Hakikat Implementasi Kebijakan Pendidikan

16 budaya, bahasa, serta ideologi kepartaian dari masing-masing personil pelaksana. c. Faktor yang terletak pada sistem organisasi pelaksana yang menyangkut jaringan sistem, hierarki kewenangan masing-masing peran, model distribusi pekerjaan, gaya kepemimpinan dari pemimpin organisasinya, aturan main organisasi, terget masing-masing tahap yang ditetapkan, model monitoring yang dipakai, serta evaluasi yang dipilih. Sedangkan Sabatier dan Mazmania Sudiyono, 2007: 90-100 mengemukakan adanya kondisi yang dapat mendukung agar implementasi dapat dilaksanakan dengan optimal, diantaranya: a. Program harus mendasarkan diri pada sebuah kajian teori yang terkait dengan perubahan perilaku kelompok sasaran guna mencapai hasil yang telah ditetapkan. Kebanyakan pengambilan atau perumusan kebijakan didasarkan pada teori sebab akibat. Teori ini terdiri dua bagian. Bagian pertama adanya keterkaitan antara pencapaian dengan tolok ukur atau hasil yang diharapkan. Bagian kedua khusus mengenai cara pelaksanaan kebijakan yang didapat dilakukan oleh kelompok sasaran. b. Undang-undang tidak boleh ambigu atau bermakna ganda. Dalam hal ini pemerintah harus mengkaji ulang produk-produk hukum. Sasaran kebijakan harus memiliki derajat ketepatan dan kejelasan, dimana keduanya berlaku secara internal maupun dalam keseluruhan program yang dilaksanakan oleh pihak pelaksana. 17 c. Para pelaku kebijakan harus memiliki kemampuan manajerial, politis dan berkomitmen terhadap tujuan yang akan dicapai. Para pemimpin dan perumus kebijakan dapat mengambil langkah baik pada ranah merencanakan sebuah peraturan guna meningkatkan isi dan keterdukungan pemimpin terhadap pencapaian undang-undang. d. Program harus didukung oleh para pemangku kepentingan perumus undang-undang. e. Prioritas umum dari sasaran perundang-undangan tidak signifikan direduksi oleh waktu dengan adanya kebijakan yang sangat darurat pada publik, atau perubahan keadaan sosial ekonomi yang sesuai dan didasarkan pada teori perundang-undangan secara teknis ataupun memperoleh dukungan politik.

B. Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Dalam Garis Besar Haluan Negara GBHN pada tahun 1973, dikemukakan bahwa pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia yang dilaksanakan didalam maupun diluar sekolah, dan berlangsung seumur hidup. Dalam buku Choirul Mahfud 2006: 33 Ki Hadjar Dewantara mengemukakan bahwa pendidikan pada umumnya adalah suatu daya upaya 18 dengan tujuan memajukan pertumbuhan budi pekerti pikiran, dan tubuh anak. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran atau suasana pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat luas. Mortimer J. Adler menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses yang hendak mengembangkan kemampuan manusia bakat, dan kemampuan yang diperoleh. Kemampuan bakat merupakan faktor dasar, sedangkan kemampuan yang diperoleh merupakan faktor ajar sebagai konsekuensi dari interaksi individu dengan lingkungannya Choirul Mahfud, 2006: 33. Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan hal penting yang harus dilaksanakan untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas dan kritis terhadap apa yang terjadi disekitarnya. Selain itu juga merupakan suatu pembentukan karakter dan kepribadian yang baik dan memiliki kemampuan yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan orang lain.

2. Fungsi Pendidikan

Menurut kamus wikipedia fungsi dan tujuan pendidikan menurut para ahli yaitu fungsi pendidikan menurut Horton dan Hunt dan tujuan menurut David Pepenoe http:id.wikipedia.orgwikiPendidikan. Fungsi pendidikan