maka ada identifikasi dari macam-macam bentuk LKS itu sendiri, hal ini bisa dijabarkan dari penjelasan dibawah ini:

a. LKS yang membantu peserta didik menemukan suatu konsep.

LKS jenis ini memuat apa yang (harus) dilakukan peserta didik, meliputi melakukan, mengamati, dan menganalisis. Oleh karena itu, perlu dirumuskan langkah-langkah yang harus dilakukan peserta didik, kemudian peserta didik diminta mengamati fenomena hasil kegiatan. Selanjutnya, peserta didik diberikan pertanyaan-pertanyaan analisis yang membantu untuk mengaitkan fenomena yang mereka amati dengan konsep yang akan mereka bangun dalam benak mereka.


(30)

b. LKS yang membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan.

Di dalam sebuah pembelajaran, setelah peserta didik berhasil menemukan konsep, peserta didik selanjutnya dilatih untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

c. LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar.

LKS bentuk ini berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada dalam buku. Peserta didik akan dapat mengerjakan LKS tersebut jika mereka membaca buku, sehingga fungsi utama LKS ini adalah membantu peserta didik menghafal dan memahami materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku. LKS ini juga sesuai untuk keperluan remidiasi.

d. LKS yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum.

Alih-alih memisahkan petunjuk praktikum ke dalam buku tersendiri, kita dapat menggabungkan petunjuk praktikum ke dalam kumpulan LKS. Dengan demikian, dalam LKS bentuk ini, petunjuk praktikum merupakan salah satu isi (content) dari LKS.

6. Langkah-langkah Aplikatif Membuat LKS

Pembuatan lembar kerja siswa yang baik terdapat beberapa langkah aplikatif yaitu:

a. Melakukan analisis kurikulum.

Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Pada umumnya, dalam menentukan


(31)

17

materi, langkah analisisnya dilakukan dengan cara melihat materi pokok, pengalaman belajar, serta materi yang akan diajarkan, serta mencermati kompetensi siswa.

b. Menyusun peta kebutuhan LKS.

Peta kebutuhan diperlukan untuk mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis serta melihat sekuensi atau urutan LKS-nya. Sekuensi LKS sangat dibutuhkan dalam menentukan prioritas penulisan.

c. Menentukan judul-judul LKS.

Judul LKS ditentukan atas dasar kompetensi-kompetensi dasar, materi pokok, atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat dijadikan sebagai judul LKS apabila kompetensi tersebut tersebut tidak terlalu besar.

d. Penulisan LKS

Untuk menulis LKS, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Merumuskan kompetensi dasar

Untuk merumuskan kompetensi dasar, dapat kita lakukan dengan menurunkan rumusannya langsung dari kurikulum yang berlaku. Contohnya, kompetensi dasar yang diturunkan dari kurikulum 2006.

2) Menentukan alat penilaian

Penilaian kita lakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik. Karena pendekatam pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi, dimana penilaiannya didasarkan pada penguasaan


(32)

kompetensi, maka alat penilaian yang cocok dan sesuai adalah menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau

Criterion Referenced Assessment. Dengan demikian, pendidik dapat melakukan penilaian melalui proses dan hasilnya.

3) Menyusun materi

Untuk menyusun materi LKS, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan. Berkaitan dengan isi atau materi LKS, perlu kita ketahui bahwa materi LKS sangat tergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapainya. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari.

Materi dapat diambil dari beberapa sumber, seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian, dan sebagainya. Supaya pemahaman peserta didik terhadap materi lebih kuat, maka dapat saja didalam LKS kita tunjukkan referensi yang digunakan agar peserta didik bisa membaca lebih jauh tentang materi tersebut. Selain itu, tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari peserta didik tentang hal-hal yang seharusnya peserta didik dapat melakukannya.

4) Memperhatikan struktur LKS

Kita mesti memahami bahwa struktur LKS terdiri atas enam komponen, yaitu judul, petunjuk belajar (petunjuk siswa), kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas


(33)

19

dan langkah kerja, serta penilaian. Ketika kita menulis LKS, maka paling tidak keenam komponen inti tersebut harus ada.

Berikut ini adalah gambar dari langkah-langkah penyusunan lembar kerja siswa menurut Diknas (2004).

Sumber: Prastowo (2011:212)

Gambar 2.1. Diagram alir langkah-langkah penyusunan LKS B. Karakter

Tidak ada yang menyangkal bahwa karakter merupakan aspek penting untuk kesuksesan manusia di masa depan. Karakter yang kuat akan membentuk mental yang kuat. Sedangkan mental yang kuat akan melahirkan spirit yang kuat, pantang menyerah, berani mengarungi proses panjang, serta menerjang arus badai yang bergelombang dan berbahaya (Asmani, 2011: 19).

Asmani mengutip pendapat Kertajaya (2011: 28) yang mengemukakan bahwa karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu.

Sebelum Penulisan LKS

Analisis Kurikulum Menyusun Peta Kebutuhan LKS

Menentukan Judul – Judul LKS

Pada Saat Penulisan LKS

Menentukan KD

Memperhatikan Struktur Bahan Ajar Menyusun Materi


(34)

Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, dan merupakan mesin yang mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar, dan merenpons sesuatu.

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pada I UU SISDIKNAS tahun 2003 menyatakan bahwa diantara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia. Amanah UU SISDIKNAS tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga kepribadian atau berkarakter. Sehingga lahir generasi bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan karakter yang bernapas nilai-nilai luhur bangsa serta agama (Asmani, 2011: 29).

Menurut Megawangi dalam Said (2011: 33), nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan pada anak-anak adalah nilai-nilai universal yang mana seluruh agama, tradisi, dan budaya pasti menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai universal ini harus menjadi perekat bagi seluruh anggota masyarakat walapun berbeda latar belakang budaya, suku, dan agama. Menurut IHF (Indonesian Heritage Foundation) dalam Said (2011: 33) ada 9 pilar karakter, yaitu: (1) cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, (2) kemandirian dan dan tanggung jawab, (3) kejujuran, amanah, bijaksana, (4) hormat dan santun, (5) dermawan, suka menolong, dan gotong royong, (6) percaya diri, kreatif dan pekerja keras, (7) kepemimpinan dan keadilan, (8) baik dan rendah hati, (9) toleransi, kedamaian, dan kesatuan.


(35)

21

Asmani (2011: 36) menjabarkan tentang karakter, dapat dilihat pada penjelasan berikut:

1. Nilai-nilai Karakter

Berdasarkan kajian berbagai nilai agama, norma sosial, peraturan atau hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi butir-butir nilai yang dikelompokkan menjadi nilai utama, yaitu:

a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan tuhan.

Nilai ini bersifat religious. Dengan kata lain, pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan/atau ajaran agama.

b. Nilai karakter hubungannya dengan diri sendiri

Ada beberapa nilai karakter yang berhubungan dengan diri sendiri. Berikut beberapa nilai tersebut:

1) Jujur

Jujur atau kejujuran merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan diri sebagai orang yang selalu dapt dipercaya. Hal ini diwujudkan dalam hal perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri maupun pada pihak lain.

Kejujuran merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan diri sebagai orang yang selalu dapat dipercaya, baik terhadap diri sendiri maupun pihak lain.


(36)

2) Bertanggung jawab

Ini merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, sebagaimana yang seharusnya ia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), Negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.

3) Bergaya hidup sehat

Segala upaya yang menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

4) Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

c. Nilai karakter hubungannya dengan sesama

Ada beberapa nilai karakter yang berhubungan dengan sesama. Berikut beberapa nilai tersebut:

1) Sadar hak dan kewajiban diri dan orang lain

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan sesuatu yang menjadi milik atau hak diri sendiri dan orang lain, serta tugas atau kewajiban diri sendiri dan orang lain.

2) Patuh pada aturan-aturan sosial

Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.


(37)

23

3) Menghargai karya dan prestasi orang lain

Menghargai karya dan prestasi orang lain merupakan sikap dan tindakan yang mendorong diri untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat. Serta, mengakui dan menghormati orang lain.

d. Nilai karakter hubungannya dengan lingkungan

Hal ini berkenaan dengan kepedulian terhadap sosial dan lingkungan. Nilai karakter tersebut berupa sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam dan sekitarnya. Selain itu, mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

e. Nilai kebangsaan

Artinya, cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan diri dan kelompok. 1) Nasionalis

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, bdaya, ekonomi, dan politik bangsanya. 2) Mengahargai keberagaman

Sikap memberikan respek atau hormat terhadap berbagai macam hal, baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, maupun agama (Kemendiknas dalam Asmani, 2011:41). Nilai-nilai karakter tersebut sangatlah agung. Betapa hebatnya kader-kader muda


(38)

Indonesia yang mempunyai nilai-nilai tersebut. Tentu, dibutuhkan perjuangan serius dan kolektif dari seluruh anak bangsa karena nilai-nilai karakter itu membutuhkan partisipasi aktif dari sluruh elemen bangsa, mulai keluarga, lembaga pendidikan, dunia usaha, pemerintah, wakil rakyat, media informasi, dan lain sebagainya. 2. Karakter dalam Perspektif Pendidikan

Pada buku yang ditulis oleh Amri, dkk (2011:51-53), menjelaskan secara harfiah, karakter artinya “ kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi”. Kamus psikologi menyatakan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang yang biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama hukum, tata karma, budaya dan adat istiadat.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insane kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-kompenen


(39)

25

pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah (Amri 2011:52).

Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Jadi pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi dan pengalaman nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.

3. Pentingnya Pendidikan Karakter

Beberapa pakar menyatakan bahwa kunci sukses keberhasilan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas karakter masyarakatnya. Karakter yang dimaksud adalah karakter yang kondusif untuk bisa maju, yaitu yang disebut oleh Francis Fukuyama sebagai modal sosial (Said, 2011: 8).

Jadi, keberhasilan suatu bangsa bergantung pada modal sosial, bukan oleh kayanya sumber daya alam, luasnya geografis, atau banyaknya jumlah penduduk semata. Contohnya Singapura, suatu negara yang kecil dan tak punya smber daya alam, tetapi bisa menjadi negara yang maju.

Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa yang sangat menentukan bagi pembentukan seseorang. Para pakar menyatakan kegagalan penanaman karakter pada


(40)

seseorang sejak usia dini akan membentk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Selain itu, menanamkan moral pada generasi muda adalah usaha yang strategis mengingat 20 hingga 30 tahun mendatang generasi muda inilah yang akan memegang komando Negara. Oleh karena itu, penanaman moral melalui pendidikan karakter sedini mungkin adalah kunci utama untuk dapat keluar dari permasalahan yang terjadi saat ini dalam kaitannya dengan masa depan bangsa kita.

Pendidikan karakter perlu diberikan sejak usia dini. Pendapat ini diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Universitas Otago Dunedin New Zeland terhadap 1.000 anak-anak. Anak-anak tersebut diteliti ketika usia 3 tahun dan diamati kepribadiannya. Penelitian tersebut dilakukan kembali pada saat mereka berumur 18, 21, dan 26 tahun. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa anak-anak yang ketika usia 3 tahun telah diagnose sebagai “ anak-anak yang sulit diatur, pemarah, pembangkang dan sebagainya” ketika mereka berumur 18 tahun menjadi remaja yang bermasalah, agresif, indisipliner, dan bermasalah dalam pergaulan. Pada usia 21 tahun mereka sulit membina hubungan sosial dengan orang lain. Bahkan ada pula yang terlibat dalam tindakan kriminal.

Begitu pula sebaliknya, anak-anak yang di usia 3 tahun didiagnosa kesehatan jiwanya dan dinyatakan tidak bermasalah dalam pertumbuhannya, ternyata setelah dewasa menjadi orang-orang yang berhasil di masyarakat dan sehat jiwanya. Mereka cenderung untuk menahan diri dan mencari pemecahan dengan cara lebih baik saat


(41)

27

menghadapi permasalahan. Rata-rata mereka menjadi orang-orang yang berhasil di masyarakat setelah mereka dewasa.

Jadi, berdasarkan hasil penelitian longitudinal tersebut, Tim Ulton menyimpulkan:“ Pada usia 3 tahun, Anda dibentuk untuk seumur hidup”. Kesimpulan ini lebih baik menegaskan lagi bahwa pendidikan karakter jauh lebih baik apabila diberikan sedini mungkin.

4. Fungsi Pendidikan Karakter

Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010), pendidikan karakter dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara lebih khusus pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama, yaitu:

a. Pembentukan dan pengembangan potensi

Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila.

b. Perbaikan dan penguatan

Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karakter manusia dan warga negara Indonesia yang bersifat negatif dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia atau warga negara menuju bangsa yang berkarakter, maju, mandiri, dan sejahtera.


(42)

c. Penyaring

Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia dan warga negara Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat.

5. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010).

Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa (Pusat kurikulum, 2010) adalah: (a) mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa, (b) mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religious, (c) menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa, (d) mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan dan (e) mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).


(43)

29

Pendidikan karakter juga bertujuan meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter, diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahannya, mangkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Asmani 2011:43). 6. Pilar Pendidikan Karakter

Ada beberapa pilar dalam pendidikan karakter yaitu: a. Pilar keluarga

Tabel 2.1. Pilar Keluarga dalam Pendidikan Karakter

KARAKTER UTAMA INTERVENSI HABITUASI  Jujur, bertanggu ng-jawab  Cerdas  Sehat dan

bersih  Peduli dan

kreatif

Tujuan:

• Seluruh anggota keluarga memiliki persepsi, sikap, dan pola tindak yang sama dalam pengembangan karakter Strategi:

Orangtua kepada anak: • Penegakan tata tertib dan

etiket/budi pekerti dalam keluarga

• Penguatan perilaku berkarakter

• Pembelajaran kepada anak Sekolah kepada keluarga: • Pertemuan orangtua

• Kunjungan ke rumah

• Buku penghubung

• Pelibatan orang tua dalam kegiatan sekolah

Pemerintah terhadap

keluarga:

Fasilitasi pemerintah untuk keluarga

Tujuan:

• Terbiasanya perilaku yang berkarakter dalam kehidupan sehari-hari Strategi: • Keteladanan orang tua • Penguatan oleh keluarga • Komunikasi antar anggota keluarga


(44)

b. Pilar sekolah

Tabel 2.2. Pilar Sekolah dalam Pendidikan Karakter

KARAKTER UTAMA INTERVENSI HABITUASI  Jujur, bertanggung -jawab  Cerdas  Sehat dan

bersih  Peduli dan

kreatif

Tujuan

Terbentuknya karakter peserta didik melalui berbagai

kegiatan sekolah Strategi:

Sekolah terhadap siswa • Intra dan kokurikuler secara

terintegrasi pada semua mata pelajaran

• Ekstrakurikuler melalui berbagai kegiatan antara lain: KIR, pramuka, kesenian, olahraga, dokter kecil, PMR

• Budaya sekolah dengan menciptakan suasana sekolah yang mencerminkan karakter Pemerintah terhadap sekolah • Kebijakan • Pedoman • Penguatan • Pelatihan Tujuan

Terbiasanya perilaku yang berkarakter di sekolah

Strategi:

• Keteladanan KS, Pendidik, tenaga kependidikan

• Budaya sekolah yang bersih, sehat, tertib, disiplin, dan indah

• Menggalakkan kembali berbagai tradisi yang membangun

karakter seperti: hari krida, upacara, piket kelas, ibadah bersama, doa (perenungan), hormat orang tua, hormat guru, hormat

bendera,program 5

S, cerita

kepahlawanan Sumber: Timnas Bangter,2010.


(45)

31

c. Pilar masyarakat

Tabel 2. 3. Pilar Masyarakat dalam Pendidikan Karakter

KARAKTER UTAMA INTERVENSI HABITUASI  Jujur, bertanggung -jawab  Cerdas  Sehat dan

bersih  Peduli dan

kreatif

Tujuan:

• Terbangunnya kerangka sistemik perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pendidikan karakter scr nasional

• Terciptanya suasana kondusif dlm masyarakat yang mencerminkan kepekaan kesadaran kemauan dan tanggungjawab untuk membangun karakter utama Strategi:

Dari pemerintah:

• Pengembangan grand design pendidikan karakter

• Pencanangan nasional pendidikan karakter

• Pengembangan perangkat pendukung pendidikan karakter, al: iklan layanan masyarakat, sajian multimedia (poster, siaran tv, siaran radio)

Dalam masyarakat:

• Pengembangan peranan komite sekolah dlm pembangunan karakter melalui MBS

• Perintisan berbagai kegiatan kemasyarakatan, pengabdian kepada masyarakat yg melibatkan peserta didik

• Pelibatan semua

komponen bangsa dalam pendidikan karakter, al: media massa

Tujuan:

• Terciptanya suasana yang kondusif dlm masyarakat yang mencerminkan koherensi pembangunan karakter secara nasional • Tumbuhnya keteladanan dalam masyarakat Strategi:

• Keteladan dan penguatan dalam kehidupan masyarakat


(46)

Pelaksanaan pendidikan karater keterkaiatannya dengan Pilar karakter yang terdiri dari tiga pilar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat terlaksana secara berkesinambungan, hal ini dikarenakan tiap sekolah memiliki tujuan yang sama dalam pembangunan karakter bagi tiap siswa sesuai dengan fungsi dan tujuan dari pendidikan karakter tersebut. Seorang anak pertama kalinya memperoleh pendidikan dalam keluarga. Dengan demikian keluarga dapat dikatakan sebagai peletak dasar bagi pendidikan seorang anak. Artinya keluarga sangat berperan dalam perkembangan kepribadian anak. Namun pada masa sekarang sekolah dibutuhkan karena masyarakat modern dengan kebudayaan dan peradaban yang telah maju menawarkan demikian banyak kepandaian dengan kerumitan dan kompleksitas yang tinggi sehingga tidak mungkin lagi mempelajari kepandaian yang diperlukan hanya sambil lalu dalam praktek. Pelaksanaannya secara nyata adalah mengasah karakter tersebut dalam masyarakat sekitar anak tersebut.

C. Kebencanaan

Indonesia berada di daerah pertemuan tiga lempeng besar, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Akibatnya Indonesia berada di Lingkungan Zona Cincin Api (Ring of Fire), sehingga Indonesia rawan terhadap bencana geologi, seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, tanah longsor, dan amblesan (subsidence). Seiring dengan berkembangnya waktu dan meningkatnya aktivitas manusia, kerusakan


(47)

33

lingkungan hidup cenderung semakin parah dan memicu meningkatnya jumlah kejadian dan intensitas bencana hidrometeorologi (Suhandini, 2012).

Berdasarkan data kejadian dan dampak bencana yang mengacu pada data historis selama dua dekade terakhir, menunjukkan terdapat beberapa ancaman bencana yang dominan di Indonesia, yaitu: (1) gempa bumi, (2) tsunami, (3) tanah longsor/gerakan tanah, (4) letusan gunung api, (5) banjir, dan (6) kekeringan.

Bencana alam dapat dibedakan antara bencana yang tidak dapat diprediksi, seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi. Ada pula bencana yang dapat diprediksi, seperti tanah longsor dan banjir. Sementara itu, bencana sosial biasanya terjadi karena perilaku dan pola hidup yang tidak terkontrol ketika aktivitas masyarakat berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Bencana sosial seringkali terkait adanya ancaman keamanan dan keterjaminan mata pencaharian maupun yang terkait aspek SARA. Bencana ini umumnya melanda masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan atau pada lingkungan yang memiliki tingkat strata sosial sangat rendah. Jenis bencana lainnya adalah bencana non alam, contohnya adalah epidemik dan wabah penyakit (Suhandini,2012).

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai badan yang bertanggungjawab dalam penanggulangan bencana mengidentifikasi jenis ancaman bencana sebagai berikut: (1) gempa bumi, (2) tsunami, (3) letusan gunung api, (4) banjir, (5) tanah longsor/gerakan tanah, (6) kebakaran hutan dan lahan, (7) kekeringan, (8) gelombang ekstrem, (9) cuaca ekstrem (angin putting beliung, topan, dan badai tropis), (10) erosi, (11) abrasi, (12) epidemi


(48)

dan wabah penyakit, (13) kebakaran hutan, (14) kegagalan teknologi dan (15) konflik sosial.

Berdasarkan uraian diatas, adalah sangat wajar bila bahan ajar di sekolah juga berwawasan pendidikan kebencanaan, agar setiap warga Negara Indonesia dipersiapkan sedini mungkin untuk siap menghadapi berbagai ancaman bencana tersebut. Pemahaman yang matang tentang bencana akan dapat meningkatkan kemampuan (capability) dalam menghadapi ancaman (bahaya) kebencanaan, karena aspek kemampuan ancaman adalah kebijakan, kesiap-siagaan dan partisipasi masyarakat. Berikut ini adalah penjelasan tentang kebencanaan secara terperinci.

1. Konsep Kebencanaan

Pengertian-pengertian dalam kebencanaan berdasarkan Undang-undang No.24 Tahun 2007:

a. Bencana

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

b. Penyelenggaraan penanggulangan bencana

Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko


(49)

35

timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.

c. Kegiatan pencegahan bencana

Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana.

d. Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

e. Peringatan dini

Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.

f. Mitigasi

Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

g. Tanggap darurat bencana

Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,


(50)

perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.

h. Ancaman bencana

Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana.

i. Rawan bencana

Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

j. Pemulihan

Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi.

k. Pencegahan bencana

Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana.


(51)

37

l. Korban bencana

Korban bencana adalah orang atau sekelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat bencana.

2. Jenis-jenis Bencana

Bencana ada bermacam-macam menurut sumber atau penyebabnya menurut Undang-undang No. 24 Pasal 1 (2007) bencana diklasifikasikan tiga jenis, yaitu:

a. Bencana alam

Bencana alam yaitu yang bersumber dari fenomena alam seperti gempa bumi, letusan gunung api, meteor, pemanasan global, banjir, topan, dan tsunami.

b. Bencana non alam

Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

c. Bencana sosial

Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat dan teror.


(52)

3. Komponen Kebencanaan

Menurut Suhandini (2012), komponen kebencanaan terdiri atas: a. Ancaman

Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa (berpotensi) menimbulkan bencana. Contoh: lokasi pemukiman di dataran banjir (tepi sungai), ancaman bencana adlah banjir. Lokasi pemukiman di daerah “ring of fire” ancaman bencana berupa gempa bumi, dan bila di tepi pantai ancaman bertambah satu, yaitu tsunami. b. Kapasitas

Kapasitas adalah gabungan semua sumberdaya, cara, kekuatan yang tersedia di masyarakat dan organisasi yang memungkinkan masyarakat memiliki daya tangkal dan daya tahan untuk mengurangi tingkat resiko atau akibat dari bencana.

c. Kerentanan

Suatu kondisi yang melekat pada komunitas atau masyarakat yang mengarah dan menimbulkan konsekuensi (fisik, sosial, ekonomi dan perilaku) pada menurunnya daya tangkal dan daya tahan masyarakat sehingga menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana. Kerentanan ini dapat berpengaruh buruk terhadap upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan bencana.

d. Risiko bencana

Potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu, yang dapat berupa kematian, luka, sakit,


(53)

39

jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.

e. Mitigasi

Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi bencana. Ada 2 (dua) bentuk mitigasi yaitu mitigasi struktural (membuat chekdam, bendungan, tanggul sungai, dan lain-lain). Mitigasi non struktural (peraturan, tata ruang, dan pelatihan) termasuk spiritual.

f. Paradigma mitigasi

Pada prinsipnya mitigasi difokuskan pada pengenalan daerah rawan ancaman bencana dan pola perilaku individu/masyarakat yang rentan terhadap bencana. Tujuan utama memitigasi terhadap ancaman bencana adalah pembuatan struktur bangunan, sedangkan mitigasi terhadap pola perilaku yang rentan melalui relokasi permukiman, peraturan-peraturan bangunan dan penataan ruang. Untuk mencapai maksud tersebut diperlukan: (1) strategi mitigasi merupakan perencanaan yang dibuat dalam menghadapi bencana, (2) pencegahan (prevention) adalah tindakan nyata yang disiapkan sebelum terjadi bencana, (3) kesiapsiagaan (preparedness) serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.


(54)

4. Pandangan Tentang Bencana

Menurut Suhandini (2012), dewasa ini telah terjadi perubahan cara pandang tentang bencana, dari cara pandang konvensional bergeser ke cara pandang holistik. Berikut ini disajikan beberapa cara pandang tentang bencana, yaitu:

a. Pandangan konvensional

Pandangan ini menganggap bencana merupakan TAKDIR. b. Pandangan ilmu pengetahuan alam

Pandangan ini menganggap bencana sebagai unsur lingkungan fisik yang membahayakan kehidupan manusia.

c. Pandangan ilmu terapan

Pandangan ini melihat bencana didasarkan pada besarnya ketahanan atau tingkat kerusakan akibat bencana.

d. Pandangan progresif

Pandangan ini menganggap bencana sebagai bagian yang biasa dan selalu terjadi dalam pembangunan.

e. Pandangan ilmu sosial

Pandangan ini memfokuskan pada bagaimana tanggapan dan kesiapan masyarakat menghadapi bahaya.

f. Pandangan holistik

Pendekatan ini menekankan pada bahaya dan kerentanan, serta kemampuan masyarakat dalam menghadapi bahaya dan risiko.


(55)

41

5. Pentingnya Pendidikan Kebencanaan

Kompetensi pendidikan kebencanaan semestinya dijadikan paradigma dalam dunia pendidikan nasional sebagai suatu alternatif untuk menyiapkan generasi bangsa yang memiliki pondasi kuat akan nilai-nilai pengurangan risiko bencana dalam kiprahnya bagi pembangunan nasional kelak. Dalam skala yang lebih luas, pendidikan kebencanaan menjadi sebuah kewajiban bagi seluruh bangsa, mengingat peristiwa bencana dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan dapat menimpa siapa saja tanpa mengenal usia (Rahayu, 2009).

Pendidikan kebencanaan merupakan suatu usaha pemahaman konsep-konsep yang berkaitan dengan kebencanaan, dalam rangka mengembangkan pengertian dan kesadaran yang diperlukan untuk mengambil sikap dalam melakukan adaptasi kehidupan di daerah yang rawan bencana. Pendidikan kebencanaan dapat diartikan pula sebagai upaya sadar untuk menciptakan suatu masyarakat yang peduli, memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam mengatasi permasalahan kebencanaan, serta untuk menghindari permasalahan kebencanaan yang mungkin akan muncul disaat mendatang (Prosiding Seminar Nasional, 2007)

Oleh karena itu pendidikan kebencanaan ini akan diimplementasikan oleh peneliti melalui bahan ajar yang berupa Lembar kerja Siswa berbasis Karakter dan Kebencanaan dengan mengusung materi pokok lingkungan hidup.


(56)

D. Bahan Ajar

1. Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis (Depdiknas 2008:6).

Untuk memahami maksud bahan ajar, kita dapat menelusuri pandangan dari beberapa ahli tentang pengertian istilah tersebut. Menurut

National Centre for Competency Based Training (2007), bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tak tertulis. Pandangan dari ahli lainnya mengatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar. 2. Pentingnya Pembuatan Bahan Ajar

Prastowo (2011: 22-30) menguraikan fungsi, tujuan, dan kegunaan dari pentingnya pembuatan bahan ajar. Adapun penjelasan dari ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut.

a. Fungsi pembuatan bahan ajar

Ada dua klasifikasi utama fungsi bahan ajar. Berdasarkan pihak-pihak yang menggunakan bahan ajar, fungsi bahan ajar dapat dibedakan


(57)

43

menjadi dua macam, yaitu fungsi bagi pendidik dan fungsi bagi peserta didik.

1) Fungsi bahan ajar bagi pendidik

Adapun fungsi bahan ajar bagi pendidik antara lain: (a) menghemat waktu pendidik dalam mengajar, (b) mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator, (c) meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif, (d) sebagai pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang semestinya diajarkan kepada peserta didik; serta, (e) sebagai alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran

2) Fungsi bahan ajar bagi peserta didik

Adapun fungsi bahan ajar bagi peserta didik antara lain: (a) peserta didik dapat belajar tanpa harus ada pendidik atau teman peserta didik yang lain, (b) peserta didik dapat belajar kapan saja dan dimana saja ia kehendaki, (c) peserta didik dapat belajar sesuai kecepatannya masing-masing, (d) peserta didik dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri, (e) membantu potensi peserta didik untuk menjadi pelajar/mahasiswa yang mandiri dan (f) sebagai pedoman bagi peserta didik yang akan mengarahkan semua aktifitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari atau dikuasainya.


(58)

b. Tujuan pembuatan bahan ajar

Untuk tujuan pembuatan bahan ajar, setidaknya ada empat hal pokok yang melingkupinya, yaitu: (a) membantu peserta didik dalam mempelajari sesuatu, (b) menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar, sehingga mencegah timbulnya rasa bosan pada peserta didik, (c) memudahkan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran dan (d) agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.

c. Kegunaan pembuatan bahan ajar

Adapun manfaat atau kegunaan pembuatan bahan ajar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kegunaan bagi pendidik dan kegunaan bagi peserta didik.

1) Kegunaan bagi pendidik

Setidaknya, ada tiga kegunaan pembuatan bahan ajar bagi pendidik, diantaranya sebagai berikut: (1) pendidik akan memiliki bahan ajar yang dapat membantu dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, (2) bahan ajar dapat diajukan sebagai karya yang dinilai untuk menambah angka kredit pendidik guna keperluan kenaikan pangkat, (3) menambah penghasilan bagi pendidik jika hasil karyanya diterbitkan.

2) Kegunaan bagi peserta didik

Apabila bahan ajar tersedia secara bervariasi, inovatif, dan menarik, maka paling tidak ada tiga kegunaan bahan ajar bagi peserta didik, diantaranya sebagai berikut: (1) kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, (2) peserta didik lebih banya mendapatkan


(59)

45

kesempatan untuk belajar secara mandiri dengan bimbingan pendidik dan (3) peserta didik mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.

3. Macam-macam Bahan Ajar

Dibawah ini adalah macam-macam bahan ajar menurut badan standar nasional pendidikan adalah:

a. Handout

Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik.

b. Buku

Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran dari pengarangnya.

c. Modul

Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. d. Lembar Kerja Siswa

LKS (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.

e. Leaflet

Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit.


(60)

E. Lingkungan Hidup

1. Pengertian Lingkungan Hidup

Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Lingkungan tidak sama dengan habitat. Lingkungan merupakan ruang tiga dimensi, di dalam mana organisme merupakan salah satu bagiannya. Lingkungan bersifat dinamis dalam arti berubah-ubah setiap saat. Perubahan dan perbedaan yang terjadi baik secara mutlak maupun relatif dari faktor-faktor lingkungan terhadap tumbuh-tumbuhan akan berbeda-beda menurut waktu, tempat dan keadaan tumbuhan itu sendiri (Irwan, 1996).

Beberapa pengertian tentang lingkungan hidup adalah sebagai berikut: (a) N.H.T. Siahaan (2004:4) mengartikan bahwa yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah semua benda, daya dan kondisi yang terdapat dalam suatu tempat atau ruang tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat mempengaruhi hidupnya, (b) Otto Soemarwoto (1997:51) mengemukakan bahwa manusia bersama tumbuhan, hewan dan jasad renik menempati suatu ruang tertentu. Kecuali makhluk hidup, dalam ruang itu terdapat juga benda tak hidup, seperti misalnya udara yang terdiri atas bermacam gas, air dalam bentuk uap, cair dan padat, tanah dan batu. Ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak hidup di dalamnya disebut lingkungan hidup, (c) Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009, Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan


(61)

47

perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Eddy (2009:31) menjelaskan beberapa pengertian yang berkaitan dengan lingkungan hidup adalah sebagai berikut:

a. Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

b. Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup.

c. Daya Dukung Lingkungan

Daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk mendukung peri kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. d. Sumber Daya

Sumber daya adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya manusia, sumber daya alam hayati, sumber daya alam non hayati, dan sumber daya buatan.

e. Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan


(62)

manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu, yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. f. Perusakan Lingkungan

Perusakan Lingkungan adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat fisik dan atau hayati lingkungan yang mengakibatkan lingkungan itu kurang atau tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan yang berkesinambungan.

g. Dampak Linkungan

Dampak linkungan adalah perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh suatu kegiatan.

h. Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Pembangunan berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesenambungan untuk meningkatkan mutu hidup.

2. Jenis-jenis Lingkungan Hidup a. Lingkungan Hidup Alami

Lingkungan hidup alami merupakan lingkungan bentukan alam yang terdiri atas berbagai sumber alam dan ekosistem dengan komponen-komponennya, baik fisik, biologis. Lingkungan hidup alami bersifat dinamis karena memiliki tingkat heterogenitas organisme yang sangat tinggi.


(63)

49

b. Lingkungan Hidup Binaan/Buatan

Lingkungan hidup binaan/buatan mencakup lingkungan buatan manusia yang dibangun dengan bantuan atau masukan teknologi, baik teknologi sederhana maupun teknologi modern. Lingkungan hidup binaan/buatan bersifat kurang beraneka ragam karena keberadaannya selalu diselaraskan dengan kebutuhan manusia.

c. Lingkungan Hidup Sosial

Lingkungan hidup sosial terbentuk karena adanya interaksi sosial dalam masyarakat. Lingkungan hidup sosial ini dapat membentuk lingkungan hidup binaan tertentu yang bercirikan perilaku manusia sebagai makhluk sosial. Hubungan antara individu dan masyarakat sangat erat dan saling mempengaruhi serta saling bergantung.

d. Unsur-unsur Lingkungan Hidup

Di dalam lingkungan hidup secara garis besar terdapat tiga komponen penting yaitu: (1) unsur fisik (abiotik), (2) unsur hayati (biotik), (3) unsur budaya.


(1)

(2)

(3)

(4)

Surat-surat Perizinan Penelitian


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PADA MATERI KERUSAKAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN IPS Pengembangan Bahan Ajar Pada Materi Kerusakan Lingkungan Mata Pelajaran IPS SMP Kelas VIII.

0 5 12

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PADA MATERI Pengembangan Bahan Ajar Pada Materi Kerusakan Lingkungan Mata Pelajaran IPS SMP Kelas VIII.

0 5 18

PENDAHULUAN Pengembangan Bahan Ajar Pada Materi Kerusakan Lingkungan Mata Pelajaran IPS SMP Kelas VIII.

0 5 5

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPS GEOGRAFI KELAS VIII DENGANTEMA PERMASALAHAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA Pengembangan Bahan Ajar Ips Geografi Kelas VIII Dengan Tema Permasalahan Lingkungan Hidup Dan Upaya Penanggulangannya.

0 3 10

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPS GEOGRAFI KELAS VIII DENGANTEMA PERMASALAHAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA Pengembangan Bahan Ajar Ips Geografi Kelas VIII Dengan Tema Permasalahan Lingkungan Hidup Dan Upaya Penanggulangannya.

0 5 15

PENDAHULUAN Pengembangan Bahan Ajar Ips Geografi Kelas VIII Dengan Tema Permasalahan Lingkungan Hidup Dan Upaya Penanggulangannya.

0 3 6

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN IPS SMP KELAS VIII Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran IPS SMP Kelas VIII Pada Pokok Bahasan Permasalahan Lingkungan Hidup Dan Upaya Penanggulangannya.

0 2 11

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN IPS SMP KELAS VIII Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran IPS SMP Kelas VIII Pada Pokok Bahasan Permasalahan Lingkungan Hidup Dan Upaya Penanggulangannya.

0 3 18

PENGEMBANGAN MATERI KEBENCANAAN PADA BAHAN AJAR SMP KELAS VII MATA PELAJARAN IPS PADA KONSEP Pengembangan Materi Kebencanaan Pada Bahan Ajar SMP Kelas VII Mata Pelajaran IPSPada Konsep Keruangan Dan Konektifitas.

0 4 10

Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Bahan Ajar pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup di SMP N 3 Kembang Jepara.

0 1 1