82
permasalahan karena selama ini SD Model Kabupaten Sleman memiliki banyak prestasi, meskipun latar belakang siswanya yang berbeda-beda
tetapi sudah banyak prestasi yang dimiliki. Akan tetapi pihak dari orang tua sendiri masih kurang maksimal dalam mendukung anaknya. Mereka
lebih sibuk dengan pekerjaannya, dan justru menyuruh pembantunya untuk datang ke sekolah. seperti yang dinyatakan oleh ibu KM:
“Kalau hambatannya secara yang tampak nyata tidak ada, tetapi ada beberapa siswa yang sering datang terlambat ada dan
kebanyakan korban orang tua yang sibuk. kemudian ada yang berkonsultasi ke sekolah justru pembantunya. Setiap terlambat pasti
jam TPA karena setiap pagi ada TPA, jadi dikhawatirkan mereka kurang mendapat pendalaman agamanya.”WcwKMSenin, 2 Juni
2014
Hambatan-hambatan yang ada dalam implementasi pendidikan multikultural kebhinnekaan tentunya membutuhkan solusi agar
pelaksanaannya juga berjalan dengan lancar.
3. Solusi untuk Menanggulangi Faktor Penghambat dalam Implementasi
Pendidikan Multikultural di SD Model
Kendala-kendala yang
dihadapi sekolah
dalam pelaksanaan
pendidikan multikultural baik dalam proses pembelajaran maupun dari segi fasilitas tersebut membutuhkan solusi atau upaya yang dilakukan agar
kedepannya tidak terjadi hal yang serupa serta dapat berjalan dengan baik dan seimbang, untuk itu solusi yang telah dilakukan sekolah untuk
mengatasi kendala-kendala yang ada. Seperti yang dikatakan ibu Kepala Sekolah :
“Kalau dari segi tenaga pendidik yang belum ada seperti agama hindu kami berusaha untuk selalu mencari dengan memasang
83
lowongan yang disebar dan juga melalui medi internet. Kalau dari segi tempat ibadah atau ruang pembelajaran agama kristen, katolik, Hindu
kami berusaha
tetap menyediakan
ruang kosong
untuk memfasilitasinya.”WcwYSKamis, 5 Juni 2014
Selanjutnya hal yang sama dinyatakan oleh bapak HD : “Menyediakan ruang kosong untuk proses pembelajaran agama
Kristen, Katolik, dan Hindu.”WcwHDSelasa, 11 Juni 2014 Seperti halnya solusi yang dikatakan oleh ibu W:
“Berusaha untuk sebisa mungkin dapat menyisipkan atau mengintegrasikan setiap nilai-nilai atau pemahaman mengenai
pendidikan multikultural
ke dalam
mata pelajaran
yang ada.”WcwWSabtu, 7 Juni 2014
Ibu KM juga mengungkapkan solusi yang diambil, yaitu: “Kami dari sekolah ketika open house diundang ikut
menyampaikan inspirasi tentang SD Model ke masyarakat. Agar masyarakat maupun orang tua lebih memahami kondisi siswanya.
Dalam keterlambatan biasanya kalau sebelum jam 07.15 hanya diperingatkan saja lebih dari itu menulis nama kemudian ditanya
kenapa sering terlambat, kalau sering ditanya mungkin anak akan mengadu pada orang tuanya.”WcwKMSenin, 2 Juni 2014
Berbagai pernyataan mengenai faktor penghambat dan juga solusi yang telah dilakukan pihak sekolah seperti yang dikatakan kepala sekolah
dan pihak guru tersebut peneliti menarik kesimpulan tentang beberapa kendala yang dihadapi selama pelaksanaan pendidikan multikultural di SD
Model Kabupaten Sleman. Guru masih mengeluh ketika ada beberapa mata pelajaran yang dirasa
sulit untuk mengintegrasikan pendidikan multikultural di dalamnya. Guru juga masih kesulitan menyesuaikan setiap siswanya ketika di awal kelas
pertama. Hal tersebut seharusnya menjadikan guru untuk lebih belajar lagi untuk tetap mengintegrasikan ke setiap mata pelajaran yanga ada, meskipun
84
tema pembelajarannya sulit guru seharusnya bisa menyisipkannya dalam metode pembelajarannya atau bahkan ketika berinteraksi ketika di dalam
kelas. Kemudian dari segi fasilitas seperti tempat ibadah mengalami kendala, karena tempat ibadah hanya ada mushola dan masjid yang sedang
dibangun, untuk tempat ibadah agama lain belum ada. Pihak sekolah berusaha memberikan fasilitas sebaik mungkin dengan memberikan ruangan
yang kosong untuk dijadikan tempat pembelajaran agama Kristen, Katolik, dan Hindu.
C. Pembahasan
1. Implementasi Pendidikan Multikultural Kebhinnekaan Di SD Model
Kabupaten Sleman
SD Model Kabupaten Sleman merupakan sekolah yang memiliki nuansa multikultural, dimana siswanya sangat beragam mulai dari suku,
agama, dan budaya. Pendidikan multikultural sangat dibutuhkan di sekolah ini karena dengan adanya pendidikan multikultural dapat membangun sikap
toleransi. Pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang di dalamnya mengajarkan sikap saling menghargai dan menghormati kepada perbedaan
yang ada. Dalam Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 Pasal 4 ayat 1,
Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Dengan adanya pendidikan multikultural diharapkan sekolah dapat menciptakan pendidikan yang
85
demokratis dan tidak saling membedakan antara satu dengan yang lain. Di SD Model sendiri pendidikan multikultural diterapkan pada kurikulum
dengan memasukan nilai-nilai multikultural dalam tema pembelajaran. Warga sekolah perlu memiliki pemahaman tentang pendidikan
multikultural, dimana pendidikan yang sangat penting untuk ditanamkan mengingat kondisi sekolah yang memiliki keberagaman. Pendidikan
multikultural menanamkan nilai-nilai yang membentuk perilaku siswanya. Nilai-nilai dalam pendidikan multikultural juga mengacu pada pancasila
karena mau tidak mau sekolah ini berada di wilayah Indonesia yang memiliki asas kebhinnekaan. Kebhinnekaan sendiri merupakan kondisi
beragam yang di dalamnya tidak menghiraukan perbedaan tersebut, justru yang tercipta adalah sikap saling menghargai. Dalam mewujudkannya
bukan menjadi tanggung jawab dari pihak sekolah saja, akan tetapi juga perlu dukungan dari berbagai pihak. Tidak hanya dari sekolah mereka
mendapatkan tentang pendidikan multikultural ataupun kebhinnekaan, pendidikan dari lingkungan keluarga dan masyarakat juga menjadi pengaruh
penting dalam pembentukan perilaku anak. Sekolah merupakan sarana untuk memberikan pemahaman serta penanaman nilai-nilai multikultural
kemudian bagaimana keluarga dan masyarakat memberikan pemahaman. Mau tidak mau peilaku anak juga dipengaruhi oleh keluarga dan juga
masyarakat yang ada di mana mereka tinggal. Selain pemahaman yang dimiliki interaksi yang dibangun juga sangat
baik, tidak ada sikap saling membedakan antara satu dengan yang lain.