Implementasi Pendidikan Multikultural Kebhinnekaan Di SD Model

64 tidak menghiraukan perbedaan tersebut, justru yang tercipta adalah sikap saling menghargai. Dalam upaya mewujudkan pendidikan multikultural dilakukan penanaman nilai yang bersumber dari Pancasila serta nilai- nilai yang mendukung. Hal tersebut dilakukan untuk memberi batasan pada siswanya terhadap perilaku mereka kepada siswa lainnya yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda juga. Dalam mewujudkannya bukan menjadi tanggung jawab dari pihak sekolah saja, akan tetapi juga perlu dukungan dari berbagai pihak. Tidak hanya dari sekolah mereka mendapatkan tentang pendidikan multikultural atau kebhinnekaan, pendidikan dari lingkungan keluarga dan masyarakat juga menjadi pengaruh penting dalam pembentukan perilaku anak. Sekolah merupakan sarana untuk memberikan pemahaman serta penanaman nilai-nilai kebhinnekaan kemudian bagaimana keluarga dan masyarakat memberikan pemahaman. Mau tidak mau perilaku anak juga dipengaruhi oleh keluarga dan juga masyarakat yang ada di mana mereka tinggal. b. Interaksi Berdasarkan hasil observasi interaksi siswa dengan guru dan kepala sekolah cukup dekat dan tidak membeda-bedakan antara satu dengan yang lain. Siswa memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam berinteraksi dalam menyampaikan pendapatnya. Hal itu juga dibuktikan dengan wawancara kepada ibu KM, beliau menyatakan bahwa: “ Kalau disini sangat lebih bisa berkomunikasi dua arah jadi tidak hanya ke guru tapi mereka bahkan pernah seorang siswa 65 langsung masuk ke ruang kepala sekolah dan langsung minta disediakan sabun diwastafle sekolah. Jadi disini untuk hubungan komunikasi, interaksi itu sangat tinggi. Bahkan juga komunikasi lewat sms ke orang tua.” WcwKMKamis, 5 Juni 2014 Selain itu ketika di dalam kelas guru selalu membantu siswanya ketika dalam kesulitan, bahkan tidak memandang latar belakang anak tersebut. Siapa saja siswanya yang mengalami kesulitan langsung dibantu. Di dalam kelas ada beberapa kelas yang memiliki guru pengampu dua orang, dimana satu guru menjelaskan di depan dan guru yang satunya lagi yaitu guru pembantu membantu siswa yang kurang paham, terlihat ketika ada siswa yang kurang paham guru pembantu mendatangi siswa yang merasa kesulitan tanpa melihat latar belakang siswa tersebut. Hal tersebut menunjukan bahwa interaksi yang terjalin di dalam kelas antara guru dengan siswa tergolong baik. Hal itu juga diperkuat oleh pernyataan ibu YS selaku kepala sekolah SD Model Kabupaten Sleman bahwa: “Sebagian kelas kami ada dua guru. Ada yang didepan menyampaikan materi kemudian ada guru yang melihat anak dari aspek perbedaan.”WcwYSKamis, 5 Juni 2014 Interaksi antara kepala sekolah dan guru juga terjalin akrab dimana setiap berjalan atau bersisipan selalu bertegur sapa dan berjabat tangan. Hal itu dibuktikan dari hasil observasi ketika pagi hari peneliti menunggu kepala sekolah untuk melakukan wawancara. Selanjutnya interaksi antara guru dengan guru juga baik saling bertegur sapa tanpa ada suatu pembedaan antara guru yang satu dengan 66 yang lain. Dari hasil observasi guru selalu membantu guru yang lain ketika mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugasnya. Secara keseluruhan interaksi di SD Model Kabupaten Sleman tergolong komunikatif, karena seluruhnya selalu bersikap tidak membeda-bedakan dari segi agama, suku, bahkan latar belakangnya yang berbeda. Semuanya saling bekerjasama untuk menciptakan kondisi yang kondusif di dalam sekolah. c. Nilai-Nilai yang ditanamkan dalam Pendidikan Multikultural Kebhinnekaan Berdasarkan hasil wawancara nilai-nilai pendidikan multikultural sangat penting untuk ditanamkan kepada warga sekolah. Nilai-nilai yang dikembangkan antara lain tanggung jawab, kedisiplinan, budaya antri, mencintai lingkungan, toleransi, demokrasi, kerjasama, nasionalisme, dan saling menghormati. Sejalan dengan pernyataan ibu Kepala Sekolah bahwa: ”Membekali anak dengan nilai tanggung jawab, kedisiplinan, kemandirian, budaya antri atau tertib itu sudah kami tanamkan, mencintai lingkungan, toleransi apa lagi.”WcwYSKamis, 5 Juni 2014 Sama halnya yang diungkapkan oleh Bapak HD : “Toleransi antar beragama, suku, saling menghormati, religius, demokrasi, kerjasama, nasionalisme itu selalu kami tanamkan di sekolah ini.”WcwHDSelasa, 11 Juni 2014. 67 Nilai-nilai pendidikan multikultural atau kebhinekaan juga bersumber dari pancasila, dimana pancasila sebagi simbol pemersatu bangsa. Sejalan dengan pendapat bapak HD bahwa: “Untuk mewujudkan suatu kebhinnekaan itu sendiri di sekolah ini perlu adanya penanaman nilai, dimana nilai tersebut bersumber dari Pancasila, karena Pancasila merupakan perwujudan bahwa meskipun kita berbeda dan beragam tetapi kita disatukan dengan adanya Pancasila.”WcwHDSelasa, 11 Juni 2014 Sebagai sekolah percontohan di Kabupaten Sleman pendidikan multikultural perlu untuk diberikan kepada warga sekolah terutama siswanya. Apalagi di SD ini banyak sekali keragaman mulai dari agama, suku, dan budaya yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Perlunya penanaman nilai-nilai pendidikan multikultural di SD ini untuk membentuk perilaku siswanya mulai sejak dini. Bapak HD menyatakan bahwa: “Saya rasa sangat perlu sekali nilai-nilai pendidikan multikultural, dengan adanya nilai-nilai dalam setiap siswa maupun warga sekolah berarti akan mencerminkan perilaku serta sikap kami.”WcwHDSelasa, 11 Juni 2014 Selain itu berdasarkan hasil observasi dari aktivitas dan kegiatan memiliki nilai-nilai yang dapat dijabarkan sebagai berikut: 1 Tanggung jawab Di SD Model ditanamkan nilai tanggung jawab melalui kegiatan, kegiatan tersebut berupa menyirami tanaman yang mereka bawa dari rumah. Pada setiap jam istirahat siswa secara bergantian atau sesuai piket menyirami tanaman selama sepuluh menit. Artinya mereka bertanggung jawab atas apa yang mereka bawa dari rumah serta 68 bertanggung jawab sesuai jadwal piket yang telah ditentukan. Siswa bertanggung jawab untuk merawat tanaman yang dibawa dari rumah supaya tanaman tersebut tidak layu. Di dalam kelas juga ditanamkan nilai tanggung jawab melalui materi dalam mata pelajaran PKn, dan di mata pelajaran lainnya seperti memberikan pekerjaan rumah atau tugas kepada siswanya. Hal tersebut akan membantu siswa untuk bertanggung jawab akan tugas yang diberikan oleh guru. 2 Kedisiplinan Nilai kedisiplinan ditanamkan dalam proses pembelajaran dengan materi kedisiplinan di mata pelajaran PKn, dalam proses pembelajaran juga dilaksanakan dengan tepat waktu artinya guru memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai dengan waktu atau jadwal yang telah ditentukan. Selain itu dapat dilihat dalam aktivitas ketika bel masuk siswa langsung bergegas untuk masuk kelas dan mengikuti pembelajaran. Meskipun masih ada yang terlihat terlambat ketika masuk jam sekolah, tetapi di sekolah ini tetap mengupayakan adanya sikap disiplin. Kemudian ketika jam istirahat siswa juga terlihat bergegas menuju ruang makan untuk makan bersama. Hal tersebut sudah menjadi kebiasaan siswa untuk belajar disiplin memanfaatkan waktu sebaik mungkin. 3 Budaya antri Budaya antri di SD Model terlihat dalam aktivitas, setiap pagi guru selalu berdiri di depan pintu masuk untuk berjabat tangan dengan 69 siswanya, ketika berjabat tangan siswa selalu berbaris tertib dan antri tidak berebutan maupun berdesak-desakan. Selain itu ketika siswa masuk ke dalam kelas jam pertama siswa juga berbaris memasuki ruang kelas. 4 Mencintai lingkungan Di SD Model siswa selalu diajarkan untuk merawat lingkungannya, seperti ketika ada siswa yang memetik daun pada tanaman langsung ditegur oleh gurunya untuk tidak merusak. Artinya siswa diajarkan untuk selalu merawat lingkungannya, karena hal tersebut sebagai bentuk kecintaan terhadap lingkungan agar bisa bermanfaat. Selain itu juga ada kegiatan menyirami tanaman selama sepuluh menit pada saat jam istirahat secara bergantian sesuai dengan jadwal piket. Keadaan lingkungan sekolah juga terlihat asri dengan tanaman-tanaman hijau yang terawat. Sehingga siapapun yang berada di sekolah tersebut akan merasa nyaman dan sejuk dengan suasana sekolahnya. 5 Toleransi saling menghormati Nilai toleransi adalah nilai yang paling penting ditanamkan di SD ini, dengan adanya toleransi antara warga sekolah maka akan tercipta suasana yang harmonis didalam keberagaman yang ada di SD ini. Nilai toleransi ditanamkan sebelum pembelajaran dimulai dalam berdo’a, dimana masing-masing agama sedang melakukan do’a sebelum belajar. 70 Senada dengan ibu YD bahwa: “Nilai toleransi paling penting, dengan cara setiap berdo’a sebelum pelajaran selalu memberi kesempatan anak-anak untuk memimpin berdo’a secara bergantian. setiap agama mau yang islam dulu ataupun kristen, hindu pokoknya diberi kesempatan seperti itu disamping selain toleransi juga saling menghargai.”WcwYDSenin, 2 Juni 2014 Selain dalam bentuk kegiatan dan pembiasaan, penanaman nilai- nilai tersebut juga dilakukan saat pembelajaran seperti melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Agama. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak US : “Yang kita tekankan dalam bhineka tunggal ika dalam PKn dan Agama bahwa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku sehingga kita tekankan seperti saling menghargai, toleransi.”WcwUSSelasa, 3 Juni 2014 Selain nilai-nilai di atas ada nilai-nilai multikultural juga bersumber dari Pancasila, dan ini merupakan nilai pokok yang perlu ditanamkan pada warga sekolah, berdasarkan hasil observasi nilai-nilai yang ditanamkan seperti: 1 Nilai Religius Nilai religius yang ada di SD ini yaitu dilakukan dengan kegiatan TPA setiap pagi hari sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, sekolah memfasilitasi guru di masing-masing agama untuk membimbing siswanya. Dalam agama islam satu guru ditugaskan untuk mengampu 10 siswa dan pembelajaran dilakukan di Mushola, kemudian agama katolik, kristen, dan hindu masing-masing satu guru saja dan disedikannya tempat atau ruang yang kosong. 71 Seperti yang diungkapkan oleh ibu NR bahwa: “Penanaman nilai-nilai tadi ditanamkan di dalam kelas saat pembelajaran sesuai dengan tema, kalau di luar kelas TPA dimana kegiatan tersebut dilakukan rutin setiap pagi hari sebelum pelajaran dimulai.”WcwNRSenin, 2 Juni 2014 2 Nilai Kemanusiaan Nilai kemanusiaan di SD Model ditanamkan dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Dibuktikan dengan hasil observasi bahwa antar warga sekolah dapat berdampingan dengan menghargai perbedaan yang ada sehingga tercipta kerukunan. Selain itu juga dalam pembelajaran PKn diajarkan untuk selalu menghargai hak setiap orang. 3 Nilai Persatuan Nilai persatuan timbul dengan sendirinya, karena dengan kondisi yang beragam warga sekolah berusaha untuk menjadi satu atau merasa memiliki keluarga yang berbeda-beda dan tidak menjadi masalah. Justru dengan adanya perbedaan ataupun keberagaman menjadi kekuatan tersendiri dalam mencapai tujuan pendidikan. Seperti yang diungkapkan bapak G: “Dengan keberagaman kita bisa menimbulkan rasa kebersamaan dan persatuan serta tidak menimbulkan perbedaan untuk bersama mencapai tujuan.”WcwGSabtu, 7 Juni 2014 Selanjutnya nilai persatuan yang ditanamkan di sekolah ini yaitu kegiatan rutin seperti Upacara, dimana dilakukan setiap hari senin dan juga pada hari-hari tertentu. Berdasarkan hasil observasi SD Model 72 melakukan upacara setiap hari senin di halaman sekolah. Dengan dilakukannya upacara di SD ini berarti telah menanamkan jiwa persatuan, nasionalisme kepada siswanya. 4 Nilai demokrasi Nilai demokrasi ditanamkan di dalam kelas, hal itu dilakukan ketika awal memasuki kelas seperti pemilihan ketua kelas, ketua kelas dipilih dengan cara bermusyawarah. Dengan begitu siswa terlatih untuk selalu mengambil keputusan secara bersama melalui menerima pendapat atau masukan dari orang lain. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu YD : “Demokrasi dilatih dari awal, diajari untuk musyawarah atau mufakat contohnya seperti pemilihan ketua kelas.”WcwYDSenin, 2 Juni 2014 Selanjutnya ketika dalam pembelajaran di kelas siswa selalu diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat, bertanya serta menjawab pertanyaan dengan mengacungkan jari. 5 Nilai Keadilan Nilai keadilan juga ditanamkan kepada siswanya. Saat pembelajaran guru berlaku adil dengan siswanya, tidak membedakan antara yang satu dengan yang lain tidak ada yang diperlakukan dengan istimewa. Begitupun dengan siswanya, siswa yang satu dengan yang lain tidak terlihat bergerombolan semuanya membaur tidak memilih teman. Di dalam kelas guru menekankan kepada siswa untuk berlaku adil kepada siapapun. 73 Seperti yang diungkapkan Ibu W: “Menekankan ke anak bahwa kita sama, kita saudara jadi jangan pernah membeda-bedakan, apalagi tidak mau berteman dengan yang berbeda.”WcwWSabtu, 7 Juni 2014 Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa SD Model sudah menanamkan nilai-nilai multikultural yang meliputi tanggung jawab, disiplin, mencintai lingkungan, budaya antri serta toleransi, selain itu juga nilai-nilai yang bersumber dari pancasila diantaranya nilai religius, nasionalisme, demokrasi, persatuan dan keadilan. Selain melakukan kegiatan atau aktivitas yang menanamkan nilai-nilai tersebut juga ditanamkan melalui pembelajaran PKn dan Agama ketika di dalam kelas. d. Strategi Pelaksanaan Pendidikan Multikultural Kebhinnekaan Pendidikan multikultural merupakan usaha untuk menciptakan pendidikan yang tidak diskriminatif. Pendidikan ini ditanamkan sejak sedini mungkin kepada siswanya mulai dari TK hingga tingkat perguruan Tinggi, meskipun masih ada sekolah yang belum menerapkannya secara langsung. Terkait dengan pelaksanaan pendidikan multikultural di SD Model Kabupaten Sleman proses pendidikan sendiri tidak hanya mentransfer nilai-nilai yang ada dalam pendidikan multikultural, akan tetapi juga termasuk dalam kegiatan-kegiatan yang mampu membatasi nilai-nilai baru yang belum ada di dalam masyarakat. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat berbagai kegiatan mentransfer ilmu dan juga nilai dari pendidik kepada peserta didik. Bukan berarti hanya tanggung jawab dari pendidik saja, akan tetapi juga 74 pihak-pihak sekolah lainnya yang memiliki kesungguhan serta komitmen. Di SD Model Kabupaten Sleman sangat memperhatikan nilai- nilai pendidikan multikultural, sebagai sekolah percontohan dimana sekolah ini memiliki siswa yang beragam dan juga sering dijadikan kunjungan dari universitas di luar negeri, sekolah ini memberikan penanaman nilai pendidikan multikultural guna membentengi siswanya dari pengaruh luar. Dilihat dari visi sekolah ini yang memiliki wawasan global, maka sangat penting ditanamkannya nilai-nilai pendidikan multikultural. Siswa harus memiliki pegangan yang kuat agar tidak terlarut dalam arus globalisasi yang memiliki sifat negatif. Ibu kepala sekolah mengatakan bahwa perlunya diberikan nilai-nilai pendidikan multikultural kepada siswa dalam rangka menjadikan siswa lebih baik lagi dalam bersikap dan juga berperilaku terhadap orang lain yang berbeda latar belakang. Apalagi sekolah ini sering mendapat kunjungan dari luar negeri. Dimana sekolah ini juga harus bisa menggunakan bahasa Inggris untuk bisa berkomunikasi dan memperkenalkan tentang sekolahnya, tidak dipungkiri bahwa siswa di SD model banyak yang fasih menggunakan bahasa Inggris akan tetapi mereka juga tetap menjunjung tinggi bahasa Indonesia dan juga bahasa Ibu. Dengan mereka bisa untuk berbahasa Inggris maka mereka dapat memperkenalkan budayanya kepada orang asing dan juga bisa menarik orang asing untuk tertarik belajar tentang bahasa dan kebudayaan yang kita miliki. 75 Implementasi pendidikan multikultural atau kebhinnekaan di sekolah ini dilakukan dengan cara pembiasaan dalam kegiatan pembelajaran dan kegiatan sekolah. Berdasarkan studi dokumen pengembangan pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Pengembangan pembiasaan meliputi perkembangan moral, nilai-nilai agama, serta pengembangan sosial, emosional, dan juga kemandirian. Dari aspek perkembangan moral dan nilai-nilai agama diharapkan akan meningkatkan ketaqwaan anak terhadap Tuhan dan membina sikap anak dalam rangka meletakkan dasar agar anak menjadi warga negara yang baik. Aspek perkembangan sosial dan kemandirian dimaksudkan untuk membina anak agar dapat mengendalikan emosinya secara wajar dan dapat berinteraksi dengan sesamanya serta dapat menolong dirinya, kaitannya dengan pendidikan multikultural adalah dari pembiasaan tersebut diharapkan mampu menjalin hubungan yang harmonis ditengah keberagaman baik beda agama, suku dan budaya yang ada di sekolah. Pembiasaan yang dilakukan di SD Model dibagi menjadi dua, yaitu 1 Pembiasaan Rutin Pembiasaan rutin yaitu pembiasaan yang bersifat insidental. Pembiasaan rutin yang dilakukan yaitu seperti upacara bendera setiap hari senin dan juga hari-hari tertentu. Selain itu juga berdo’a sebelum dan sesudah kegiatan. 76 Hal tersebut diperkuat oleh ibu YD bahwa: “Selain dalam pembelajaran juga kegiatan diluar seperti upacara, kegiatan keagamaan itu pasti ada nilai-nilai yang diberikan kepada siswa itu sendiri.” WcwYDSenin, 2 Juni 2014 2 Pembiasaan terprogram Pembiasaan terprogram biasanya bersifat mendadak. Pembiasaan terprogram yang dilakukan antara lain peringatan hari besar keagamaan pada masing-masing agama. Di SD model selalu melakukan peringatan hari besar setiap agama, hal itu dilakukan untuk menghargai setiap agama yang dianut oleh warga sekolah. seperti yang dikatakan oleh ibu Kepala Sekolah bahwa : “Ada hari besar agama yang dirayakan kemudian juga tidak berhenti disitu akan tetapi realisasinya seperti apa. Kemudian juga harus mendorong anak untuk mempunyai konsep diri yang jelas.”WcwYSKamis, 5 Juni 2014 Selain itu sebagai contohnya seperti kegiatan outing setiap akhir tema pembelajaran, dimana kegiatan tersebut secara tidak langsung mengajarkan anak untuk bekerjasama dan juga tanggung jawab, kemudian juga pembiasaan dalam mencintai lingkungan seperti menyiram tanaman serta kegiatan TPA yang ditujukan untuk semua agama. Selain itu penerapan pendidikan multikultural juga diintegrasikan ke dalam mata pelajaran dengan memberikan nilai- nilai, seperti yang di ungkapkan oleh ibu Kepala Sekolah bahwa: “Melalui pembiasaan di sekolah yang disiplin, mandiri dan juga ada outing serta ketika anak membawa apa dari rumah itu juga harus dipertanggungjawabkan oleh masing-masing anak. Nilai agama dengan adanya TPA kemudian mencintai 77 lingkungan dengan cara membawa tanaman dari rumah kemudian dirawat seperti 10 menit untuk menyirami tanaman ketika pagi hari dengan jadwal berbeda.”WcwYSKamis, 5 Juni 2014 Hal tersebut juga diperkuat oleh pernyataan ibu NR sebagai berikut: “Tergantung dengan materi atau tema pembelajaran, jadi multikultural diintegrasikan dengan mata pelajaran yang bisa disisipi nilai-nilai tersebut seperti PKn, agama, IPS, dan seni budaya juga bisa.”WcwNRSenin, 2 Juni 2014 Berdasarkan beberapa pendapat dari narasumber diatas jelas bahwa sekolah ini sudah menerapkan pendidikan multikultural dengan metode pembiasaan dan juga mengintegrasikan ke dalam kegiatan sekolah dan juga pembelajaran di kelas. Selain itu sekolah juga melakukan pembiasaan bersalaman ketika pagi hari dengan guru, kemudian juga berdo’a yang di suarakan keras dengan cara bergantian setiap agama di awal sebelum pembelajaran dimulai. Selain pembiasaan pendidikan multikultural juga diintegrasikan dalam kegiatan rutin sekolah seperti dalam upacara bendera yang dilakukan setiap hari senin dan ketika hari-hari tertentu. Kemudian juga pemberian pujian kepada siswa ketika siswanya melakukan tindakan yang positif serta guru berani menegur siswanya secara langsung ketika siswanya melakukan tindakan yang tidak terpuji. Selanjutnya dalam keteladanan guru dalam memberikan contoh kepada peserta didiknya. Guru harus bisa memberikan contoh yang baik kepada siswanya, karena guru itu dijadikan panutan di sekolah 78 seperti dalam memperlakukan siswanya dengan sama rata tanpa membeda-bedakan antara yang satu dengan yang lain baik dari segi kepintaran, agama, suku, serta budayanya. Sekolah mendukung pendidikan multikultural dengan wujud penyediaan sarana-prasarana atau fasilitas yang diberikan seperti mencarikan tenaga pendidik dari masing-masing agama, selanjutnya juga adanya kegiatan ekstrakurikuler yang disediakan sekolah sesuai minat anak. Berdasarkan dari wawancara dengan kepala sekolah diperoleh data bahwa cara yang dilakukan guru untuk menanamkan nilai-nilai multikultural atau kebhinnekaan tersebut dengan memasukkan ke dalam mata pelajaran. Pengintegrasian dalam mata pelajaran yaitu dilakukan di setiap pokok bahasan atau tema dalam pembelajaran dimana nilai-nilai tersebut tercantum dalam RPP ataupun silabus. Seperti penanaman nilai kerjasama, saling menghargai. Hal tersebut senada dengan pernyataan ibu W bahwa: “Strateginya kita masukkan dalam pelajaran itu misalnya kita memberi contoh, kemudian anak bercerita kita menanggapi cerita anak, itu nanti nilai-nilai multikultural bisa masuk ke pada anak.”WcwWSabtu, 7 Juni 2014 Tidak hanya dari segi nilai-nilai saja akan tetapi juga pemahaman siswa terhadap multikultural meskipun tidak secara langsung, seperti yang diungkapkan oleh bapak G: “Dalam setiap pembelajaran di kelas pasti diberikan pemahaman tersebut tema tertentu. Kemudian juga ketika awal masuk sekolah itu juga pengenalan kegiatan-kegiatan yang ada 79 di sekolah ini. Dimana kegiatan di sini juga beraneka ragam sesuai dengan minat siswanya.”WcwGSabtu, 7 Juni 2014 Berbagai upaya dilakukan SD Model Kabupaten Sleman untuk mewujudkan perbedaan yang ada dapat hidup berdampingan memperoleh pendidikan tanpa ada suatu konflik yang terjadi atau ada pembatas antara satu dengan yang lain.

2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Implementasi Pendidikan

Multikultural Kebhinnekaan di SD Model Kabupaten Sleman a. Faktor Pendukung Implementasi Pendidikan Multikultural Di SD Model Kabupaten Sleman Pendidikan mulikultural merupakan suatu strategi dalam melaksanakan pembelajaran yang ada di SD Model Kabupaten Sleman, dikarenakan kondisi yang beraneka ragam di SD ini mulai dari suku, agama, serta budayanya. Dalam pelaksanaan pendidikan multikultural sekolah selalu memfasilitasi apa yang dibutuhkan oleh siswanya baik dari tenaga pendidik, serta sarana-prasarana dan kegiatan. Dalam pelaksanaan pendidikan multikultural di SD Model Kabupaten Sleman pasti ada faktor pendukung yang mendukung berjalannya kegiatan-kegiatan yang ada. Faktor pendukung tersebut seperti yang dikatakan oleh Ibu YD bahwa: “Dengan adanya bimbingan dan memfasilitasi dengan adanya kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan minat bakat anak.”WcwYDSenin, 2 Juni 2014 80 Sama halnya yang dinyatakan oleh bapak US bahwa: “Sangat mendukung sekali apalagi keragaman disini banyak sekali. Jadi sekolah harus lebih memfasilitasi lagi baik sarana prasarana yang masih kurang dan lain sebagainya.”WcwUSSelasa, 3 Juni 2014 Selanjutnya juga dikemukakan oleh Ibu NR bahwa: “Kita fasilitasi kegiatan-kegiatan yang ada dalam sekolah, seperti menyediakan sarana prasarana dan juga waktunya ditentukan untuk menjalankan kegiatan tersebut.”WcwNRSenin 2 Juni 2014 Dari hasil wawancara di atas, maka peneliti simpulkan bahwa dari pihak sekolah sendiri memberikan dukungannya terhadap pendidikan multikultural dengan cara memfasilitasi atau memberikan sarana prasarana yang dibutuhkan dalam menunjang pendidikan multikultural itu sendiri. Selain itu juga dengan menyediakan kegiatan-kegiatan yang disesuaikan dengan minat bakat siswanya, agar tidak terjadi diskriminasi antara siswa yang satu dengan yang lain. Kemudian juga disertai dengan bimbingan kepada masing-masing siswanya. Pendidikan multikultural merupakan suatu pendekatan yang dibuat oleh SD Model Kabupaten Sleman sebagai upaya untuk mempersatukan siswanya yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Hal tersebut dilaksanakan untuk selalu bersikap tidak saling membeda-bedakan, selain itu juga untuk melancarkan pengembangan bakat dan minat siswanya sesuai dengan kemauan siswa sendiri tanpa ada paksaan dari pihak manapun. 81 b. Faktor Penghambat Implementasi Pendidikan Multikultural di SD Model Kabupaten Sleman Pelaksanaan pendidikan multikultural di SD Model Kabupaten Sleman selain didukung oleh berbagai faktor juga memiliki faktor yang menghambat pelaksanaannya, seperti yang dinyatakan oleh ibu Kepala Sekolah, yaitu: “Hambatannya mungkin dulu susah mencari guru agama Hindu. Kemudian juga mungkin tempat ibadahnya disini juga hanya mushola, tetapi masjidnya masih dalam tahap pembangunan itu untuk muslim, kalau yang lainnya belum ada.”WcwYSKamis, 5 Juni 2014 Begitu juga pernyataan dari bapak HD: “Mungkin guru agama hindu dulu sulit untuk dicari, kemudian tempat ibadah masjid baru dibangun, kalau agama lain tidak ada tempat ibadahnya.”WcwHDSelasa, 11 Juni 2014 Selain hal itu juga ada hambatan lainnya seperti yang dinyatakan oleh ibu YD: “Sebenarnya hambatannya diawal-awal itu tadi, anak-anak masih ada sedikit yang kadang salah paham terus bertengkar, masih menyesuaikan anak-anak yang satu dengan yang lain, memahami karakter mereka.”WcwYDSenin, 2 Juni 2014 Selanjutnya menurut ibu W bahwa: “Kalau hambatannya mungkin lebih kepada tidak semua mata pelajaran bisa disisipi kalau PKn saja mudah tapi kalau matematika itu susah karena mereka lebih serius dengan angka dan rumus, jadi susah untuk mencari celahnya.”WcwWSabtu, 7 Juni 2014 Dari berbagai pernyataan diatas, faktor penghambat dalam implementasi pendidikan multikultural terjadi dalam proses akademik dan juga dari segi fasilitas. Dalam hal kegiatan pembelajaran tidak ada 82 permasalahan karena selama ini SD Model Kabupaten Sleman memiliki banyak prestasi, meskipun latar belakang siswanya yang berbeda-beda tetapi sudah banyak prestasi yang dimiliki. Akan tetapi pihak dari orang tua sendiri masih kurang maksimal dalam mendukung anaknya. Mereka lebih sibuk dengan pekerjaannya, dan justru menyuruh pembantunya untuk datang ke sekolah. seperti yang dinyatakan oleh ibu KM: “Kalau hambatannya secara yang tampak nyata tidak ada, tetapi ada beberapa siswa yang sering datang terlambat ada dan kebanyakan korban orang tua yang sibuk. kemudian ada yang berkonsultasi ke sekolah justru pembantunya. Setiap terlambat pasti jam TPA karena setiap pagi ada TPA, jadi dikhawatirkan mereka kurang mendapat pendalaman agamanya.”WcwKMSenin, 2 Juni 2014 Hambatan-hambatan yang ada dalam implementasi pendidikan multikultural kebhinnekaan tentunya membutuhkan solusi agar pelaksanaannya juga berjalan dengan lancar.

3. Solusi untuk Menanggulangi Faktor Penghambat dalam Implementasi

Pendidikan Multikultural di SD Model Kendala-kendala yang dihadapi sekolah dalam pelaksanaan pendidikan multikultural baik dalam proses pembelajaran maupun dari segi fasilitas tersebut membutuhkan solusi atau upaya yang dilakukan agar kedepannya tidak terjadi hal yang serupa serta dapat berjalan dengan baik dan seimbang, untuk itu solusi yang telah dilakukan sekolah untuk mengatasi kendala-kendala yang ada. Seperti yang dikatakan ibu Kepala Sekolah : “Kalau dari segi tenaga pendidik yang belum ada seperti agama hindu kami berusaha untuk selalu mencari dengan memasang