Deskripsi Kondisi Awal Keterampilan Menulis Dongeng Kelompok
Pada contoh di atas dari segi pengembangan isi, cerita dongeng tersebut kurang membuat pembaca merasa dibawa ke dalam suasana yang
digambarkan oleh peserta didik. Peserta didik terkesan terburu-buru ketika mengembangkan cerita. Terutama pada paragraf kedua sampai kelima.
Kepaduan antarparagraf juga kurang diperhatikan oleh peserta didik. Penggambaran latar, alur, tokoh, dan kronogoli cerita pun kurang jelas. Hal ini
menyebabkan perpindahan cerita dari masa ke masa yang diceritakan menjadi kurang runtut. Seandainya, penulis memaparkan ceritanya dengan lebih
mendetail, cerita yang disampaikan akan lebih kreatif. Penggunaan kosakata serta penggunaan bahasa juga dinilai kurang
baik. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan kata “tapi” yang seharusnya dapat diganti dengan kata “tetapi”, “langsung tanam” akan lebih efektif jika diganti
dengan “langsung menanamnya”. Pemilihan kosakata lain yang masih kurang baik juga terlihat pada, “biji
2
an” yang seharusnya dapat diganti dengan “biji- bijian”. Penggunaan kalimat yang kurang tepat juga terdapat pada contoh
kalimat “lalu mereka petik buah yang paling besar dan mereka belah ternyata ada seorang gadis bayi yang cantik dan mereka sangat merasa senang lalu
mereka bawa pulang dan dirawat.” Kalimat tersebut dapat lebih efektif apabila diubah menjadi “Kemudian mereka memetik buah yang paling besar dan
membelahnya, tidak disangka ada seorang bayi cantik di dalam melon tersebut. Kedua petani itu membawanya pulang dan merawatnya. Mereka
sangat bahagia. ”
Dalam menulis, seorang penulis diharuskan mengetahui dan menguasai aturan penulisan seperti ejaan, tanda baca, serta kerapian dari
tulisan. Pada contoh di atas masih banyak bagian yang kurang memperhatian kerapian tulisan, tanda baca, ejaan, serta aturan penu
lisan. “Tetapi” menjadi “tapi”, “Yang Maha Kuasa” menjadi “yang maha kuasa”, “biji-bijian” menjadi
“biji
2
an”. Penggunaan tanda baca koma , dan titik . seperti pada contoh kalimat “Pada zaman dahulu hiduplah sepasang suami istri yang tinggal
dipinggir h utan mereka bedua adalah seorang petani.” seharusnya “Pada
zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri yang tinggal di pinggir hutan. Mereka berdua adalah petani.” Contoh lain penggunaan kalimat yang kurang
efektif juga terdapat pada pemakaian konjungsi “dan” dan “lalu” yang digunakan secara berurutan pada beberapa kalimat.
KE_13_B
Pada contoh kedua di atas, dilihat dari segi pengembangan isi masih cenderung sama dengan contoh sebelumnya. Peserta didik belum bisa
menjelaskan dengan baik maksud dari tulisan mereka. Latar, alur, tokoh, dan kronologi cerita yang disajikan masih kurang jelas. Penggunaan kosakata serta
penggunaan bahasa juga dinilai kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan kata “seorang suami istri” seharusnya “sepasang suami istri”,
“menghasilkan seorang anak” seharusnya “membuahkan seorang anak”. Penggunaan kalimat yang kurang tepat juga terdapat pada contoh kalimat
“Setelah 17thn kemudian suami istri itu menyuruh pergi timun emas ke hutan sebelum kesana, suami istri itu memberi kantong yg berisi biji
2
an.” kalimat tersebut dapat lebih efektif apabila diubah menjadi “Setelah tujuh belas tahun,
suami istri itu meminta Timun Emas untuk pergi ke hutan. Sebelum pergi, suami istri itu memberikan kantong yang berisi biji-bijian kepada Timun
Emas.” Contoh lain penggunaan kalimat yang kurang efektif juga terdapat pada pemakaian konjungsi “dan” dan “lalu” yang digunakan secara berurutan
pada beberapa kalimat.
Dalam segi penulisan peserta didik masih kurang memperhatikan aturan penulisan se
perti ejaan, tanda baca, serta kerapian dari tulisan. “yang” menjadi “yg”, “tidak” menjadi “tdk”, “untuk” menjadi “utk”, “dapat” menjadi
“dpt”, “tahun” menjadi “th”. Serta, penggunaan tanda baca koma , dan titik . yang tidak sesuai.