Deskripsi Kondisi Akhir Kemampuan Menulis Dongeng Kelompok

penyelesaian, sehingga cerita menjadi tidak terlalu monoton. Pemilihan kosakata yang digunakan oleh peserta didik dikatakan lebih baik daripada pada saat pretes, peserta didik tidak terlalu banyak mengulang kata-kata yang sama pada beberapa kalimatnya. Pengguna an bahasa dalam kalimat “Lalu, ia menangis tidak tahu arah dan ia duduk di bawah pohon sambil menangis.” Penulis ingin membawa pembaca ikut terbawa dalam suasana sedih si Arka. Penulis menceritakan beberapa bagian dalam tulisannya dengan lebih mendetail. Dari segi mekanik penulisan kosakata, ejaan, serta penulisan tanda baca sudah lebih baik. KK_34_A Perbedaan hasil tulisan peserta didik kelompok kontrol seperti pada contoh di atas. Pengembangan cerita sudah lebih baik daripada saat pretes. Tetapi, pada akhir cerita peserta didik tidak menggambarkan dengan baik bagaimana pertemuan antara Beruang dan Ayahnya. Peserta didik hanya menggambarkan jika Beruang dan hewan yang lain bertemu dengan burung Robin yang mengetahui dimana Ayah Beruang kemudian mereka melanjutkan mencari madu. Latar, alur, tokoh, dan kronologi cerita belum ditampilkan peserta didik dengan baik. Pada beberapa bagian, peserta didik tidak menggambarkan latar dimana tokoh sedang berada, sehingga pembaca kurang merasakan suasana yang diceritakan dalam dongeng. Dari segi mekanik, kesalahan penulisan hanya terjadi pada beberapa bagian. Tetapi, peserta didik kurang memperhatikan tata cara penulisan sehingga mulai dari awal sampai akhir cerita hanya ada satu paragraf. KK_12_A Pada contoh ketiga di atas, mirip dengan hasil postes kelompok kontrol yang sebelumnya. Pengembangan cerita sudah lebih baik. Tetapi, masih terkesan terburu-buru. Pada beberapa bagian tidak diceritakan dengan detail. Peserta didik hanya menceritakan intinya saja sehingga pembaca menjadi tidak terbawa dalam suasana yang ingin digambarkan oleh peserta didik. Akhir cerita terkesan menggantung dan tidak tuntas. Dari segi penulisan, peserta didik sudah menampilkan hasil yang lebih baik. Tidak terlalu banyak mengulang kata “dan” dan “lalu”. Penulisan tanda baca dan ejaan juga sudah lebih baik dibandingkan pada saat pretes. KE_40_B Pada contoh dongeng yang terakhir postes kelompok eksperimen di atas. Dapat dilihat jika hasil tulisan peserta didik lebih baik daripada contoh sebelumnya. Dari segi pengembangan cerita peserta didik menceritakannya dengan lebih detail. Alur, latar, tokoh, dan kronologi cerita digambarkan dengan baik. Walaupun tidak terlalu banyak menampilkan tokoh seperti dongeng yang sebelumnya, tetapi peserta didik dapat menjelaskan bagaimana tokoh itu berperan. Sehingga penggambaran tokoh bisa lebih difokuskan. Sedangkan, dari segi penulisan masih ada beberapa bagian seperti “dan terus menangis. dan seekor kucing pun mendengar tangisannya.” Seharusnya dap at diganti dengan “Bobi terus saja menangis hingga seekor kucing pun mendengar tangisannya.”

4. Keefektifan Penggunaan Media Buku Bergambar Tanpa Kata

terhadap Kemampuan Menulis Dongeng Keefektifan penggunaan media buku bergambar tanpa kata dalam pembelajaran menulis dongeng diketahui dengan analisis uji-t kenaikan nilai. Hasil analisis uji-t data pretes dan postes kemampuan menulis dongeng kelompok eksperimen diperoleh nilai sebesar -10,550 dengan df = 41, dan nilai p sebesar 0,000. Nilai p tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 5. Nilai tersebut menunjukkan bahwa media buku bergambar tanpa kata ternyata efektif digunakan dalam pembelajaran menulis dongeng pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Jogonalan. Hal ini relevan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurjani 2013 yang menyebutkan bahwa nilai postes kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan mengalami peningkatan yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol yang tidak mendapat perlakuan dengan strategi Story Writing Map berbantuan media Wordless Picture Books. Selain itu, hasil Uji-t data pretes postes kelompok eksperimen diperoleh nilai p kurang dari taraf signifikansi 5 yang menunjukkan bahwa strategi Story Writing Map berbantuan media Wordless Picture Books efektif digunakan dalam pembelajaran menulis dongeng. Keefektifan penggunaan media buku bergambar tanpa kata juga dapat dilihat dalam proses pembelajaran. Pembelajaran kelompok eksperimen lebih efektif dibandingkan pembelajaran pada kelompok kontrol. Hal ini ditunjukkan dari aktivitas peserta didik pada saat mengikuti proses pembelajaran. Peserta didik kelompok eksperimen mempunyai ketertarikan dan antusiasme yang tinggi dalam proses pembelajaran, hal ini tentu saja mempengaruhi minat peserta didik dalam proses menulis, sehingga hasil tulisan peserta didik menjadi lebih baik. Melihat adanya kebermanfaatan dan keefektifan dari media buku bergambar tanpa kata, dapat disimpulkan bahwa media buku bergambar tanpa kata ini dapat digunakan sebagai bagian dari salah satu inovasi pembelajaran guna meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas guru maupun peserta didik. Meski demikian, media pembelajaran ini juga tidak lepas dari beberapa kelemahan atau kekurangan yang menyertainya.

C. Keterbatasan Penelitian

Proses penelitian secara umum berjalan dengan baik. Meskipun demikian, selama proses penelitian berlangsung terdapat beberapa hal keterbatasan. Berikut merupakan keterbatasan-keterbatasan selama proses penelitian. 1. Waktu dan tempat penelitian. Keterbatasan waktu yang diberikan untuk penelitian menyebabkan perlakuan hanya dapat dilakukan sebanyak tiga kali saja. 2. Peserta didik merasa jenuh karena proses pembelajaran yang berlangsung selalu berkaitan dengan menulis dongeng.